Beliau menyebut, kendati sudah berusaha memperbaikinya, tetap saja tak bisa maksimal. Tentu beliau sendiri bisa melihat perbedaan artikel di awal dengan artikel yang beliau tulis sekarang ini. Kita juga bisa melihat betapa bagus kualitas tulisan beliau.
Terkait dengan evaluasi kecil-kecilan terhadap tulisan lama juga, sahabat kita dan sahabat lama saya, Bapak Katedrarajawen, memiliki kenangan tersendiri. Tulisan beliau di awal-awal hadir dengan paragraf yang pendek, to the point, berisi, dan menarik. Saya suka membacanya.
Inilah komentar Pak Katedrarajawen di kolom komentar lapak saya baru-baru ini:
"Untungnya waktu pertama nulis di kompasiana malah lupa takut dan malu, justru setelah udah lama baru muncul perasaan itu, Bli... Lah kok berani-beraninya padahal gak ngerti apa apa soal dunia menulis. Modal nekat dan gak tahu malu."
Begitulah tulis beliau di kolom komentar artikel saya sebelum ini yang berjudul Inilah Ketakutan yang Paling Sering Menghantui Penulis Pemula.
Itu hanya dua contoh. Saya pun mengalami banyak "rasa malu" kalau kembali membaca tulisan pada awal-awal bergabung di kompasiana. Di samping karena kontennya yang sekadar saja, juga tanpa gambar atau foto pendukung. Waktu itu, bahkan beberapa tahun kemudian, saya tak peduli dengan gambar ilustrasi di artikel. Yang penting menulis, pikir saya.
Lagi pula, tulisan saya rata-rata dangkal dan pendek-pendek. Beberapa tak sampai dua halaman tayang. Dan,hingga kini saya masih saja belum bisa secara maksimal memperbaiki semua kekurangan yang pernah ada selama ini.
Saya belum mampu menggali dengan "ceruk yang dalam" -- meminjam istilah Kompas, seperti dilakukan oleh sejumlah sahabat di sini. Saya juga kurang melakukan riset referensi berkenaan dengan topik yang  saya angkat.
Memerhatikan Kunjungan Pembaca
Kedua, melihat perkembangan kunjungan pembaca. Trend kunjungan pembaca dari waktu ke waktu bisa menggambarkan kemajuan kita dalam dunia tulis-menulis. Apakah rata-rata kunjungan pembaca relatif sama jumlahnya ataukah bertambah? Apakah kian banyak pembaca yang hadir di tulisan kita atau selalu saja sepi?
Untuk melihat kunjungan ini memang agak sulit, tapi paling tidak trend-nya dapat dilihat di beberapa artikel pada setiap tahunnya. Pengunjung artikel kita memang datang dan hilang, silih berganti. Tak mengapa. Yang penting kecenderungannya: apakah ada penambahan secara jumlah secara rata-rata atau tidak?
Sekadar contoh kecil yang saya alami. Kunjungan sahabat pada saat awal-awal berkompasiana masih sangat sedikit. Bersamaan dengan perkembangan keterlibatan saya di sini, kunjungan itu kian lama kian bertambah jumlahnya karena semakin banyak sahabat yang saya kenal secara online di kompasiana.