Seringkali kita menulis tentang "inspirasi". Tapi, apa makna inspirasi sesungguhnya? Menurut saya, inspirasi itu tiada lain adalah ilham yang datang yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.Â
Nah, susah 'kan memahaminya? Wong saya sendiri masih penasaran kok. Tapi, nggak apa-apa. Untuk mudahnya, inspirasi itu kita samakan saja dengan ilham.
Inspirasi dan Kehadirannya
Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan inspirasi, misalnya dengan pergi ke tempat terbuka seperti pegunungan dan laut, membaca buku, berdiskusi, melihat bunga, dan banyak jalan lagi.
ada tiga aspek dasar dari inspirasi, yakni penyadaran, transendensi, dan motivasi
Datang dengan sendirinya? Ya benar, makanya inspirasi itu saya samakan dengan ilham.
Ia datang dari sesuatu yang menyentuh hati atau pikiran dengan kemunculan tiba-tiba.Â
Kemunculannya itu pun terkadang tak disangka-sangka. Ini seperti karunia langsung dari Tuhan.
Maka, bersyukurlah mereka yang sering mendapat guyuran inspirasi seperti ini.
Ketika saya membaca artikel sahabat di kompasiana kadang-kadang timbul gagasan untuk menulis tentang topik yang dibahas itu tapi dari sudut yang berbeda.Â
Hal seperti itu seringkali menggoda saya untuk segera menuliskannya. Setelah dituruti, jadilah sebuah artikel. Apakah artikel itu sama dengan artikel yang dibaca?
Tentu tidaklah. Kalau sama, itu namanya plagiasi. Kalau mirip, mungkin masih bolehlah. Yang jelas sudut pandang alias angle-nya mesti berbeda.
Pada beberapa kasus, saya dapatkan inspirasi setelah membaca sebuah artikel seorang sahabat di sini. Inspirasi itu hadir tak melulu dari pembacaan artikel.Â
Bahkan, ketika membaca komentar para sahabat kompasianer pun acap memunculkan inspirasi. Sungguh menyenangkan bisa memetik cetusan awal sebuah rancangan tulisan dari membaca karya para sahabat di kompasiana.
Komentar Pak Katedrarajawen
Karena inspirasi itu hadir tiba-tiba dan akan pergi dengan segera, maka saran saya jangan lupa mencatatnya sesegera mungkin. Itu penting sebelum sang inspirasi say goodbye terhadap kita, he he he.
Berikut ini contoh inspirasi yang berawal dari sebuah komentar. Â Belum lama saya membaca komentar Pak Katedrarajawen di lapak saya.
Beliau memberikan komentar terhadap tulisan saya yang berjudul Kompasianer dan Seni Berkomentar yang tayang pada tanggal 27 Juni 2020. Berikut cuplikan sebagian komentar beliau.
"Bli Ketut, terima kasih ada nama saya di sini.
Sekali lagi interaksi di K ini memerlukan energi dan waktu yang luar biasa.
Membaca, membalas komentar, lalu berkomentar di teman. Rasanya waktu yang ada pasti akan keteter.
Kalau cuma mengandalkan notifikasi, pasti kita akan ketinggalan."
"Sebenarnya, membaca sebuah tulisan, justru dari komentar itu, biasanya lebih menarik. Ada yang setuju, ada yang kritik, ada yang membetulkan."
"Saya suka baca disway, Dahlan Iskan Way, yang seringkali justru komentarnya. Penulis sekelas DI yang dulunya wartawan aja setiap hari ada aja yang membetulkan."
"Dari berbalas komentar itu justru seringkali dapat masukan. Ladang saya memberi komentar, harapan saya ada timbul diskusi, eh malah gak berbalas, karena tulisan tgl sebelumnya, sementara penulisnya sudah sibuk membalas komentar terbaru."
"Yang mungkin itu juga terjadi pada saya. Apalagi kalau sehari posting dua sampai 3 tulisan," demikian komentar Pak Katedrarajawen.
Jawaban Terhadap Komentar
Dari cuplikan komentar itu, saya jawab langsung di bawahnya, demikian.
"Justru karena komentar itulah sebuah artikel yang ditayangkan menjadi lebih menarikl, Â lantaran ada diskusi di dalamnya. Setuju Bapak."
"Dan, dari situ juga kita acapkali mendapatkan masukan-masukan yang sangat berharga, bahkan mungkin inspirasi untuk topik tulisan berikutnya."
"Buktinya saya sudah dapat menangkap inspirasi dari komentar Bapak Katedra. Tunggu saja pemuatannya belakangan he he he."
"Benar juga Bapak, kadang ada yang terlewatkan. Saya juga demikian. Kita semua tentu maklum. Tak semua artikel para sahabat mesti dibaca dan dikomentari. Kita sesuaikan dengan ketersediaan waktu kita masing-masing saja." Begitulah balasan saya.
Itulah inspirasi terbaru yang saya dapatkan dari komentar Pak Katedrarajawen dan mewujud menjadi artikel ini.
Beberapa tulisan saya yang lain juga diawali dari membaca komentar dan karya para sahabat.
Untuk menyebut beberapa diantaranya adalah artikel Mbak Hennie Triana, Mbak Lusy Mariana, Pak Tjiptadinata Efendi, Mbak Nita Kris Noer, dan Pak Sigit Eka Pribadi.
Belum lagi para sahabat yang hampir seluruhnya hadir untuk memberikan semangat agar saya terus berbagi melalui tulisan.
Saya menyampaikan terima kasih kepada para sahabat yang saya tuliskan namanya di sini dan yang tidak saya tuliskan, baik yang sudah menginspirasi maupun yang memberikan semangat untuk terus menulis. Â
 ( I Ketut Suweca, 28 Juni 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H