Lalu apa saja yang bisa direfleksikan? Di antaranya tentang karier, pendidikan, kehidupan sosial, finansial, dan lainnya yang sudah dijalani.
Dalam konteks kehidupan sosial, apakah ia sudah memiliki jejaring (network)Â yang relatif luas? Tidakkah ia lebih banyak menyendiri dan enggan bergaul dengan orang lain? Apakah ia memiliki teman-teman karib yang bisa dipercaya?
Selanjutnya, dalam kaitannya dengan karier, tentu belum banyak yang bisa dicapai. Maklum, ia belum lama menyelesaikan pendidikan dan mungkin baru saja mulai bekerja. Jadi, belum banyak capaian karier yang berhasil diraihnya.
Bagaimana dengan aspek finansial? Lantaran karier yang baru dimulai, tentu dari sisi finansial pun baru mulai dirintis. Baru mulai belajar menabung atau berinvestasi.
Selain itu, yang penting mendapat perhatian dalam refleksi diri adalah pemanfaatan waktu hingga saat ini. Apakah waktu yang tersedia benar-benar sudah bisa dimanfaatkan dengan baik?
Tidakkah waktu yang ada sebagaian besar dibawa untuk berleha-leha?Â
Hal ini menjadi bahan refleksi penting dalam rangka merencanakan pemanfaatan waktu selanjutnya. Usia 25 tahun adalah momentum penting untuk melakukan evaluasi diri.
Merencanakan Masa Depan
Nah, belajar dari pengalaman masa sebelumnya, maka seseorang yang berusia 25 tahun mesti juga merancang masa depannya. Ia seyogianya memastikan mau ke mana hendak menuju dan dengan siapa ia berangkat.