Tentang Kepemimpinan Ngemong
Jakob Oetama menerapkan pola kepemimpinan yang disesuaikan dengan budaya Jawa, Â yakni ngemong. Kata ngemong iini singkat sederhana, tetap sarat makna. Inti dari manajemen dan kepemimpinan itu adalah ngemong.Â
Ngemong itu artinya tahu diri bahwa manusia bisa merasa tidak mampu melakukan segala-galanya sehingga memilih mengorganisasikan keahlian, kelebihan dipadukan dengan kelebihan orang lain dalam sebuah usaha bersama.
Kata Jakob, "Saya tidak tahu bisnis, tetapi saya tahu diri kalau saya tak tahu bisnis. Hanya karena otak saya dikaruniai kecerdasan lumayan, dengan kemauan belajar, saya bisa menangkap apa yang diperlukan. Katakan saja, orang yang pegang bisnis, ya, harus tahu bisnis.Â
Yang pegang uang bukan hanya harus jujur dan bisa menghitung uang, tapi harus juga bisa tutup mulut, etika profesi keuangan yang sangat diperlukan. Modal lainnya, saya dianugerahi talenta bisa ngemong."
Tentang Paperless World
Seperti ditulis pada halaman 204 buku ini, ada sebuah pertanyaan yang muncul dan menghantui media cetak: benarkah akan datang paperlees world. Benarkah media cetak hidupnya tinggal menghitung hari?Â
Selama ini, sejarah menunjukkan, tampilnya medium baru tidak menggantikan medium lama. Radio tidak menggantikan surat kabar, demikian pula film.
Dalam zaman cyber space, demikian ditulis dalam buku ini, apakah tidak lagi berlaku pola lama, yakni terjadi saling mengisi antara media lama dan media baru?Â
Apakah media baru akan menggantikan media lama serta mematikan media cetak? Inilah sederet pertanyaan di kalangan pengelola dan pengamat media.
"Yang jelas, media cetak harus memperbaharui dan menyegarkan diri, melakukan adaptasi. Besarlah dampak media elektronik terhadap media cetak. Media baru tidak dihambat oleh time and space, sehingga penyebaran dan kehadirannya serentak ke mana-mana dan di mana-mana," tulis St Sularto mendeskripsikan pemikiran Jakob Oetama.