Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Sukses dalam Karier? Hindari 5 Kebiasaan Negatif Ini!

2 Maret 2022   06:50 Diperbarui: 10 Maret 2022   04:49 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja sama untuk mencapai sukses (Sumber gambar: fauxels dari Pexels ).  

Apa yang menjadi rahasia hidup orang-orang sukses? Adakah syarat dasar untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan kehidupan pada umumnya?

Kalau kita pelajari kehidupan orang-orang yang mencapai keberhasilan, terdapat beberapa kebiasaan negatif yang tidak ada pada karakter mereka. Orang-orang yang gagal melakukan kebiasaan itu, orang sukses sebaliknya.

Keberhasilan hidup itu dimulai dari kebiasaan-kebiasaan yang baik, sekaligus menghindari kebiasaan negatif (buruk).

Lalu, kebiasaan negatif apa saja yang harus dihindari agar orang sukses dalam kehidupannya?

Pertama, kebiasaan bangun siang. 

Orang yang malas biasanya memelihara kebiasaan dirinya telat bangun. Kalau orang lain sudah bangun dan beranjak dari tempat tidur pada pukul 05. 00 misalnya, ia akan bangun pukul 09.00 atau pukul 10.00 setiap harinya.

Kalau pun siuman di pagi hari, maka dia akan memilih bersantai di tempat tidur hingga hari menjelang siang.

Kebiasaan bermalas-malasan ini menjadi pertanda orang tidak menghargai waktu. Ia sudah membuang-buang waktu percuma.

Setiap hari, ia telah membuang waktu kerjanya selama 4-5 jam. Coba dihitung berapa lama waktu yang terbuang percuma seumur hidup? Perilaku wasting time inilah yang menjadi pangkal kegagalan dalam hidup seseorang.

Orang yang memiliki semangat untuk sukses akan menjauhi hal itu. Ia bahkan akan bangun lebih awal daripada orang pada umumnya. Mungkin bangun pukul 05.00 bahkan sebelumnya. Mencuci muka terlebih dahulu, lalu menggerakkan badan beberapa menit, dan mulai berkegiatan.

Dengan begitu, ia sudah memanfaatkan waktu pagi yang segar dan demikian berharga dengan sebaik-baiknya. Kebiasaan ini semakin mendekatkan dia pada tujuannya.

Kedua, tidak mau belajar. 

Tidak sulit menemukan orang yang malas belajar untuk meningkatkan kualitas diri.

Mereka lebih senang berleha-leha, bersantai, dan mengisi waktu dengan ngobrol dan bergosip daripada menggunakan waktu untuk pengembangan diri.

Begitu dilakukannya secara terus-menerus kendati kesempatan atau peluang untuk meningkatkan kualitas diri sangat terbuka.

Paling tidak mereka bisa belajar secara otodidak jika tidak masuk ke dunia pendidikan formal atau nonformal karena sejumlah penyebab. Mereka sama sekali emoh untuk belajar.

Bertolak belakang dengan orang yang gagal, orang sukses justru melakukan hal yang sebaliknya. Ia akan menyediakan waktu untuk meningkatkan kualitas atau kompetensi diri.

Selalu ada waktu baginya untuk mengembangkan kemampuan. Berbagai upaya dilakukan. Misalnya, kembali belajar di kampus, mengikuti kursus, workshop, seminar, dan pelatihan.

Dorongan belajarnya demikian besar, sehingga ia selalu berupaya mengambil kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. Jika, misalnya, ia tidak masuk ke bangku pendidikan formal lagi, ia akan belajar secara mandiri atau otodidak.

Ketiga, tidak disiplin. 

Orang-orang yang gagal kebanyakan adalah mereka yang kurang atau tidak disiplin dalam hidupnya.

Dalam mengerjakan apapun, ia seringkali menuruti godaan untuk tidak menepati waktu, untuk mengingkari janji, sehingga tidak bisa diandalkan.

Lantaran tidak disiplin dalam banyak hal, maka apapun yang mulai dikerjakannya seringkali tidak sampai tuntas. Sering berhenti di tengah jalan dengan berbagai dalih.

Orang yang tidak disiplin biasanya tidak memiliki komitmen pada diri sendiri. Orang ini juga tidak konsisten dalam melaksanakan tugas. Karena itu, ia sulit mendapatkan kepercayaan (trust) dari pimpinan atau orang lain.

Kedisiplinan adalah persyaratan dasar bagi kesuksesan dalam bidang apapun. Tanpa ini, mustahil keberhasilan dalam suatu pekerjaan akan terselenggara dengan baik.

Kedisiplinan adalah salah satu kunci untuk membuka pintu gerbang kesuksesan. Tetapi, hal ini tidak dimiliki oleh mereka yang tidak ingin maju.

Keempat, tidak mau bekerja sama. 

Orang yang tidak kunjung mencapai kemajuan dalam hidupnya banyak karena ketidakmampuan bekerjasama dengan orang lain. Ia merasa tidak memerlukan bantuan dan hanya mengandalkan diri sendiri.

Dalam beberapa hal mungkin perlu tetap mengandalkan diri sendiri, tetapi dalam rangka mencapai kerberhasilan yang lebih besar, mengandalkan diri sendiri saja jauh dari cukup. Diperlukan jejaring (network) dan kerja sama dengan orang lain.

Pencapaian-pencapaian besar tidak berasal dari usaha sendiri tanpa bantuan siapa pun, melainkan melalui sinergitas dengan para pihak terkait.

Misalnya dalam hal mengatasi masalah yang rumit, pemikiran orang lain yang bisa dipercaya, sangat diperlukan.

Daripada hanya mengandalkan pemikiran sendiri, mengapa tidak bersinergi dengan orang lain untuk ikut serta berkontribusi? Dengan cara ini, peluang pencapaian yang lebih baik pun akan sangat terbuka.

Demikian juga dalam melakukan tindakan atau menangani suatu pekerjaan. Dengan kerjasama bahu-membahu, niscaya pekerjaan yang berat dan besar bisa diselesaikan dengan baik. Inilah yang dilakukan oleh mereka yang berhasil dalam hidupnya.

Kelima, tidak kreatif.  

Ada banyak orang yang melulu mengandalkan kerja keras, tetapi pada kenyataannya sulit maju. Mereka mengatakan bahwa dirinya sudah lama bekerja, bahkan hari-harinya sudah dipenuhi dengan kerja dan kerja, tapi tetap saja tak kunjung ada kemajuan.

Mereka lalu menyalahkan orang lain -- terutama pimpinannya, yang dipandang tidak memperhatikannya. Pola pikir seperti ini biasanya dimiliki oleh orang-orang gagal.

Mesti diingat, kemajuan itu tidak cukup hanya dengan kerja keras. Harus ada kerja cerdas di dalamnya. Untuk itu, penggunaan akal, ilmu pengetahuan serta teknologi menjadi penting. Dengan begitu, percepatan kemajuan dalam pekerjaan atau usaha akan tercapai.

Aspek kreativitas menjadi bagian penting dalam bekerja cerdas. Menangani suatu pekerjaan mesti dilakukan dengan pendekatan kreatif. Pendekatan ini diperlukan untuk menemukan jalan terbaik sehingga hasilnya optimal.

Manusia diberikan kemampuan berpikir kreatif. Dengan kemampuan ini, ditambah pula dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat dipastikan keberhasilan akan bisa diraih. Tanpa hal ini, kegiatan akan menjadi monoton, tanpa perkembangan, bahkan memboroskan banyak sumberdaya.

Itulah lima kebiasaan negatif yang mesti dihindari: kebiasaan yang hanya akan membawa orang terperosok ke dalam jurang kegagalan.

Bangun lebih pagi, memiliki semangat belajar yang tinggi, berdisiplin dalam pekerjaan, menjalin kerjasama dengan orang lain, dan bekerja cerdas dan kreatif adalah pondasinya. Adakah kita sudah memilikinya?

(I Ketut Suweca, 2 Februari 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun