Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menjadi Penulis Freelance, Mengapa Tidak?

17 Juni 2022   07:17 Diperbarui: 17 Juni 2022   14:24 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi praktik menulis (Sumber gambar: republika.co.id).

Teringat dulu ketika saya masih muda, belum menyelesaikan S1 tetapi sudah harus bekerja. Penghasilan bulanan sebagai pegawai yang didasarkan pada pendidikan SLTA belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam sebulan. Menjelang satu atau dua minggu menjelang akhir bulan, gaji itu sudah habis.

Apalagi saya mesti indekost karena bekerja jauh dari kampung. Saya merantau. Belum lagi saat itu saya mulai meneruskan ke S1. Membayar kost dan menyiapkan biaya kuliah mesti benar-benar saya pikirkan dan perhitungkan. Alhasil, saya harus hidup sangat sederhana.

Mulai Menulis

Lalu, apa yang saya lakukan? Karena saya suka menulis, ya, saya pun menulis. Tidak hanya menulis diary untuk disimpan  dalam buku harian, bahkan juga untuk dipublikasikan.

Saya baca dari beberapa koran bahwa mereka menerima artikel dari penulis luar. Bagi yang tulisannya dimuat di situ, bakal diberi honorarium. Saya jadi tertarik.

Dan, memperoleh honorlah yang menjadi motivasi pertama saya. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menyambung hidup di rantau yang selalu kekurangan duit menjelang akhir bulan.

Saya pun mencoba menulis. Dan, berhasil! Tulisan saya dimuat di sebuah media nasional. Senangnya hati ini bukan main.

Beberapa hari kemudian, datang weselpos yang mencantumkan besaran honor menulis yang saya terima. Deg, pemenuhan kebutuhan saya akan uang sudah mulai terbuka jalannya.

Mabuk Menulis?

Sejak pertama kali tulisan saya dimuat dan mendapatkan honorarium, mulai saat itulah saya keranjingan menulis. Mungkin boleh disebut mabuk menulis, he he he. 

Mengapa mabuk? Karena hampir setiap hari saya berusaha menyisihkan waktu untuk membuat artikel. Istilah yang lebih soft mungkin: jatuh cinta pada dunia tulis-menulis.

Dengan mesin ketik bermerek Brother, saya mengisi waktu luang di luar kerja dan kuliah dengan menulis dan menulis.

Biasanya saya akan buat draft-nya dulu di atas kertas. Setelah merasa cocok, baru kemudian saya ketik di mesin ketik itu.

Terasa asyik, seraya mengetik, saya dapatkan hiburan. Hiburan apa? Ya, hiburan dari suara yang nyaris berirama, tak tik tak tik tak tik...

Dari perjalanan di dunia penulisan itu, saya berpikir ternyata saya bisa mendapatkan uang yang lumayan dari menulis kendatipun belum bisa diandalkan sepenuhnya untuk menopang hidup.

Paling tidak untuk menggenapi kekurangan pada saat menjelang tutup bulan. Dari honor menulis saya bisa membeli buku kuliah, buku tulis, membeli jam weker, membeli sandal, sepatu, dan sebagainya.

Menyenangkan? Ya, menyenangkan. Saya hobi membaca, lanjut hobi juga menulis. Bahkan, boleh dibilang bukan sekadar hobi, bahkan sudah jadi passion. Betapa nikmatnya hidup apabila kita berkarya selaras dengan hobi dan passion, bukan? Dan, saat itu saya sudah merasa menjadi penulis freelance.

Dengan membaca tulisan dari koran dan media lainnya, saya jadi tahu bahwa banyak mahasiswa yang melakukan hal yang sama.

Mereka juga menjadi penulis freelance atau penulis lepas. Tidak terikat pada sebuah media. Seperti halnya saya, mereka tidak hanya menulis di suatu media tertentu, melainkan juga di media yang lain yang bersedia memuat karya-karya mereka.

Menjadi Penulis Freelance

Yang dilakukan para penulis freelance adalah menulis dan menulis. Lalu, mengirim karyanya ke media yang berkesuaian dengan materi tulisannya.

Terkadang tulisan itu berhasil dimuat, terkadang juga tidak. Terkadang dikirimi honor, terkadang redaksi juga suka lupa sehingga perlu diingatkan bahwa honor menulis belum sampai.

Lalu, bagaimana jurus menjadi penulis freelance?

Pertama, tetap membaca. Membaca adalah jalan menjadi penulis. Tidak pernah ada ada penulis yang bisa menulis dengan baik tanpa membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Jadi, membaca memberikan para penulis bekal yang memadai untuk terjun ke dunia tulis-menulis. Membaca itu meraup pengetahuan, menulis itu membagikannya. Intinya, menjadi penulis menuntut orang untuk terus belajar.

Kedua, jangan berhenti praktik menulis. Menulis adalah keterampilan. Untuk menjadi terampil, maka praktik sangat diperlukan, bahkan menjadi faktor utama dalam mengasah kemampuan menulis.

Dengan menulis dan menulis, maka seorang penulis akan menjadi produktif di samping kian terasah kemampuan menuangkan gagasan ke dalam karya tulis.

Ketiga, pelajari media yang dituju. Jangan dar der dor main tembak begitu saja, melainkan perlu dipelajari sasaran tembak itu terlebih dahulu.

Pelajari media yang akan dikirimi tulisan: alamat media, jenis tulisan apa saja yang sering dimuat, berapa jumlah kata, dan syarat lainnya.

Dengan mempelajari hal-hal tersebut, penulis bisa menyesuaikan diri, jenis tulisan atau artikel apa yang cocok dikirim ke media tersebut. Ada banyak media pilihan, baik cetak maupun online. 

Keempat, lakukan penyuntingan berulang-ulang. Penyuntingan menjadi salah satu faktor kunci yang penting untuk menyempunakan tulisan.

Penulis hendaknya tidak merasa cukup dengan membuat draft pertama, lantas edit sekali saja, lalu kirim. Lakukan editing atau penyuntingan berkali-kali sampai kita merasa bahwa tulisan itu sudah clear, bersih.

Bersih dari kesalahan ketik, tata bahasa dan ejaan yang baik, dan logika yang mengalir, logis. Intinya, buatlah tulisan yang enak dibaca dan perlu.

Bersamaan dengan itu, pengetahuaan tentang penggunaan bahasa tulis mesti ditingkatkan secara terus-menerus. Pengetahuan bahasa mesti di-upgrade terus-menerus.

Kelima, perkuat bidang keahlian. Pada masa kini dan nanti tampaknya aspek keahlian dalam suatu bidang merupakan unsur penting bagi penulis.

Dengan demikian, ia bisa menulis dengan baik dan cukup mendalam di bidangnya. Memang acapkali dibutuhkan spesialisasi bidang dalam dunia tulis-menulis sebagaimana juga dalam dunia kerja pada umumnya.

Apa minat kita? Apa yang kita kuasai? Apa yang perlu kita dalami? Itulah pertanyaan yang diajukan kepada diri sendiri.  Jika pengetahuan kita tentang suatu bidang kian mendalam, tulisan yang kita buat di bidang itu pun cenderung lebih bernas.   

Menjadi penulis freelance adalah salah satu pilihan dalam mengisi waktu, menjalani passion, juga untuk menambah penghasilan. Selamat bagi Anda yang sudah menjalaninya. Selamat bagi Anda yang segera memasukinya.

(I Ketut Suweca, 17 Juni 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun