Belajar dari pengalaman, ternyata kebulatan tekad saja tidak cukup. Ini hanya menyemangati di awal. Selanjutnya diperlukan konsistensi dalam kegiatan menulis. Menulis buku membutuhkan kesinambungan usaha.
Kalau menulis artikel mungkin diperlukan waktu hanya beberapa jam atau sehari untuk menyelesaikannya. Menulis buku pada umumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan lamanya. Jika tidak konsisten menulis, maka tulisan untuk buku yang direncanakan itu tidak akan pernah selesai.
Penulis sendiri pernah mengalami kemacetan di pertengahan penulisan buku. Penulis tiba-tiba kehilangan mood terhadap tema yang penulis rancang di awal. Akhirnya, buku itu pun tak pernah selesai sampai sekarang.
Beralih ke tema lain, penulis pun mulai bergiat lagi menulis. Nah, kali ini berhasil sampai finish. Buku yang bertebalan 182 halaman itu akhirnya tuntas dan diterbitkan oleh Udayana University Press. Menyenangkan? Tentu saja. Melihat buku tersebut terpanjang di toko-toko buku, alangkah senangnya hati.
Tidak berhenti sampai di situ, penulis lanjut menulis tema-tema lainnya. Penerbitnya juga berbeda, yaitu Penerbit Indie Publishing di Depok, Penerbit Swasta Nulus di Denpasar, Penerbit Mahima Institute di Singaraja, dan Penerbit Perpusnas Press di Jakarta.
Hingga kini ada 8 buku mandiri yang berhasil terbit, di samping 4 buku lainnya yang merupakan tulisan kolaboratif dengan para sahabat di Inspirasiana, di organisasi kepemudaan, dan lainnya. Penulis sungguh merasa bahagia bisa menulis buku-buku itu, betapa pun sederhananya.
Suka-duka Menerbitkan Buku
Kalau buku berhasil terbit dengan desain dan kualitas yang baik, tentu sangat menyenangkan. Penulis merasa bersyukur ternyata sudah bisa menghasilkan buku sebagai puncak pencapaian dari upaya yang panjang bergelut di dunia penulisan.
Melihat buku sendiri dipajang di toko buku atau di media online, tentu sangat membahagiakan.
Bisa membagikan sebagian buku-buku itu secara gratis ke perpustakaan desa dan sekolah, sungguh menyenangkan.
Mendapatkan royalty dari penerbitan buku tidak kurang pula menyenangkannya, kendati amat jarang terjadi.