Karyawan bisa saja sakit hati oleh sikap atau perkataan atasannya dan akhirnya memilih sikap kontraproduktif. Oleh karena itu, kesabaran harus menjadi pegangan apabila menghadapi kasus semacam ini.
Kedua, tanyakan masalahnya.
Perlu referensi yang lengkap tentang karyawan bersangkutan. Gali informasi darinya, dari teman-teman dekatnya atau orang-orang di sekitarnya. Ketahui masalah sebenarnya dengan lebih banyak mendengar.
Masalah sebenarnya acapkali tidak terungkapkan, padahal untuk tindak lanjut diperlukan pemahaman terhadap akar permasalahan yang sesungguhnya terjadi.
Pendekatan yang baik sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dengan sikap seperti itu, karyawan pada umumnya lebih terbuka dan kooperatif.
Ketiga, berusaha memahami.
Pemimpin atau atasan sebaiknya berempati atas apa yang diketahui atau ditemukannya setelah melakukan penelusuran. Kemungkinan besar apa yang diduga sebelumnya, mungkin dugaan negatif, pada kenyataannya tidaklah demikian.
Ternyata dugaan itu salah, yang kalau misalkan diputuskan maka keputusan yang diambil pun akan keliru. Pemahaman akan kejadian sebenarnya menjadi sangat penting sebelum mengambil keputusan.
Mungkin saja pada awalnya sang pemimpin kesal akan sikap atau perilaku si karyawan. Akan tetapi, setelah ia mengetahui akar masalahnya, bukan tidak mungkin ia berempati terhadap sang karyawan dimaksud.
Keempat, bantu berikan alternatif pemecahan masalah.
Sepanjang memungkinkan, ada baiknya si pemimpin turut memberikan akternatif jalan keluar dari permasalahan yang tengah dihadapi karyawan. Boleh jadi, si karyawan belum bisa menemukan solusi dari permasalahan yang tengah dialaminya.