Judulnya: Dunia Sophie. Ditulis oleh Jostein Gaarder. Novel best seller international ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Buku ini sudah dicetak sebanyak 19 kali dalam Bahasa Indonesia untuk edisi lama (biasa). Sedangkan yang saya baca, Edisi Gold, baru memasuki cetakan pertama pada tahun 2010.
Dilihat dari kategorinya, novel ini adalah sebuah novel filsafat. Disebut novel filsafat karena isinya adalah pemikiran-pemikiran tentang filsafat. Jadi, filsafat jadi di-novel-kan? Ya, benar. Pemikiran-pemikiran  filosof seperti Democritus, Socrates, Plato, Aristoteles, ada di sini. Dan, pemikiran filsafat dari filosof Descartes, Locke, Hume, Hegel, Mark, Darwin, Freud, dan lainnya.
Wah, kalau begitu saya yang bermaksud mendapatkan hiburan dari sebuah novel bisa jadi dipusingkan oleh konten yang berat-berat seperti itu, demikian mungkin pikir mereka yang belum membaca buku ini.Â
Saya pastikan tidak! Bahkan sebaliknya yang terjadi, kita bisa belajar filsafat dengan cara ringan dan mudah, melalui kisah seorang gadis kecil berusia 14 tahun yang bernama Sophie.
Saya yang belum tuntas membacanya sudah merasakan bahwa novel ini tidak seberat ketika kita belajar filsafat. Ketika belajar filsafat, kita mungkin merasa mempelajari sesuatu yang materinya berat, abstrak, bertele-tele, bahkan jauh di awang-awang.Â
Tetapi, dalam novel ini, semuanya menjadi ringan, enak dibaca, karena dialirkan dalam sebuah kisah sang putri bernama Sophie dengan begitu indahnya.
Cobalah Anda bayangkan. Seorang putri, Sophie, hampir selalu di rumah sendirian. Ia ditinggalkan oleh ibunya bekerja dari pagi dan menjelang senja baru kembali. Ayahnya sesekali saja bisa menemaninya di rumah, karena harus bekerja di luar negeri untuk waktu yang lama.
Usai sekolah, gadis ini  langsung pulang ke rumah, bermain sebentar dengan binatang-binatang kesayangannya, lalu ia akan menyelinap masuk ke dalam semak-semak tak jauh dari rumahnya, sebuah tempat aman yang menjadi "sarang"nya.
Di "sarang" itulah Sophie menikmati kesendiriannya dan mulai membuka dan membaca surat-surat yang entah dari siapa pengirimnya, yang diambilnya dari kotak surat rumahnya. Surat-surat itulah yang menggugah rasa ingin tahunya tentang dunia dengan segala isinya.
Edorsement untuk Novel Ini
Buku ini memang terbilang tebal, 798 halaman. Begitu mengetahui ketebalannya, langsung saja kita membatalkan niat membacanya? Oh, jangan! Saya membacanya dengan cara mencicil. Sehari 5-10 halaman saja sudah cukup. Tak hanya utang yang bisa dicicil, menulis dan membaca pun bisa dicicil, he he he. Kalau diandaikan lari maraton, kita mesti memiliki nafas panjang dan pintar mengatur langkah.