Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 9)

2 Juli 2024   15:40 Diperbarui: 2 Juli 2024   20:10 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gadis Penari Nasyabilla di tampilan Tari Bedhaya. Sumber gambar KOMPAS TV.COM

Sementara itu, Kanjeng Gusti Ratu Azijah yang sedang menemani Suaminya, Kanjeng Susuhunan Subekti Hari Prabowo di Balairung Keraton yang membahas pleno persiapan Malam Gebyar Budaya Keraton hanya diam membisu mendengarkan laporan kesiapan para abdi dalem keraton yang ditunjuk untuk menjadi panitia pelaksanaan pertunjukan yang hanya tinggal beberapa hari lagi.

Pikiran K.G.R Azijah merasa tidak tenang bila ingat adiknya satu-satunya, Gusti Raden Ayu Kamelia yang ditinggal sendiri di pendopo keraton dalam keadaan kurang sehat.

"Jangan-jangan adikku benar-benar sakit?" Hati K.G.R Azijah menjadi semakin gelisah dan rasanya ingin rapat pertemuan itu segera berakhir saja agar bisa bertemu dengan adiknya, G.R.Ay Kamelia untuk memastikan kondisinya.

"Semua kendaraan sudah siap untuk penjemputan Gusti Raden Ajeng Sri Kanti Septi Rahayu dari Unair Surabaya, Gusti Raden Ajeng Lestari Ratnadewati dari Undip Semarang, Gusti Raden Ajeng Desiva Frisillia Afanty dari SMA Taruna Nusantara Magelang". 

"Sedangkan Raden Mas Gusti Rhevangga akan datang dengan kendaraannya sendiri karena tinggal diperumahan dosen UGM yang tidak jauh dari Istana Keraton".

"Surat-surat permohonan dispensasi untuk mereka semua agar bisa hadir di acara Malam Gebyar Keraton sudah dikirimkan dan telah mendapatkan persetujuan baik dari pihak kampus maupun sekolah mereka...termasuk juga surat undangan kepada seluruh tamu undangan, mulai dari pejabat daerah, Muspika, Muspida dan pihak media, ...sudah diterima oleh mereka semua dan menyatakan siap hadir!"

Gusti Pangeran Anggara Waskita Dewa, suami G.R.Ay Kamelia menjelaskan secara detail dan hal itu membuat KGPH Subekti Hari Prabowo menjadi sangat puas mendengar semua persiapan akhir dari panitia agar pelaksanannya berjalan lancar.

Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 6)

Kesempatan itu pun dipergunakan oleh K.G.R Azijah untuk meninggalkan rapat pertemuan di Balairung Keraton karena dirinya juga merasa bahwa ketidakhadirannya pun di ruang pertemuan itu juga tidak berpengaruh apa-apa pada persiapan acara karena semua sudah direncanakan dan ditata sempurna oleh iparnya, Gusti Pangeran Anggara Waskita yang menjadi ketua panitianya.

"Nyuwun duko Kanjeng Sinuhun!, saya mohon izin untuk undur diri untuk melihat kondisi Gusti Raden Ayu Kamelia yang terlihat kurang sehat tadi saat kita tinggal di pendopo".

"Silakan Gusti Ratu bila ingin meninggalkan pertemuan terlebih dulu! Sebentar lagi rapat juga akan sudah selesai" Jawab KGPH Subekti dengan suara lembut penuh kasih sayang pada istrinya karena dia juga mengetahui sepertinya G.R.Ay Kamelia kurang sehat sebelum menuju ke ruang Balirung Keraton.

Gusti Raden Ayu Kamelia yang melihat kakaknya, Kanjeng Gusti Ratu Azijah berjalan menghampirinya di Pendopo Keraton, buru-buru segera menghapus sisa air matanya dengan tisu di depannya. Dia tidak ingin kakaknya tahu bahwa dirinya baru saja menangis.

K.G.R Azijah menatap wajah adiknya sebentar dan dia bisa menebak bahwa G.R.Ay Kamelia pasti baru saja menangis karena memikirkan anak perempuannya, Rizqita Hayyu yang telah lama hilang dan mendadak muncul di Keraton secara kebetulan, namun K.G.R.Azijah pura-pura tidak tahu agar hati adiknya bisa tenang.

"Adikku! Karena hari sudah sore!, ayo mbakyu antar ke kamarmu! Malam ini, tidurlah yang nyenyak dan besok siang akan mbakyu temani untuk bertemu dan bertanya banyak hal pada gadis penari Bedhaya, Nasyabilla. Setelah itu kita akan tahu apakah dia benar anakmu atau bukan!"

Kalimat yang menyejukkan dari K.G.R Azijah membuat G.R.Ay Kamelia menjadi segan untuk menolak dan dia berpikir bahwa apa yang diutarakan oleh kakaknya itu ada benarnya juga.

Perasaan cemas berlebihan justru membuat pikirannya menjadi tidak tenang dan gelisah. Semua itu harus dipastikan besok siang dan dirinya harus mengambil keputusan yang tepat setelah semuanya jelas.

Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 7)

Keesokan harinya, di Istana bagian belakang untuk Keputren (Taman khusus wanita), sesuai pesan dari abdi dalem mataya Nafila, selepas makan siang dan berisitirahat dari latihan menarinya, Nasyabilla diminta untuk berada di taman keputren dengan segera atas perintah dari Kanjeng Gusti Ratu Azijah.

Meskipun banyak pertanyaan dalam hatinya, sambil menunggu kehadiran Kanjeng Gusti Ratu dan Gusti Raden Ayu Kamelia, Nasyabilla hanya duduk dan melamun sambil mengingat-ingat tentang perjalanan hidupnya yang penuh duka lara dan nestapa.

Dari cerita ibunya, Nurul Puspita Rawadanti, semasa kecilnya dia bersama ayah dan ibunya tinggal di rumah kontrakkan di daerah Gejayan. Sedangkan ayahnya yang pandai berbahasa Inggris, bernama Kusworo Adi Pranoto bekerja sebagai guide atau pemandu wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang biasanya datang untuk berwisata di daerah Yogyakarta.

Namun naasnya, pada saat ada kasus demonstrasi yang akhirnya berujung ricuh, ayahnya terjebak di Gejayan saat sedang mengantarkan orang asing untuk melihat jalannya demonstrasi yang menuntut reformasi pada suasana politik imbas dari gerakan reformasi dari Jakarta.

Banyak kasus penjarahan, pembunuhan dan pembakaran di daerah Gejayan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Suasana menjadi kisruh dan mencekam. Rumah kontrakkannya juga tidak luput dan ikut dibakar juga oleh orang tidak dikenal.

Kusworo yang mengetahui hal itu pun segera berusaha memadamkan api. Namun, api sudah membesar dan banyak melahap rumah di kanan kirinya juga. Sampai akhirnya, saat berusaha ikut membantu rumah tetangganya yang terbakar, ayahnya bersama beberapa warga di situ tewas mengenaskan setelah tertimpa atap rumah yang terbakar hebat serta tidak ada yang berani menolong mereka.

Ibunya, Nurul Puspita Rawadanti saat itu hanya bisa menangis histeris melihat kejadian itu dan juga masih terlihat berduka saat bercerita pada dirinya setelah Nasyabilla dewasa. Semua barang dan perabotan terbakar habis. Ibunya hanya membawa koper besar dan beberapa pakaian yang bisa diselamatkan.

Akhirnya, Ibunya membawa dirinya pindah ke Kota Magetan di Jawa Timur, yaitu ke rumah neneknya dan merupakan kota kelahiran Nurul, ibunya.

Sebagai janda, ibunya bekerja secara serabutan mulai menjadi pembantu rumah tangga dan menjadi buruh tani. Semua itu ikhlas dijalani demi penghidupan sehari-hari untuk mereka bertiga, yaitu neneknya, Nurul, ibunya dan dirinya sendiri.

"Kamu fokus saja belajar yang giat di sekolah demi masa depanmu! Pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasibmu kelak!" 

Kata-kata Nurul Puspita ibunya itu rasanya masih terngiang dan lekat dalam pikiran serta hatinya sebagai motivasi terkuat Nasyabilla dalam belajar. Tidak heran, dia selalu menduduki berprestasi dan peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.

Sampai suatu hari, di saat menjelang kelulusan dari SMA Negeri 1 Magetan, Nasyabilla bercerita pada ibunya bahwa dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melalui jalur SNMPTN Undangan. Itu artinya, dia diterima tanpa jalur tes tulis berdasarkan nilai rapornya.

Semua itu berkat prestasi akademik dan belajar giatnya untuk membaktikan dirinya pada ibu dan keluarganya. Nurul Puspita Rawadanti tidak kuasa menahan air mata yang jatuh di pipinya karena merasa sangat bahagia dan serta merta memeluknya erat. Nasyabilla pun ikut larut dalam suasana keharuan itu.

Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 8)

Pada kesempatan itu, ibunya masuk ke kamar dan keluar lagi sambil membawa sebuah buku kecil yang kemudian diberikan kepadanya. Setelah Nasyabilla mengamati dengan saksama, ternyata itu adalah buku rekening Bank atas nama dirinya.

Betapa terkejutnya Nasyabilla saat membuka dan melihat saldo di dalam buku tabungannya. Ternyata jumlah uang yang ada di dalamnya ada lebih dari Rp 275.000.000. Dia mengamati bahwa tabungan awal saat disetorkan ada Rp 250.000.000. Itu adalah jumlah uang yang sangat luar biasa banyaknya.

" Ibunda dapat uang sebanyak ini dari mana?" Tanya Nassyabilla dengan nada penuh selidik dan perasaan heran serta masih menunjukan wajah terkaget-kaget.

"Itu semua uangmu dan ibu tidak mengambilnya sepersen pun! Itu untuk biaya kuliah dan kebutuhanmu nantinya!" Jawab Nurul, Ibunya dengan kalimat pendek agar Nasyabilla tidak bertanya-tanya lebih mendalam lagi dari mana uang itu berasal.

Mengingat-ingat kembali perjalanan hidupnya dulu bersama almarhumah ibundanya Nurul Puspita Rawadanti, tidak terasa membuat air mata Nasyabilla mengucur deras di pipinya.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun