Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kulkul", Media Komunikasi Tradisional Masyarakat Bali, Bagaimana Keberadaannya Kini?

5 September 2020   20:58 Diperbarui: 7 September 2020   19:32 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulkul ini biasanya digantung di di Bale Kulkul-- sebuah tempat yang tingginya sekitar 5 meter, di salah satu sudut Pura. Pada umumnya terdapat dua kulkul dipasang berdampingan di Bale Kulkul, yakni Kulkul Lanang dan Kulkul Wadon. Kulkul Lanang bersuara lebih besar dan bergema, sedangkan Kulkul Wadon bersuara lebih nyaring.

Pada waktu-waktu tertentu, seperti saat upacara, kulkul itu akan ditabuh secara bergantian. Ada dua orang bertugas untuk itu. Masing-masing menabuh kulkul yang berbeda. Suaranya pun menggema jauh menyelusup ke seluruh pelosok desa. Tang... tung... tang... tung... tang... tung...

Kulkul di Bali ada banyak macamnya sesuai tempatnya, yaitu Kulkul Pura, Kulkul Banjar Adat, Kulkul Subak, dan Kulkul Kubu. Semuanya mempunyai fungsi sebagai media komunikasi.

Kulkul di Pura, misalnya, akan ditabuh apabila ada upacara (piodalan, bahasa Bali) di Pura setempat. Kulkul di  Bale Banjar baru akan dibunyikan jika ada kegiatan warga banjar dalam konteks kebersamaan.

Kulkul dengan segala ketentuannya diwariskan secara turun-temurun. Dan, kulkul tetap dipakai hingga saat ini. Kendati kemajuan teknologi sudah demikian pesat, tapi kulkul masih tetap dipergunakan.

Dalam kegiatan upacara di Pura, kulkul Pura akan dibunyikan. Suara kulkul merupakan pertanda warga mesti berkumpul. Apabila kulkul ditabuh berarti akan dan sedang ada upacara di sebuah Pura.

Mendengar Suara Kulkul
Suara tetabuhan kulkul berbeda-beda sesuai dengan tujuan ditabuhnya. Orang yang ditugaskan menabuh kulkul harus paham benar ketentuan ini.

Kulkul di Bale Banjar, misalnya, pada umumnya ditabuh hanya sebanyak tiga kali pukulan dengan tempo lambat menandakan  ada warga yang meninggal yang akan segera diupacarai.

Kalau kulkul itu ditabuh dengan pukulan beberapa kali dengan tempo tertentu yang berbeda berarti ada kegiatan penting yang melibatkan warga adat akan segera dimulai.

Akan tetapi, ada juga suara kulkul di Bale Banjar Adat yang ditabuh dengan tempo sangat cepat atau kencang yang dikenal dengan istilah kulkul bulus. Apa maknanya? Berarti, masyarakat harus segera bersiaga karena itu pertanda ada marabahaya yang sedang mengancam, seperti bencana alam, kebakaran, perampokan, dan sejenisnya.

 Dulu, semasih muda di desa, saya pernah mendengar kulkul yang ditabuh demikian cepatnya. Ternyata, ada rumah sedang terbakar. Akhirnya, semua warga beramai-ramai membantu si pemilik rumah untuk memadamkan api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun