Kita (mungkin) akan merasa rugi besar jika tidak membacanya. Pikirkanlah ini. Pertama, dengan membaca buku ini, kita akan bisa mengetahui kelanjutan kisah gadis kecil Sophie yang sedikit saya gambarkan di atas. Jadi, untuk menjawab rasa penasaran Anda, gimana ya kisah gadis Sophie selanjutnya?
Kedua, kita akan mendapatkan hiburan sekaligus belajar filsafat dengan riang gembira, bukan dengan mengerutkan dahi. Coba saja kita ingat dulu, ketika masih mahasiswa, betapa ilmu filsafat itu membuat kita pusing tujuh keliling (kecuali bagi yang suka). Tapi melalui novel ini, kesan kita terhadap dunia filsafat akan berubah: filsafat menjadi sesuatu yang menggairahkan!
Ketiga, ini buku best seller di tingkat dunia. Jadi, sudah ada jutaan orang yang membacanya di banyak negara di dunia. Mereka suka membaca buku ini, lantas mengapa kita membiarkan diri ketinggalan?
Lihatlah apa yang ditulis oleh Prof. Franz Magnis-Suseno dalam endorsement beliau pada cover depan buku ini. "Anda sudah lama ingin tahu apa itu filsafat, tetapi selalu tidak sempat, terlalu kabur, terlalu abstrak, terlalu susah, terlalu bertele-tele? Bacalah buku manis ini di mana Sophie, anak putri 14 tahun, menjadi terpesona karenanya."
"Kata banyak orang, filsafat itu sulit. Siapa bilang? Bacalah buku Dunia Sophie ini, dan Anda akan tahu, filsafat itu amat mudah dipahami. Makin Anda membaca buku ini, makin Anda ketagihan berfilsafat. Anda tak perlu lagi mengerutkan dahi karena filsafat ternyata juga bisa dinikmati sebagai novel yang enak dibaca,"demikian endorsement Dr. Sindhunata.
Okay, sudah dulu, ya, sedikit perkenalan kita dengan buku ini. Saya mohon ijin, akan melanjutkan membacanya. Membaca buku ini sungguh mengasyikkan!
(I Ketut Suweca, 22 Agustus 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H