"Menulis adalah berkarya seni dengan menata huruf menjadi kata yang tersusun indah dalam kalimat untuk memiliki makna."
"Itu versi Katedrarajawen, Bli Ketut."
"Tiga poin yang sangat saya sepakat, kalau versi saya mesti nambah satu poin lagi, Bli. Menulis adalah berkarya apa yang tak terpikirkan, seringkali yang terjadi ketika kita menulis adalah hasil dari spontanitas, tidak sempat berpikir lagi. Tahu tahu sudah jadi kalimat."
"Seperti pada tulisan saya, ketika teman-teman mengutip kembali di kolom komentar, awalnya saya kira bercanda karena tidak yakin saya tulis demikian, eh, ternyata benar saya nulis begitu."
Itulah komentar sahabat kita, Pak Katedrarajawen, dalam artikel saya yang berjudul Menulis antara Passion, Mission, dan Personal Branding. Komentar beliau menginspirasi saya untuk menulis artikel ini.
Saya tertarik dengan alinea kedua dan ketiga komentar sahabat kita ini. Ketika Pak Katedrarajawan menulis, ada hal-hal yang pada awalnya sama sekali tak terpikirkan, tetapi kemudian masuk ke dalam tulisan.
Pertanyaannya, dari mana datangnya gagasan tersebut? Mari kita teruskan pembahasannya.
Mengenal Subconscious Mind
Istilah subconscious mind sudah lama dikenal di dunia psikologi. Terjemahannya adalah pikiran bawah sadar. Ada juga penulis menyebutnya dengan istilah alam bawah sadar.
Pikiran bawah sadar ini menyimpan berbagai informasi dan pengalaman masa lalu. Secara sengaja atau tidak, kita bisa menanam gagasan ke dalam pikiran bawah sadar ini. Pikiran ini bagai harddisk sebuah komputer, dengan kapasitas tak terbatas.
Bagai tanah yang subur, pikiran bawah sadar menerima semua jenis benih yang ditaburkan di atasnya. Ia akan membesarkan benih itu.
Kalau ditanam benih padi, maka akan tumbuh tanaman padi yang subur. Kalau ditanami tanaman lateng, ia tetap akan perlakukan sama, akan menumbuhkan tanaman penyebab kulit kita gatal itu sebaik ia menumbuhkan tanaman padi.
Bagaimana Mengakses?
Ketika dibutuhkan, kita bisa mengakses  informasi dan catatan pengalaman itu dari pikiran bawah sadar. Misalnya, kita memerlukan informasi tertentu yang terlupa, kita bisa menemukannya kembali. Di dalam pikiran bawah sadar tersimpan banyak file pikiran, perasaan, pengalaman masa lalu yang bisa diakses jika diperlukan.
Lantas, bagaimana mengakses pikiran bawah sadar itu? Bagaimana kita bisa mengingat sesuatu yang sudah kita simpan dulu tapi sulit diingat lagi?
Jika ditemukan caranya, maka kita bisa mengingat sesuatu secara tiba-tiba. Sebelumnya, mungkin kita berusaha keras mengingat-ingat hal itu, namun tak kunjung berhasil. Begitu kita tidak lagi berusaha memikirkannya dan  bersikap rileks atau tak memikirkannya, tiba-tiba ingatan tentang sesuatu itu muncul.
Untuk mengakses pikiran bawah sadar, kita harus masuk ke dalamnya. Kita mesti mengurangi peranan pikiran sadar seraya memberikan pikiran bawah sadar bekerja. Sebab, hanya melalui pikiran bawah sadar kita bisa mengakses memori yang terpendam di situ bahkan bisa mengakses kecerdasan semesta.
Gelombang Pikiran
Lantas, apa yang bisa dilakukan? Secara teoritis, pikiran sadar kita berada dalam gelombang beta (14-100 Hz). Dalam frekuensi ini, orang sedang berada dalam kondisi terjaga penuh atau sadar penuh dengan pikiran yang didominasi oleh logika.
Saat seseorang berada di frekuensi ini, otak (kiri) sedang aktif digunakan untuk berpikir, berkonsentrasi sehingga gelombangnya tinggi. Gelombang otak yang tinggi membuat otak mengeluarkan hormon kortisol dan norefinetrin yang bisa menyebabkan rasa cemas, khawatir, marah, atau stress.
Di bawah level gelombang beta, ada yang disebut dengan gelombang alpha dengan frekuensi 8-13,9 Hz. Ini adalah pikiran orang yang dalam keadaan relaksasi, meditatif. Â Dalam pikiran ini orang akan merasa ikhlas, nyaman, tenang, dan santai.
Pikiran yang berada di gelombang beta menjadi pintu masuk ke pikiran (alam) bawah sadar. Kalau tidak dalam posisi gelombang beta, mustahil bagi seseorang untuk mengakses pikiran bawah sadar.
Untuk memudahkan masuk dan berada dalam frekuensi pikiran bawah sadar ini, suasana hati yang tenang, khusuk, meditatif akan sangat membantu. Musik klasik tertentu, seperti karya Bethoven, Vivaldi, dan Mozart, atau intrumental lainnya yang disukai sangat dianjurkan sebagai pengiring dalam berkarya.
Untuk mengetahui seperti apa gelombang otak seseorang, dipergunakan peralatan perekam gelombang otak yang disebut dengan Elektroensefalogram (EEF).
Kaitan Menulis dan Pikiran Bawah Sadar
Apa yang tengah terjadi dengan peristiwa yang dialami Pak Katedrarajawen? Keadaan ini mirip dengan yang dialami oleh sastrawan yang menghasilkan karya-karya besar dan klasik. Suatu keadaan yang juga dialami oleh para penggubah musik sehingga menciptakan karya yang berpengaruh sepanjang zaman.Â
Apakah kita menyangka mereka hanya mengandalkan logika, kecerdasan pikiran sadar, atau kemampuan analisisnya yang tajam? Tidak!
Karya-karya agung di berbagai bidang tak melulu mengandalkan pikiran  sadar, melainkan terutama pikiran  bawah sadar. Gelombang pikiran yang mendominasi saat mencapai puncak-puncak  ekstase dalam berkarya ada pada gelombang alpha dalam frekuensi 8 -13,9 Hz.
Di dalam posisi gelombang otak seperti itulah seseorang bisa mengakses pikiran bawah sadar yang menyimpan banyak informasi dan pengalaman, bahkan bisa mengakses kecerdasan semesta.Â
Itulah sebabnya, sang empunya kemudian bisa terheran-heran dengan hasil karyanya sendiri. Ia merasa tak yakin dan bertanya kepada diri sendiri belakangan: benarkah itu karya saya? Kok bisa? Ia sudah masuk ke dalam subconscious mind writing!
Apa Kata Dr. Murphy?
Dr. Joseph Murphy, menyebut pikiran bawah sadar ini dengan istilah batin bawah sadar. Ia mengatakan, kecerdasan tak terbatas dalam batin bawah sadar akan menunjukkan kepada Anda semua hal yang Anda butuhkan, kapan saja dan di mana saja, asalkan Anda terbuka dan bersikap menerima.
"Anda dapat menerima pikiran-pikiran baru dan ide-ide yang memungkinkan Anda membuat penemuan baru atau menulis buku-buku dan drama."
"Lebih dari itu, kecerdasan tak terbatas dalam bawah sadar dapat memberi Anda jenis pengetahuan yang mengagumkan dan orisinal. Dapat pula menunjukkan dan membuka jalan bagi penyaluran bakat dan tempat yang sebenarnya dalam hidup Anda," demikian pakar ilmu pikiran ini menjelaskan.
Nah, apalagi yang Anda tunggu? Segera buka laptop, hidupkan musik klasik atau instrumen pengiring yang Anda sukai dengan volume yang kecil saja. Tarik nafas yang dalam sebanyak 3 kali, lalu berdoa. Tenangkan hati, duduklah rileks. Hening. Kemudian, mulailah menulis. Ijinkan diri Anda masuk ke dalam suasana meditatif tatkala menulis.
Biarlah ide-ide itu mengalir. Tak hanya ide-ide yang sudah Anda pikirkan, bahkan juga ide-ide yang tak pernah terpikirkan. Ijinkan ide-ide itu mengalir tanpa hambatan. Terimalah kehadirannya dengan ikhlas dan penuh syukur.
 ( I Ketut Suweca, 14 September 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H