Mohon tunggu...
Ada Saya
Ada Saya Mohon Tunggu... -

I'am a student of Law Faculty, like writing, cooking, and everything can make all happy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri Kamboja Membuka Mata

23 September 2012   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Bukan orang lain yang menentukan keberhasilanmu, usahamu yang berperan besar

"Mbak Emi, permisi ada paketan buat mbak...." kata Simbok sambil mengetuk pintu kamarku.

Kuhentikan gerak tanganku yang tengah mengetik laporan tugas mata kuliah pengantar bisnis dan segera kubukakan pintu untuk Simbok.

"Dari siapa Mbok?"

"Kurang tau Mbak, nggak ada nama pengirimnya..." jawab Simbok seraya menyerahkan kotak persegi berwarna biru itu.

"Kok aneh.... tadi yang ngasi ini siapa mbok?" tanyaku sambil mengecek sisi demi sisi kotak itu untuk mencari petunjuk.

"Tadi sih... Simbok nemu di depan pager.... Pas Simbok mau buang sampah, eh liat ada paketan itu di depan pager..." jawab Simbok setengah linglung.

"Ya udah.. aku cek di dalem aja deh, Mbok.... Makasih ya Mbok...." kataku dengan penuh senyuman.

Kututup pintu kamarku setelah simbok pergi. Sedikit terlintas di benakku tentang teror bom berbentuk paket. Tapi untuk apa meneror keluargaku? Kulenyapkan pikiran itu dan mencoba berfikir positif tentang isi paketan itu. Kuamati lebih teliti persegi itu. Di atasnya terdapat kertas kecil.

Untuk Emilia Putri Kamboja,

Semoga keteguhan hatimu masih tergores dalam pena

Lelucon sinting apaan ni? Gerutuku sambil membuka bungkusan itu dengan rasa penasaran.

Oh My God..... kenapa benda ini ada disini? Aku terkejut mengetahui isi paketan itu. Tidak ada yang berbahaya memang. Tapi mengejutkan. Tiga tahun sudah aku tak melihat benda ini. Dan tiga tahun sudah aku mengubur impianku tentang semua ini. Entah dimana terahir kali aku meninggalkan benda ini. Tapi kenapa bisa seseorang mengirimnya kembali di alamat yang sangat tepat. Kubuka buku itu, kubaca halaman demi halaman. Kata-kata yang indah tersusun menjadi cerita apik, membuatku teringat masa-masa SMP. Buku catatan ini, adalah buku yang slalu menemaniku ke mana pun aku pergi. Buku ini bagaikan soulmate yang setia menemaniku hingga menjadi bintang sekolah kala SMP. Ya.... dulu memang dulu, sekarang semua itu bukan diriku. Tak ingin berlama-lama aku mengingat kembali, kubuang buku itu bersama kotaknya dalam sampah di sudut kamarku. Terlihat secarik kertas keluar dari kotak itu dan terbang berlahan mengikuti arah grafitasi. Rasa penasaran, membuatku mengambil kertas biru muda itu. Dan kubaca dengan seksama kata per kata yang tertulis dalam kertas kecil itu.

Tiga tahun sudah aku menunggu ceritamu

Tapi sepertinya kau tetap membisu

Kapan http://emiliastory.blogspot.com kembali bercerita?

Aku menanti Putri Kamboja membuka mata.

Secepatnya kumenuju meja tempat Laptopku berada. Segerakuketik alamat blog itu di tab Mozilla Firefox. Bahkan aku tak ingat pernah mempunyai blog ini. Memang sih, terahir kali aku ngeblog tiga tahun yang lalu. Tapi dengan banyak blog. Aku sama sekali tak ingat dengan alamat ini.

Akhirnya loading selesai. Alamat blog tadi mulai menampilkan page-nya. Kulihat posting terakhir 20 Januari 2009. Sebuah kata-kata perpisahan kusampaikan dalam posting itu. Semua posting disini membuka masa laluku. Membuatku muak tak ingin mengingat semua ini. Kini, perhatianku tertuju pada comment di bawah postinganku itu. Angka yang cukup fantastis. Blog yang tak pernah kubuka terdapat 89 comments tercantum di situ. Semua dari Satria P. H. Aku ingat nama itu. Tapi aneh. Nama itu ada di novel yang aku beli satu bulan yang lalu. Ya... novel yang berjudul Sepeda Usang. Masak sih pengarang novel itu yang melakukan semua ini. Nggak mungkin. Untuk apa penulis itu comment di blogku. Terlebih lagi, hampir seluruh commentnya berisi tentang kerinduannya terhadap Putri Kamboja yang tak lain adalah aku. Apa mungkin dia mengenalku? Kenal bagaimana? Bertemu saja aku tak pernah. Kenapa dia menyebutku Putri Kamboja? Aneh..... tak mau ku membaca semua comment yang menjemuhkan itu, fokusku langsung kutujukan pada comment terahir yang ia kirim 17 Juli 2012.

Pasti kamu sudah menerima paketan yang kutinggalkan di depan rumahmu. Jika kamu ingin tau siapa aku, temui aku di Coffe Toffe Jl. A. Yani pukul 15.00. Aku duduk di meja nomer 8 memakai T-Shirt berkerah warna merah.

Segera kulihat jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 14.50. Masih ada waktu 10 menit untuk sampai tempat itu. Sinting. Apa maksud orang ini. Siapa dia. Berani-beraninya dia membuka seluruh masa laluku.

*****

Di Coffe Toffe, aku melihat seseorang berdiri di dekat meja nomer 8. Dari belakang, pria itu tampak gagah. Dia tinggi, rambutnya cepak dengan sedikit aksen jabrik, tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk. Yang pasti T-Shirtnya berwarna merah. Dan hanya dia satu-satunya disini yang memakai T-Shirt berkerah warna mereh.

"Permisi...." kataku setengah malu sambil berdiri di belakang pria yang sedang memandang jauh ke luar jendela itu.

"Haikal....." sontak, aku terkejut setelah pria itu membalikan badan. Aku mengenalnya. Sangat-sangat mengenalnya. Dia temanku semasa SMP. Tak banyak berubah dari fisiknya. Hanya saja Haikal yang sekarang lebih berkarisma.

"Duduk yuk..." ajak Haikal sambil menarik kursi untukku. Aku menatapnya. Tak percaya tiga tahun kemudian aku bertemu dengannya di tempat ini.

"Jangan liatin aku kaya gitu dong....." sahut Haikal membuatku tersadar bahwa aku tengah melongo menatapnya.

"Jadi, yang ngirim paketan itu kamu...Oh My God... kenapa benda itu ada di kamu?"

"Jadi, udah berapa lama kamu ninggalin buku catatan itu?" Dasar Haikal ditanya, malah balik tanya.

"Itu kan bukan urusan kamu.... Jadi apa maksudnya kamu nglakuin semua ini?"

"Putri Kamboja, jadi kamu masih nggak ngerti. Aku pikir dengan ini kamu bakal tau maksudku yang sebenarnya. Ternyata kamu masih aja polos kaya dulu ya..... Haaauuufftttt....." Haikal mulai menghela nafas panjang.

"Aku nggak suka dipanggil Putri Kamboja." Kataku ketus.

"Menurutku kamu cocok dipanggil gitu.... Nggak tega juga kalo harus manggil putri kuburan.... hehehe." Lagi-lagi dia tak serius menanggapi kata-kataku sambil menampilkan tawa renyahnya.

"Kalo nggak ada yang penting diobrolin aku pulang deh...." kataku sambil berdiri.

"Eiiittssss....... " Haikal menarik tanganku memaksaku untuk duduk kembali. Tak ada daya untukku menolak. Kini matanya sudah menatapku dalam. Aku tak suka ini. Sungguh ini tak berubah meski tiga tahun kita sudah lost contact. Aku benar-benar gugup.

"Aku pengen Putri Kamboja membuka mata dan menuliskan kembali ceritanya..." bisik Haikal lembut tepat di telingaku. Membuatku lemas tak ada kekuatan untuk melangkah. Hingga akhirnya aku duduk kembali. Aku terdiam sejenak mencerna kata-kata itu. Kupejamkan mata sejenak dan kuhembuskan nafas dalam untuk menetralkan jiwaku kembali.

"Sory Kal... aku nggak bisa nulis lagi.... Itu bukan duniaku lagi." Akhirnya aku berani berkata.

"Kenapa?" Wajah Haikal berubah kecewa mendengar perkataanku. "Kamu nggak inget pas kamu SMP? Guru-guru slalu muji tulisan kamu... teman-teman slalu kagum sama kamu. Kamu jadi ketua ekskul jurnalis. Kamu populer gara-gara nulis. Ternyata aku salah dulu aku pernah iri sama kamu." Haikal mulai tampak sinis. Aku hanya bisa mengerutkan dahi. Terheran-heran cowok yang populer semasa SMP karena ketampanannya ini iri padaku.

"Kamu tau nggak sih? banyak banget anak-anak SMA yang sampek frustasi nyari apa kelebihan yang dia punya. Sedangkan kamu, sejak kecil udah keliatan kelebihan kamu itu nulis. Tapi kenapa di saat anak-anak seusiamu lagi mencari jati diri kamu malah memendam jati diri kamu? Aku pikir, kamu bakalan bener-bener menggeluti bidang tulis menulis dan aku bakal ngeliat karya kamu ada di rak toko-toko buku di seluruh Indonesia."

"Tapi, aku yang sekarang bukan aku yang dulu... aku udah nggak bisa nulis lagi, Kal..."aku mencoba meyakinkannya kembali.

Haikal mulai gegegetan denganku. "Dari blog kamu, kayaknya kamu bosan tulisan kamu nggak pernah dimuat di majalah. Lebih dari itu, apa semua ini gara-gara kamu mider sama orang yang lebih hebat dari kamu? Apa bener kamu minder sama Rere?" Haikal mulai menggertak.

Sontak aku terkejut mendengar nama itu. Aku memang pernah bercerita di blog kalau aku iri dengan seseorang. Tapi aku tak pernah menyebut nama Rere dalam blogku. Aku juga tak pernah cerita siapa pun tentang Rere. Aku tak bisa berkata kembali. Tubuhku mulai kaku.

"Sebenernya aku mau nunjukin ini ke kamu..." kata Haikal sambil melemparkan dua majalah seraya pergi meninggalkanku. Kubuka majalah yang ternyata baru terbit beberapa minggu yang lalu. Salah satu cerpen termuat dalam majalah itu "Setapak jalan impian" Aku ingat ini pernah aku tulis di buku catatan yang Haikal kirim tadi siang. Tak sadar air mataku jatuh membasahi pipi. Lidahku kelu. Aku hanya bisa pasrah. Memang itu kenyataannya. Aku memendam bakatku. Aku memendam jati diriku. Aku berhenti mengejar mimpiku menjadi penulis karena seseorang yang lebih hebat hadir dalam hidupku.

***

Untung saja, buku catatan itu belum dibuang simbok. Hhhhhmm..... aku emang iri sama Rere. Kenapa bisa ada seseorang yang membuatku membatasi kreatifitas. Kok aku bodoh banget sih dulu? Yang bikin tambah penasaran, Kok Haikal bisa tau sebanyak itu ya..... jangan-jangan selama ini dia nggak bener-bener ada di Sidney. Ah entahlah....

Energi menulis seketika muncul lagi. Malam ini aku membiarkan jariku menari di ataskeyboard laptopku. Dan membiarkan imajinasi berkeliaran untuk menemukan sebuah cerita. Dunia..... kini aku kembali bercerita untukmu kataku dalam hati sambil menyambut kembali jiwaku yang lama pergi. Akhirnya tulisan ini selesai. Kuberi judul Putri Angsa Menjelajah Dunia. Memang benar kata Haikal, ini jati diriku. Buktinya aku merasa lebih baik dengan menulis. Tak berharap banyak ini dimuat. Tapi yang pasti cukup membuat diriku menjadi diri sendiri.

Aku membuaka e-mail untuk mengirim tulisanku ini. Sesaat, kusempatkan dulu membuka inbox e-mailku.

From : Satria.ph@gmail.com

To : Emiliaceria@yahoo.co.id

Subject : Putri Kamboja cepatlah membuka mata

Rere itu sepupuku, buku catatan itu aku dapetin dari Rere. Katanya kamu pernah buang buku itu di tempat sampah sekolah. Aku tau semua ceritamu dari blogmu dan juga Rere. Sebenernya, Rere tu kagum sama tulisan-tulisan di buku catatan itu. Ingatlah Putri Kamboja, bukan orang lain yang menentukan hidupmu, tapi kamulah yang harus berusaha keras untuk keberhasilan hidupmu. Bukan Rere lebih hebat dari kamu, tapi dia rajin berlatih dan tak pernah putus asa. Bukan kamu tak rajin berlatih. Mungkin kamu kurang cermat milih majalah yang mau muatin cerpen-cerpen kamu.... hehehe Aku menunggu kamu menulis lagi.

Sang Pujangga

Haikal....

****

2 tahun kemudian....

"Huuufftttt.... senengnya ahirnya karya kita berdua bisa diderbitin." Kataku sambil tersenyum memandang satu buku berjudul Putri Kamboja Membuka Mata. Yang paling membuatku bahagia adalah nama penaku bersanding dengan nama pena Haikal di novel itu.

"Biasa aja tu... karyaku kan udah pernah diterbitin juga dua tahun yang lalu..." kata Haikal sambil mengacak-ngacak rambutku.

" Jadi novel Sepeda Usang itu bener-bener karya kamu..?" tanyaku sambil mengerutkan dahi. "Hehehehe...." Haikal hanya nyengir sambil menampakkan gigi putihnya yang berjajar rapi.

"Menyebalkan..... kalo aja Putri Kamboja nggak pernah menutup mata.. pasti karyanya lebih banyak dari pada Satria Payah..."

"Kok satria payah?" Haikal mulai protes.

"Yaiya Satria Payah. Satria P.H. P.H itu kan kepanjangan dari Payah."

"Bukan itu kali....." jawabnya sambil tertawa renyah.

"Kalau kamu, kenapa kamu panggil aku Putri Kamboja?" sahutku seakan teringat akan panggilan menjenggkelkan itu.

"Tau kan.. Bunga kamboja itu biasanya tumbuh di kuburan. Dia hidup diantara orang-orang yang mati. Dan itulah tulisan kamu. Bisa hidupin hati aku. Makannya jangan pernah berhenti nulis...." Haikal mulai menggombal sambil mengacak-ngacak rambutku untuk yang kedua kali.

"Apaan sih kamu. Kok aneh gitu artinya" aku mulai protes.

"Tapi aku seneng bisa bikin mata Putri Kamboja terbuka." Kata Haikal sambil menatap mataku dalam. Aku tersipu malu. "Aku sayang kamu, Putri Kamboja." Bisiknya sambil meraih tanganku dan dia letakkan di meja untuk menggenggamnya. Wajahku sepertinya memerah.

"Aku juga sayang kamu" Jawabku tebata-bata. Haikal menggenggam tanganku lebih erat. Tanpa kusadari, aku menitikan air mata bahagia. Akhirnya aku memiliki cinta yang sudah lama aku pendam. Dan cinta itu hadir lebih indah bersama diriku yang sesungguhnya. Aku akan terus mencintai Haikal dan aku akan terus menulis untuknya dan untuk dunia J.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun