Pada artikel kali ini, saya akan kemukakan 5 tanya-jawab seputar dunia tulis-menulis yang sering ditanyakan oleh mereka yang baru memulai berlatih menulis. Siapa tahu, artikel sederhana ini bisa sedikit membantu memberikan jawaban.
Satu hal yang perlu disampaikan, pertanyaan dan jawaban ini hanyalah versi saya. Mungkin saja para pembaca masih memiliki pertanyaan-pertanyaan lain dan jawaban-jawabannya yang tidak ter-cover di sini. Jadi, apa yang saya tanyakan dan saya jawab sendiri, sepenuhnya berdasarkan pandangan dan pengalaman saya saja. Mari kita mulai.
Apa makna menulis bagi Anda?
Menulis adalah jiwa saya. Saya merasa menulis menjadi bagian dari aktivitas yang menyenangkan. Mungkin inilah yang disebut passion. Selalu saja ada keinginan dan dorongan dari dalam untuk menuangkan gagasan ke dalam bentuk karya tulis. Jika tidak saya lakukan, maka akan ada desakan yang berkelindan di dalam benak yang meminta untuk segera dituliskan.
Belakangan ini, saya agar jarang menulis lantaran ada sejumlah kesibukan dan tanggung jawab yang mesti saya handle. Tapi, dorongan untuk menulis tak pernah sirna, sejak dulu hingga kini. Jadi, saya akan tetap menulis dan menulis di sela-sela kesibukan.
Tanpa menulis, saya merasa ada sebuah tugas yang menyenangkan yang belum saya tunaikan. Tugas sekaligus passion yang memberikan saya rasa senang dan bahagia. Apakah Anda merasakannya juga?
Seno Gumira Ajidarma pernah menyatakan bahwa menulis adalah "suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana."
Mengapa Anda menulis?
Menulis bagi saya adalah jalan untuk mengekspresikan diri. Sarana untuk menyampaikan gagasan atau ide yang terdapat dalam kepala. Dengan menulis, apa yang tadinya terpendam di dalam benak, bisa diekspresikan ke luar. Dan, ini sungguh meringankan sekaligus menyenangkan.
Selanjunya, menulis menjadi pilihan untuk berbagi kepada orang lain. Dengan menulis dan mempublikasikannya di media, niscaya tulisan itu akan bisa dibaca orang lain. Dan, saya boleh berharap, apa yang saya tulis itu bisa berdampak bagi pembaca, sekecil apa pun itu.
Menulis menjadi cara untuk mengisi hari-hari. Ya, mengisi hari alih-alih berdiam diri dan tak mengerjakan apa-apa. Pikiran ini kalau dibiarkan melamun, maka akan mengembara ke mana-mana. Sayangnya, sebagian besar adalah melamunkan atau memikirkan hal-hal yang negatif dan tidak ada gunanya. Daripada melamun tak karuan, lebih baik mengisinya dengan membaca dan menulis, bukan?
Mungkin catatan kecil Helvy Tiana Rosa ini bisa menjadi renungan bersama. "Kalau usiamu tidak bisa menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis memperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhira kelak."
Untuk siapa Anda menulis?
Saya mungkin termasuk penulis generalis. Artinya, saya acapkali menulis beragam topik yang berbeda-beda. Terkadang saya menulis mengenai psikologi populer, sebuah topik yang saya senangi sejak lama. Sekali waktu, saya pun menulis mengenai dunia literasi: sebuah dunia yang mampu mendorong kecerdasan dan kemajuan sebuah bangsa. Di samping itu, sesekali saya juga menulis seputar masalah manajemen, leadership, dan motivasi.Â
Lalu, persoalan untuk siapa saya menulis, tentu saja untuk pembaca: mereka yang membutuhkan referensi di bidang atau topik tertentu yang kebeutulan menjadi topik tulisan saya. Tentu saja tidak semua orang membutuhkan topik yang saya tulis. Mungkin mereka sudah mengetahuinya, bahkan sudah menjadi ahlinya, barangkali juga lantaran tak tertarik untuk membacanya.
Intinya, saya menulis untuk siapa saja yang berkenan membaca tulisan saya. Apa yang saya pikirkan dan saya rasakan bisa sampai pada pembaca. Ini memberi kepuasan tersendiri bagi saya sebagai penulis.
Kapan dan di mana Anda menulis?
Pertanyaan ini seringkali dilontarkan pada berbagai kesempatan. Jawabannya, setiap orang memiliki waktu untuk menulis. Ada yang merasa mood menulisnya datang di pagi hari, sebelum ia melaksanakan tugas utamanya sebagai pegawai, guru, atau pengusaha. Kelompok ini akan bangun pagi-pagi, mungkin sekitar pukul 05.00, lalu membuka laptop dan menuangkan ide-ide mereka.
Ada juga yang termasuk kelompok malam. Yang termasuk kelompok ini adalah mereka yang merasa nyaman dan betah menulis di malam hari, saat suasana mulai sepi. Kala orang lain pada umumnya sudah beranjak tidur, penulis tipe ini justru mulai menyusun tulisannya.
Para penulis tipe ini merasa bahwa pada malam harilah mereka bisa berkarya dengan baik. Suasana yang sepi mendorong munculnya gagasan-gagasan orisonal yang memberi nilai dan warna pada tulisan mereka.
Selain itu, ada juga penulis yang bisa menulis sembarang waktu. Kapan ada waktu menulis dan memiliki gagasan, saat itu ia bisa menulis. Yang penting adalah ada waktu menulis dan ada ide untuk ditulis.
Terkait dengan tempat, ada yang merasa lebih nyaman menulis di rumah atau di kantor. Ada juga yang merasa nyaman menulis di kafe sambil ngopi dengan ditemani beberapa potong kue. Ada yang membutuhkan suasana sepi dan tenang saat menulis, tapi ada pula penulis yang mampu menulis di sembarang tempat, bahkan di keramaian sekalipun.
Tentang hal ini, penulis Mary Tall Mountain pernah mengatakan, "Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk menulis, di situlah rumah saya."
Bagaimana Anda menulis?
Menulis adalah sebuah proses personal. Cara atau teknik menulis setiap orang kemungkinan besar akan berbeda-beda. Setiap pilihan cara terbawa oleh kebiasaan.
Pada umumnya orang memulai menulis dengan membaca. Ya, membaca dalam arti luas. Membaca buku, majalah, koran cetak dan/atau online secara berkelanjutan. Penulis merasa perlu meng-update pengetahuan dengan cara membaca, termasuk di dalamnya dengan pengamatan dan pengalaman sendiri.
Dengan membaca, penulis akan menemukan topik yang menarik untuk ditulis. Mungkin topik tentang daerah wisata tertentu, kuliner, literasi, hukum, adat-istiadat, dan banyak lagi lainnya. Topik yang dipilih itu kemudian dirinci lebih lanjur dengan menyusun kerangka karangan.
Kerangka karangan alias kerangka tulisan itu berisi kalimat-kalimat pendek yang merupakan sub-sub topik yang dibahas dalam tulisan. Disusun secara sistematis dan logis. Setelah itu, barulah dilengkapi dengan isi dari setiap kalimat subtopik sehingga menjadi alinea demi alinea. Gabungan dari alinea-alinea ini menjadi sebuah karangan atau artikel yang lengkap.
Penyuntingan menjadi bagian akhir dari penulisan sebelum dipublikasikan ke media yang sesuai. Penyuntingan ini sangat menentukan kualitas akhir tulisan. Oleh karena itu, mesti diusahakan dengan sebaik-baiknya. Pastikan, mana bagian yang harus diperbaiki, ditambah, dikurangi, bahkan dibabat jika perlu.
Kembali ke judul tulisan ini: dialog imajiner tentang dunia tulis-menulis. Ini hanyalah dialog ala saya. Pembaca pun bisa melakukannya dan akan menemukan jawaban sendiri. Â Salam literasi.
(I Ketut Suweca, 23 April 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H