Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bisnis Lintas Budaya di Era Global, Apa yang Membuatnya Berhasil?

22 Maret 2024   18:53 Diperbarui: 28 Maret 2024   06:32 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis lintas budaya (Sumber gambar:jardins-liorzou.fr).

Dunia bisnis kini kian berkembang. Kalau dulu pembeli suatu produk mungkin ada di sekitar rumah dan lingkungan, sekarang sudah jauh lebih luas. Banyak organisasi bisnis yang sudah memperlebar sayap bisnisnya dengan melakukan ekspansi ke luar daerah bahkan ke luar negeri.

Kesuksesan  organisasi bisnis di era global banyak tergantung pada kemampuannya dalam menjalin hubungan dengan budaya yang dimasuki. Artinya, pemahaman terhadap budaya di mana bisnis itu diselenggarakan, menjadi hal yang sangat penting.

Hal ini lebih menyangkut pemahaman dan kemampuan berkomunikasi dengan para pihak yang terkait di suatu lokasi. Ini tidak boleh diabaikan karena merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan ekspansi bisnis.

Budaya antardaerah atau wilayah tentu berbeda-beda. Perbedaan inilah yang mesti dipahami oleh para pebisnis. Pebisnis perlu memahami budaya yang dimasukinya yang berbeda dari budayanya sendiri. Pengenalan dan pemahaman terhadap budaya lain menjadi sangat penting dalam upaya mencapai keberhasilan.

Komponen Budaya dan Bisnis

Apakah yang dimaksud dengan budaya? Pada umumnya budaya diartikan sebagai adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah atau wikayah yang dipatuhi oleh masyarakatnya. Budaya memberikan identitas kelompok masyarakat.

Lehman, Himstreet, dan Baty, memaknai budaya sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam suatu masyarakat. Pengalaman hidup masyarakat sangat banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.

Budaya terdiri atas sejumlah komponen. Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup budaya material, sistem kepercayaan atau keyakinan, estetika, dan bahasa. 

Pertama, budaya material.

Budaya material ini dibedakan dalam dua bagian, yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang berguna bagi masyarakat pada umumnya.

Dalam penggunaannya, ada yang masih memanfaatkan teknologi lama dan konvensional, ada juga yang menggunakan teknologi mutakhir. Ini sangat tergantung dari pilihan pemanfaatan teknologi dalam suatu kelompok masyarakat.

Pebisnis yang hendak memasuki suatu area bisnis mesti juga memahami tingkatan teknologi yang digunakan oleh masyarakat setempat. Dengan demikian, dia bisa menyesuaikan produk atau jasa yang ditawarkan dengan tingkat penggunaan teknologi di wilayah tersebut.

Selanjutnya, ekonomi -- sebagai bagian dari budaya material,  dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Termasuk di dalamnya segala bentuk kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, distribusi, konsumsi, dan cara pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

Keadaan atau tingkatan ekonomi di suatu wilayah juga mesti diketahui dengan baik oleh pelaku bisnis yang hendak melakukan ekspansi ke wilayah tersebut.

Dengan kata lain, pebisnis perlu mengetahui tingkat ekonomi masyarakat, apakah lebih banyak ekonomi kelas bawah atau kelas menengah. Atau, mungkin ekonomi kelas atasnya sudah bertumbuh.

Semua kelas ekonomi tersebut bisa menjadi sasaran bidikan pebisnis. Harga dan kualitas produk mesti disesuaikan dengan tingkatan ekonomi masyarakat yang dituju.

Memabami budaya setempat sangat penting bagi pebisnis (Sumber gambar: berita-indonesia.com).
Memabami budaya setempat sangat penting bagi pebisnis (Sumber gambar: berita-indonesia.com).

Kedua, sistem kepercayaan atau keyakinan

Sistem kepercayaan atau sistem keyakinan yang dianut oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam keseharian.

Sistem kepercayaan ini juga akan berpengaruh terhadap jenis produk yang mereka konsumsi, cara mereka memandang suatu produk dan keputusan untuk membeli atau tidak, termasuk jenis pakaian yang dipakai, jenis makanan yang dikonsumsi, dan sebagainya.

Dan, semua ini penting diketahui oleh pebisnis agar mampu menyesuaikan diri, terutama dalam penawaran suatu produk. Jangan sampai barang yang ditawarkan tidak sesuai dengan sistem kepercayaan atau keyakinan masyarakat. Kalau ini dilakukan juga, maka barang yang dijual tidak akan dilirik oleh konsumen.

Ketiga, estetika.

Estetika berkaitan dengan seni, seperti  dongeng, hikayat, musik, drama, dan tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai kesempatan perlu dipahami dengan baik oleh para pebisnis.

Aspek estetika ini bisa menjadi referensi yang berharga. Para pebisnis bisa mendekati dan mengakrabi seni yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Produk yang ditawarkan pun -- jika memungkinkan, adalah produk yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam berkesenian.

Keempat, bahasa.

Bahasa adalah cara yang digunakan seseorang kepada orang lain dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan  melalui simbol-simbol tertentu.

Penguasaan bahasa oleh para pebisnis menjadi sangat penting. Pelaku bisnis yang melakukan ekspansi ke luar negeri tentu sangat memahami betapa pentingnya menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Jika memungkinkan, ia bisa belajar bahasa asing lainnya sesuai dengan bahasa yang digunakan di area bisnis yang dimasukinya.

Kemampuan berbahasa akan menjadi modal dasar dalam mengembangkan usaha. Apalagi pebisnis sampai mengetahui hal-hal detail soal bahasa ini, dialek misalnya. Ia akan lebih diterima oleh masyarakat karena mampu menggunakan dan menghargai bahasa tuan rumah.

Jelaslah bahwa terdapat banyak hal yang harus dipersiapkan, dipelajari, dan dipahami jika hendak berbisnis lintas budaya. Untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis tersebut, maka pemahaman dan penghormatan terhadap budaya setempat harus mendapatkan tempat yang utama.

Janganlah berharap berhasil dalam berbisnis lintas budaya di era global ini jika abai terhadap budaya di wilayah atau daerah yang dimasuki.

Budaya adalah kehormatan dan kebanggaan masyarakat. Maka, tiada pilihan lain selain mengenal, memahami, dan menghargainya. Bisnis yang jempolan adalah bisnis yang selaras dengan nilai-nilai budaya di mana dia hadir, tumbuh, dan berkembang.

(I Ketut Suweca, 22 Maret 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun