Di antara masalah dengan harapan, terdapat kesenjangan (gab). Kesenjangan inilah yang diisi oleh penulis dalam bentuk opini untuk menjawab permasalahan yang dijelaskan di awal tulisan.
Data, Seberapa Perlukah?
Kedua, penggunaan data. Data seringkali diperlukan untuk menunjukkan kepada pembaca keadaan senyatanya.
Tidak hanya paparan kualitatif, penulis acapkali merasa perlu menyuguhkan data angka yang, misalnya, menunjukkan kecenderungan suatu masalah sehingga membutuhkan solusi atau penanganan.
Data itu dihadirkan hanyalah sebagai pendukung. Bukan hal yang utama dalam artikel opini. Dengan data pendukung yang ditampilkan, diharapkan pembaca meyakini bahwa suatu permasalahan sudah sedemikian keadaannya sehingga membutuhkan penanganan. Berkaitan dengan masalah banjir, misalnya, data kerugian yang ditimbulkannya dari tahun ke tahun mungkin dipandang perlu disajikan.
Dengan data, penulis akan mampu melihat kecenderungan sebuah persoalan sehingga dari situ ia bisa melihat kemungkinan yang akan terjadi di masa datang. Prediksi berbasis data menjadi bagian dari proses penentuan alternatif solusi yang diusulkan.
Akan tetapi, ada satu hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan data. Data harus dipakai secukupnya atau seperlunya saja. Lihatlah terutama dari sisi kebutuhan dan kontekstualitas langsungnya. Jangan sampai lantaran data yang seabreg dalam artikel, pembaca jadi malas membacanya karena tidak menarik dan membebani.
Pembaca tidak mau dibombardir dengan data yang belum tentu mereka butuhkan. Keindahan sebuah tulisan bisa terganggu oleh data yang berlebihan. Ingatlah selalu bahwa artikel opini bukan laporan statistik.
Teori, Perlukah?
Ketiga, kajian teori. Sebaiknya artikel opini juga menyertakan kajian konsep atau teori yang bisa memperkuat analisis. Pendapat yang dikemukakan ada dasar teorinya yang berkesesuaian. Ini sebisanya, apalagi artikel yang bersifat ilmiah populer.
Akan tetapi, dalam tulisan opini di media seperti ini, teori yang dikemukakan oleh para ahli, tidak harus ada. Sekali lagi, tidak harus ada. Tidak mesti setiap artikel opini mengandung teori tertentu sebagai dasar pendekatannya, kendati boleh-boleh saja dilakukan. Tanpa landasan teori pun artikel tersebut tetap berharga sebagai sebuah opini dari penulisnya.