Membaca adalah cara kita menyerap ilmu pengetahuan. Dengan membaca secara kontinu, pengetahuan kita akan bertambah secara akumulatif.
Kegiatan membaca sangat dinjurkan kepada siapa saja, terlebih-lebih kepada mereka yang masih menuntut ilmu di bangku sekolah atau di perguruan tinggi.
Membaca Cepat?
Untuk membaca yang efektif tentu kita akan membutuhkan cara atau teknik membaca yang baik. Jika tidak, bukan mustahil kita hanya akan membuang-buang waktu percuma. Apa yang kita baca, tidak ada yang berhasil diingat, apalagi terserap ke dalam diri dengan baik.
Oleh karena itu, tiada pilihan lain selain menemukan cara yang efektif dalam membaca. Adakah cara yang paling efektif itu?
Ada cukup banyak yang menawarkan cara membaca dengan cara cepat. Dalam sehari, misalnya, bisa menghabiskan membaca sebuah buku yang lumayan tebal. Mungkin ada teknik khusus yang mesti diikuti dan dikuasai agar kita bisa membaca dengan cepat seperti itu.
Membaca secara Efektif
Namun, yang paling utama adalah kita mesti tetap berpedoman pada membaca dengan cara yang paling efektif. Artinya, materi yang ada pada buku bisa kita serap semaksimal mungkin.
Sama sekali bukan sekadar membaca buku dengan cepat tanpa mampu menyerap isinya secara optimal.
Teknik membaca yang efektif itu seyogianya tidak menekankan pada kecepatan membaca atau menghitung berapa banyak buku yang dibaca dalam sehari, seminggu, dan seterusnya. Bukan jumlah atau kuantitas yang dikejar!
Penulis masih yakin bahwa membaca yang efektif itu hanya bisa dilakukan dengan melibatkan diri secara total dan fokus pada bacaan.
Seperti apakah itu? Untuk menyerap materi bacaan dengan baik, maka kita mesti melibatkan lebih banyak indera, termasuk aspek kinestetik yang melibatkan gerak tubuh.
Misalnya, sembari mata membaca bagian demi bagian kalimat, otak kita berpikir, hati kita merasakan, mulut kita bergumam, dan tangan kita bergerak menulis.
Dengan demikian sudah ada beberapa aspek dari diri kita yang terlibat. Semakin banyak bagian dari indera kita yang terlibat, semakin baik.
Artinya, daya serap kita terhadap materi bacaan akan semakin bagus jika indera kita lebih banyak terlibat dan terfokus untuk menyerap isi bacaan.
Penulis sendiri suka membaca. Sembari membaca, penulis akan menggarisbawahi bagian-bagian yang menarik dan penting dalam bacaan.
Terkadang mengisi catatan kecil di pinggir tulisan dengan pensil, sekadar sebagai pengingat. Saat menuliskan cacatan-catatan kecil itu seakan-akan penulis sedang memahat isi bagian itu ke dalam pikiran sendiri. Sering juga mengulangi membaca bagian penting itu dengan mengucapkannya secara bergumam.
Cara ini -- menurut penulis, jauh lebih efektif dalam upaya mengingat materi bacaan daripada sekadar membaca sambil lalu saja dengan motivasi agar bisa membaca buku sebanyak-banyaknya
Cukupkah sampai di situ? Belum! Kalau mau mendapatkan hasil yang lebih efektif lagi, lakukan pengulangan membaca untuk bagian-bagian yang menarik dan dianggap penting.
Jadi, membaca bagian tersebut tidak hanya sekali, bahkan dua kali atau lebih. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menancapkannya ke dalam ingatan. Penulis melakukan pengulangan ini untuk buku-buku yang materinya bagus dan penting.
Diskusikan dan Praktikkan
Selanjutnya, untuk menguatkan ingatan pada materi bacaan, ada baiknya materi yang dibaca itu dijadikan topik pembicaraan atau diskusi. Jadikan materi bacaan yang sudah kita baca dari buku sebagai bahan diskusi dengan orang lain.
Bisa dengan teman-teman di kantor, bisa dengan mahasiswa dan dosen di kampus, bisa dengan keluarga di rumah, atau lainnya.
Ingatlah, mendiskusikan atau membicarakan materi bacaan adalah salah satu cara untuk memperkuatan ingatan akan materi tersebut.
Penulis sering membicarakan materi bacaan dengan para dosen dan mahasiswa di kampus. Di samping untuk berbagi pengetahuan yang penulis dapat dari membaca, juga mendapatkan feedback dari mereka. Kita bisa lebih kaya wawasan dengan membagikannya.
Dengan memperbincangkannya, materi bacaan yang berawal dari membaca buku tersebut semakin melekat dalam ingatan, bahkan menjadi bagian dari kekayaan batiniah.
Menyerap pengetahuan dari buku secara lebih mendalam dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain yang terakhir adalah dengan cara mempraktikkannya dalam kehidupan.
Misalnya, kita membaca materi bagus untuk self improvement dari sebuah buku. Tidak cukup dengan mengetahui teorinya saja, bahkan juga mencoba mempraktikkannya dan melihat hasilnya.
Dengan mempraktikkan dalam kehidupan nyata, niscaya apa yang dibaca akan berdampak pada diri si pembaca, bahkan pada lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, kebermanfaatan membaca menjadi benar-benar efektif, lengkap, dan luas.
Memasukkan Air ke dalam Botol
Demikianlah, kita tak harus mengejar target untuk sebanyak-banyaknya membaca buku jika sekadar mengejar kuantitas atau jumlah buku yang dibaca. Seyogianya yang dikejar adalah kualitas dan efektivitas dari membaca itu terhadap akumulasi pengetahuan diri dan dampak positif sebagai ikutannya.
Ada baiknya kita temukan buku-buku yang berkualitas, lalu berkonsentrasi membacanya dengan baik dan konsisten. Menyerapnya perlahan-lahan, bila perlu berulang-ulang. Bilamana perlu, mendiskusikan dan mempraktikkannya.
Otak kita bagaikan botol yang besar di bagian bawahnya, tapi kecil di bagian mulut dan lehernya. Kalau memasukkan air ke dalamnya mesti pelan-pelan agar tak tumpah.
Tidaklah perlu kita membaca banyak buku kalau semuanya dilakukan tanpa keterlibatan penuh sang diri. Akan percuma saja dan membuang-buang waktu.
(I Ketut Suweca, 19 Juni 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H