Tetapi belakangan ini, kulkul bulus ini tak pernah terdengar lagi. Hal ini dibenarkan oleh salah satu hasil penelitian I Dewa Gede Aditya Dharma Putra dkk (2015) yang menyebutkan bahwa penggunaan kulkul bulus di desa adat Kuta, Bali, sudah dihentikan dalam 18 tahun terakhir.
Begitulah, keberadaan kulkul di Bali, masih ada dan terjaga hingga saat ini. Di setiap Pura Kahyangan Tiga, di setiap Bale Banjar Adat, dan di setiap Pura Subak, pasti ada kulkulnya.
Kulkul bukanlah sebatas kayu yang dibuat dengan lubang memanjang di satu sisinya dan ditabuh pada hari-hari tertentu.
Kulkul adalah sebuah kesepakatan. Kulkul mencirikan kepatuhan.Â
Kulkul adalah pikiran dan aspirasi  masyarakat.Dan, kulkul adalah sebuah peradaban:  hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam tatanan adat dan budaya warisan leluhur.
( I Ketut Suweca, 5 Agustus 2020).Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI