Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 10)

9 Juli 2024   12:36 Diperbarui: 14 Juli 2024   18:26 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu sedihnya Nasyabilla bila ingat akan kasih sayang almarhumah ibundanya, Nurul Puspita Rawadanti dan dirinya merasa sangat bersalah karena belum bisa membuat beliau bahagia semasa hidupnya di dunia.

Apalagi saat ingat akan penderitaan ibunya yang menjadi pembantu rumah tangga di keluarga orang kaya dan bahkan juga menjadi buruh tani di sawah bila tenaganya dibutuhkan saat tinggal di desa.

Herannya, kenapa almarhumah ibundanya tidak memanfaatkan uang tabungan ratusan juta yang begitu banyaknya hanya demi tabungan dirinya untuk masa depan dan lebih memilih hidup pas-pasan selama ini.

Dari mana uang itu berasal dan mengapa ditabung atas nama dirinya. Sungguh banyak pertanyaan yang muncul di dalam pikiran Nasyabilla di saat seperti ini.

Nasyabilla tidak menyadari bila sedari tadi, sebenarnya Kanjeng Gusti Ratu Azijah dan Gusti Raden Ayu Kamelia sudah tiba di pendopo Taman Keputren dan mengamati dirinya sedari tadi sampai sudut matanya menangkap adanya bayangan berkelebat di depannya.

Refleks, dia pun segera menyeka air matanya dan duduk bersimpuh dengan telapak tangan dirapatkan untuk memberikan sungkem sambil menundukkan wajahnya sebagai rasa hormat kepada Kanjeng Gusti Ratu yang sudah berdiri di depannya tanpa berani menatap wajah beliau.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 7)

"Nyuwun duka Kanjeng Ratu! Mohon maaf,...hamba tidak tahu bila Kanjeng Ratu sudah tiba di sini!" Kata Nasyabilla dengan nada terbata-bata.

"Tidak apa-apa nimas Nasyabilla! Ibu tebak, kamu pasti teringat dengan ibumu, Nurul Puspita Rawadanti ya?!"

Kalimat dari K.G.R Azijah membuat hati Nasyabilla sedikit kaget dan heran mengapa Kanjeng Ratu juga kenal dengan nama ibunya. 

Tanpa sadar, Nasyabilla menengadahkan dan melihat wajah teduh penuh kasih pada Kanjeng Gusti Ratu Azijah dan Gusti Raden Ayu Kamelia di depannya.

"Mohon maaf bila hamba sangat tidak sopan dan tidak menghormati,...apakah Kanjeng Gusti Ratu Azijah dan Gusti Raden Ayu Kamelia kenal dengan ibunda saya, Nurul Puspita Rawadanti?"

Kalimat pertanyaan selidik dari bibir mungil Nasyabilla pun meluncur keluar secara spontan karena rasa keingintahuannya yang begitu besar akan rahasia apa sebenarnya yang terjadi dan mengapa dirinya dipanggil beberapa kali untuk ditanya perihal keluarganya.

Mendengar pertanyaan itu, Kanjeng Gusti Ratu Azijah dengan suara berwibawa menjawab dengan pelan sambil menoleh kepada adiknya, Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila yang hanya diam dan menatap wajah Nasyabilla tanpa berkedip menahan haru sejak awal datang tadi.

"Sebenarnya, kami berdua memang sudah mengenal ibumu, Nurul Puspita Rawadanti! Semasa remaja dulu, dia adalah guru yang mengajari saya dan Raden Ayu Kamelia menari di Keraton ini!"

"Deg!"

Hati Nasyabilla terasa plong mendengar kalimat jawaban dari Gusti Kanjeng Ratu Azijah. Dia berusaha menarik semua urutan peristiwa dan menjadi paham mengapa selama ini dia sering dicecar pertanyaan perihal perjalanan hidup dan keluarganya oleh K.G.R Azijah dan G.R.Ay Kamelia Fadila.

Nasyabilla jadi mengerti mengapa dirinya dulu sejak kecil selalu diajari banyak tari tradisional Jawa oleh ibundanya, Nurul Puspita bila ada waktu senggang. 

Hal aneh lainnya adalah mengapa ibunya juga tidak pernah bercerita akan hal itu atau memilih mengajar menari pada orang lain melainkan hanya menjadi pembantu rumah tangga di desanya. Semua itu menjadi misteri bagi Nasyabilla.

Kanjeng Gusti Ratu Azijah sengaja tidak mengatakan hal yang sebenarnya dan berusaha menyembunyikan rahasia lama G.R.Ay Kamelia agar tetap tidak diketahui baik oleh Nasyabilla atau siapapun yang selama ini sudah bisa terjaga dan tersimpan dengan baik.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 8)

Saat mendengarkan cerita perjalanan hidup abdi dalem mataya, Nurul Puspita Rawadanti dan Nasyabilla mulai dari masa kecilnya di Gejayan sampai pindah ke Kota Magetan, Gusti Raden Ayu Kamelia sudah tidak mampu lagi menahan derai air mata yang mengalir deras di pipinya.

Bagaimana tidak, dia tidak pernah mengira Kusworo Adi Pranoto yang pernah menjadi kekasihnya dan merupakan ayah kandung dari Nasyabilla ternyata telah tewas mengenaskan dalam kerusuhan di Gejayan saat berusaha memadamkan api yang membakar banyak rumah termasuk rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggalnya pada kejadian kerusuhan saat gerakan reformasi di tanah air.

Kakaknya, K.G.R Azijah dan Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso, saat itu hanya mengatakan bahwa setelah peristiwa kelam di Gejayan itu, keberadaan Nurul Puspita Rawadanti, Kusworo Adi Pranoto dan Risqita Hayyu sudah tidak diketahui lagi ada di mana. 

Mereka lenyap begitu saja tanpa ada beritanya. G.R.Ay Kamelia saat mengetahui berita itu hanya mampu berduka meratapi nasib anaknya, Rizqita Hayyu.

Apalagi Kanjeng Gusti Ratu Azijah, dia hanya mampu meneteskan air matanya tanpa terucap sepatah kata pun dan timbul kekagumannya pada kesetiaan abdi dalem mataya Nurul Puspita yang bisa menjaga amanah tanpa menyentuh sepersen pun uang yang pernah diberikan oleh ayahandanya, Kanjeng Sinuhun Ramdhanu Adi Wasana untuk biaya hidup Rizqita Hayyu atau Nasyabilla sampai dewasa.

"Nimas Nasyabilla!.....Ibu ingin tahu bagaimana Nurul Puspita...., maksudku, kapan ibundamu meninggal dan kenapa?"

Kalimat pertanyaan dari Kanjeng Gusti Ratu Azijah dengan bibir bergetar meluncur karena berusaha untuk menahan kepiluan hati mengetahui perjalanan hidup Nasyabilla yang rasanya penuh dengan penderitaan sejak kelahirannya.

Setelah menghembuskan napas perlahan, Nasyabilla mencoba tetap tenang dan menguatkan hatinya untuk meneruskan cerita sedih tentang keluarganya sesuai permintaan Kanjeng Gusti Ratu Azijah.

"Ibunda saya, Nurul sangat bahagia saat mengetahui bahwa saya diterima di Universitas Gadjah Mada melalui jalur undangan atau tanpa tes. Beliau pun memaksa dan mengantarkan saya untuk daftar ulang di kampus. Bahkan juga membantu mencarikan tempat tinggal atau kost-an karena ibunda katanya hafal dengan Kota Yogyakarta!"

"Anehnya, saat itu almarhumah ibunda pernah mengatakan bahwa takdir dan nasib saya ada di Kota Yogyakarta! Meskipun saya tidak memahami kata-kata ibunda, sekarang sedikit demi sedikit hati saya juga mulai terikat dengan Kota Yogyakarta!"

Lanjut kata Nasyabilla dengan mata nanar karena ingat wajah almarhumah Nurul Puspita, ibunda yang sangat dicintainya dengan nada kalimat lirih menahan tangis. 

Meskipun demikian, dengan nada bergetar dan terbata, Nasyabilla tetap berusaha melanjutkan kisahnya seperti titah Kanjeng Gusti Ratu Azijah.

"Ibunda saya, Nurul Puspita meninggal karena kecelakaan pada kendaraan travel yang ditumpanginya dalam perjalanan pulang ke Magetan di jalan Tol setelah menengok saya di Kota Yogyakarta......Semua itu beliau lakukan semata untuk mengetahui kondisi dan memberikan penyemangat agar saya tetap rajin, giat dan fokus dalam belajar demi meraih cita-cita.....!"

Sampai pada kalimat yang terbata itu, air mata Nasyabilla sudah tidak mampu lagi dibendungnya dan mulai jatuh bercucuran. Dia pun menunduk sedih serta lidahnya menjadi kelu untuk melanjutkan kisah tragis yang menimpa ibundanya, Nurul Puspita Rawadanti.

Nasyabilla merasa telah kehilangan orang yang terpenting dalam hidupnya karena almarhumah merupakan figur yang menjadi pegangan dan tumpuan dalam hidupnya. Beliau adalah satu-satunya orang yang mendampingi, melindungi, menemani dan menyayangi dirinya semenjak kecil dan telah berpulang ke Rahmatullah untuk selamanya.

Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila yang merupakan ibu kandung asli dari Nasyabilla atau Risqita Hayyu yang sejak awal berusaha untuk menahan diri berkomentar di pertemuan itu, kini sudah tak kuasa lagi untuk menahan air matanya yang juga ikut mengalir deras di pipinya.

Dia merasa sangat bersalah dan berdosa karena Nasyabilla yang merupakan anak kandungnya sendiri harus dipisahkan dan juga pernah dibuang untuk dirawat oleh abdi dalem mataya, Nurul Puspita yang ternyata sama menderita dengan dirinya yang menjalani hukuman pengasingan dari ayahandanya, Kanjeng Susuhunan Ramdhanu Adi Wasana.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 9)

Tanpa menunggu izin dari kakaknya, Kanjeng Gusti Ratu Azijah, spontan Gusti Raden Ayu Kamelia segera turun dari kursinya dan menuju Nasyabilla yang tampak pucat pasi didera kesedihan mendalam. Dipeluknya erat gadis penari Nasyabilla itu dengan kasih sayang tulus.

Nasyabilla meskipun kaget namun membiarkan dirinya dipeluk oleh G.R.Ay Kamelia. Setelah sekian lama dirinya juga mendapatkan pelukan kasih sayang lagi dari seorang perempuan sebagai pengganti pelukan dari almarhumah ibundanya, Nurul yang telah meninggal.

Dia tidak menyadari adanya rahasia bahwa sesungguhnya Gusti Raden Ayu Kamelia itu adalah ibu kandungnya yang telah melahirkannya di dunia ini.

Gusti Raden Ayu Kamelia, tidak hanya memeluk Nasyabilla dengan erat, melainkan mencium pipi kiri dan kanannya karena setelah sekian tahun baru kali ini dia bisa memeluk anak gadisnya yang sudah bertambah dewasa dan cantik. 

Rasanya, G.R.Ay Kamelia tidak ingin melepaskan pelukannya karena perasaan rindu terdalamnya selama ini.

Kanjeng Gusti Ratu Azijah yang melihat pemandangan itu hanya meneteskan air matanya karena didekap perasaan haru juga. 

Namun, sebagai seorang Ratu di Keraton, dia harus mampu menjaga wibawa dan menekan perasaannya karena beliau sempat memperhatikan ada beberapa abdi dalem di taman Keputren ikut mengamati adegan tersebut dari kejauhan tanpa berani mendekat atau bertanya bila tidak dipanggil.

Setelah bisa menguasai diri, Gusti Raden Ayu Kamelia melepaskan pelukannya pada Nasyabilla dan memperhatikan wajah anaknya yang jelita itu dengan saksama.

"Aku yakin, ini adalah benar anakku Rizqita Hayyu yang dulu dan aku harus menyelamatkan anakku yang malang ini serta mengangkat harkat martabatnya sebagai seorang ningrat apapun konsekuensinya!"

"Aku tidak boleh lagi melepaskan anakku untuk kedua kalinya dalam penderitaan! Kali ini aku harus bertindak!"

Kata hati Gusti Raden Ayu Kamelia bertalu-talu memompa pikirannya untuk berbuat sesuatu demi anaknya yang telah lama hilang.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun