Melihat gelagat akan turun “banjir” susulan, Ayah mulai aneh – aneh … eh … ayah mulai cerita bahwa pemain Timnas itu harus kuat. Seperti Fasya yang nantinya jadi kuat karena minum susu tiap hari, mau makan sayur, buah, seneng lauk ikan dan ayah bilang ayah bangga Fasya disiplin latihan tiap sore di lapangan depan rumah.
Ayah juga bilang sesuatu tentang passing Fasya yang bagus. Ayah yakin nantinya Fasya akan jadi bintang lapangan kaya’ Bambang Pamungkas, striker favorit Fasya.
(Nah … ini jawaban quiz tadi tentang nama Bambang. Yang sedang dicari – cari itu kaos bola dengan tulisan BAMBANG di punggung. Jadi bukannya Fasya pinjem bajunya Bambang. Do you understand? … Yes, Sir… ehhmm…)
Di tengah – tengah cerita ayah yang menggebu – gebu (padahal ayah memang selalu menggebu – gebu kalau cerita) tiba – tiba Fasya bilang : “Tapi kaos Bambangnya gak ada, Ayah…hik…hik” (mulai deh, tuh … mewek)
“Tong …tong”
“Tadi sholat do’ain biar Ayah nggakmarah. Kaosnya hilang”
“Tong …tong”
Ayah tertegun, terus menatap mata Fasya dan memastikan. “Berarti tadi niat sholatnya do’ain biar ayah nggak marah?” Fasya diam tanda setuju … eh … diam tanda tebakan ayah tidak meleset (abis dipel ‘kaleee … pake meleset)
“Kenapa Ayah harus marah, Sya?”, tanya ayah balik.
“Soalnya ayah susah dapet kaosnya”, gitu jawab Fasya.
(Fasya ingat ayah pernah cerita kalau kaos bola Timnas ukuran 10 dengan cetakan nama BAMBANG, waktu itu sulit di dapat. Ukurannya tanggung dan … nama itu nama yang aneh … halah … ulangi : … dan yang ada nama Bambangnya cuma kaos Persija. Carinya sampe ke stadion waktu Persija tandang. Niat ayah mau sekalian minta tanda tangan yang punya nama tapi waktu itu Bambang absen. Ayah cari kaos Bambang di sela – sela kesibukan ayah mau ujian penting di tempat ayah sekolah yang sampai malam itu. Hujan – hujan ayah dapet kaosnya di kios langganan ayah setelah sebelumnya pesan dulu 1 bulan)
(DL, yah … Derita Loe … )