Misalkan di sekolah sudah ada perpustakaan dengan koleksi bukunya yang lumayan lengkap. Tempatnya pun cukup luas dan nyaman, bersih dan ber-AC. Akan tetapi, yang bersedia datang ke perpustakaan sekolah hanya satu-dua dalam sehari. Bagaimana ini?
Menjadi Pemustaka yang Aktif
Perpustakaan yang bagus tidaklah secara otomatis bisa menarik minat siswa untuk datang dan membaca. Diperlukan sejumlah upaya dari pihak sekolah agar siswa tertarik membaca buku.
Upaya-upaya itu perlu dilakukan agar terjadi keseimbangan antara keberadaan perpustakaan yang sudah bagus dengan kegemaran membaca para siswa.
Jangan sampai, misalnya, perpustakaannya bagus, tetapi tidak ada siswa yang mau datang ke tempat itu.
Oleh karena itu, pihak sekolah, yaitu kepala sekolah, kepala perpustakaan setempat, dan para guru, perlu memikirkan cara atau kiat tertentu agar siswa bisa menjadi pemustaka yang aktif dan rajin.
Berdasarkan pengamatan dan pemikiran penulis, setidaknya terdapat 4 kiat sederhana yang kiranya bisa membantu kepala sekolah, para guru, serta kepala perpustakaan dalam membudayakan minat baca (reading habit) warga sekolah.
Pertama, guru menjadi contoh.
Kalau guru ingin mendorong pada siswa suka membaca, maka ia harus berusaha menjadikan dirinya contoh yang baik dalam hal ini. Ia tidak hanya bisa memberi contoh bagaimana membaca. Guru harus menjadi contoh.
Menjadi contoh dengan memberi contoh adalah dua hal yang berbeda. Menjadi contoh dimaksudkan sang guru dalam kesehariaannya adalah seorang pencinta buku yang baik. Ia selalu menyempatkan diri membaca, entah di sekolah atau di rumah. Ia memandang membaca adalah kebutuhan hidup dan menjadi menu harian, seperti halnya kebutuhan akan makan dan minum.