Mohon tunggu...
Echa Sofie
Echa Sofie Mohon Tunggu... -

10 tahun terakhir saya berkutat di bidang Broadcast. Bagian pengalaman lainnya yang saya pernah geluti adalah Public Relation's & Marketing. Semua pengalaman kerja tsb saya miliki saat tinggal di Yogyakarta. Saat ini saya mencoba untuk berkarya di Palembang, kota kelahiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rich Dad, Poor Dad

29 April 2010   04:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fasya : “Bajunya cepet rusak, ada hitam – hitamnya”
(hitam – hitam : jamur yang muncul di kain karena kain yang lembab dalam jangka waktu lama, tidak secepatnya diangin - anginkan. Biasa disebut “bajunya tahi lalatan” )

Ayah Tanya terus, “Memangnya siapa yang bilang ada hitam - hitam begitu?”
Fasya : “Bunda yang bilang”
Ayah : “Bunda siapa?”
Fasya : “Bundanya Fasya, siy …”
Ayah : “Siapa namanya Bunda?”

Fasya menoleh ke Ayah, pandangan mereka bertemu, Fasya menarik – narik kaos Ayahnya,
“Bunda A. I. S. Y.A. H”

Ayah : “Mana Bunda Aisyah?”
Fasya : “Nggak ada”
Ayah : “Kemana?”
Fasya : “Hmmm … mudik, Yah” (mungkin dia sering dengar kata – kata ini dari orang besar)
Ayah : “Kemana?”
Fasya : “Swarna … hmm” (maksudnya Swarna Dwipa : Daratan Emas)
Ayah : “Ngapain Bundanya?”
Fasya : “Lihat Eyang” (Fasya mulai bosan, lalu ikut mengumpulkan bola, mulutnya komat – kamit seperti orang yang sedang menghitung)
Ayah : “Kok Fasya nggak ikut lihat Eyang?”
Fasya : “Minggu depan, siy…!!”
Ayah : “Sudah beli tiket?”

Ditanya begitu Fasya kaget. Dengan air muka khawatir dia memandang ayah yang mulai berdiri lalu menjawab ”Belum beli tiket”

Ayah : “Kok belum?”
Fasya : “Belum nabung”
Ayah : “Huuu … ayah sudah”
Fasya : “Minta tiketnya, ayah”

Mendengar permintaan Fasya yang memohon – mohon Ayah tidak tergoda dan bilang, “Lho … kok minta? Beli sendiri”
Fasya : “He … he… he”
Ayah : “Kok he … he… he?”
Fasya : “Ndak tau”

Ayah mulai menggerak – gerakkan bahu . Dengan pandangan mata ke arah lapangan, ayah bertanya, “Nggak kangen Bunda, ya?”

Fasya : “Kangen”
Ayah : “Kangen itu apa?”
Fasya : ”Ndak tau…” (dia bingung …)
Ayah : “Kok ndak tau?”

Fasya yang tadi berniat mengikuti gerakan bahu ayahnya, mengurungkan niat lalu menarik – narik kaos ayahnya, “Ayah …”
Ayah menghentikan gerakan bahunya, menoleh ke bawah,. Melihat Fasya yang duduk lagi di pinggir lapangan, ayah menyamakan pandangan dengan berjongkok, “Lho…katanya mau pemanasan. Kok malah duduk lagi?”

Fasya diam, matanya tertuju ke rumput. “Fasya mau makan rumput?”, ayah mencoba melucu tapi garing … kriuk … kriuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun