Dalam konteks ini, menjadi diri sendiri adalah hal yang perlu diperhatikan. Ini berkenaan dengan bakat, passion, panggilan jiwa atau apa pun namanya. Ikuti panggilan jiwa saat menyusun masa depan.
Pilihan hidup terutama berkenaan dengan pilihan karier. Apakah akan bekerja di lembaga atau perusahaan atau berusaha sendiri (entrepreneur)? Keputusan penting mengenai karier ditetapkan pada usia ini.
Tidak kalah urgennya adalah mengenai perencanaan pendidikan. Apakah ada rencana akan melanjutkan studi ke tingkat master (magister)? Atau, cukup di tingkat diploma atau sarjana saja? Semuanya terserah sang empunya.
Hanya, yang mesti diingat, pendidikan yang baik adalah modal dasar terpenting dan utama dalam menyongsong masa depan. Dengan pendidikan yang lebih baik boleh diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik pula bagi perkembangan karier dan kehidupan pada umumnya.
Pendamping Hidup
Selain itu, penjajakan terhadap calon pasangan hidup seyogianya mulai dimantapkan. Kalau sebelumnya hanya untuk sekadar mengenal lawan jenis -- kata lain dari pacaran, kini saatnya untuk lebih serius.
Dengan demikian, usia dua puluh lima tahun adalah usia yang sangat menentukan masa depan. Jangan biarkan usia seperempat abad ini lewat begitu saja.
Jadikan usia seperempat abad ini sebagai momentum untuk melakukan refleksi terhadap perjalanan selama 25 tahun sebelumnya. Jadikan juga sebagai kesempatan untuk merancang masa depan dengan baik sesuai dengan panggilan jiwa.
(Â I Ketut Suweca, 12 Mei 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H