Banyak kasus penjarahan, pembunuhan dan pembakaran di daerah Gejayan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Suasana menjadi kisruh dan mencekam. Rumah kontrakkannya juga tidak luput dan ikut dibakar juga oleh orang tidak dikenal.
Kusworo yang mengetahui hal itu pun segera berusaha memadamkan api. Namun, api sudah membesar dan banyak melahap rumah di kanan kirinya juga. Sampai akhirnya, saat berusaha ikut membantu rumah tetangganya yang terbakar, ayahnya bersama beberapa warga di situ tewas mengenaskan setelah tertimpa atap rumah yang terbakar hebat serta tidak ada yang berani menolong mereka.
Ibunya, Nurul Puspita Rawadanti saat itu hanya bisa menangis histeris melihat kejadian itu dan juga masih terlihat berduka saat bercerita pada dirinya setelah Nasyabilla dewasa. Semua barang dan perabotan terbakar habis. Ibunya hanya membawa koper besar dan beberapa pakaian yang bisa diselamatkan.
Akhirnya, Ibunya membawa dirinya pindah ke Kota Magetan di Jawa Timur, yaitu ke rumah neneknya dan merupakan kota kelahiran Nurul, ibunya.
Sebagai janda, ibunya bekerja secara serabutan mulai menjadi pembantu rumah tangga dan menjadi buruh tani. Semua itu ikhlas dijalani demi penghidupan sehari-hari untuk mereka bertiga, yaitu neneknya, Nurul, ibunya dan dirinya sendiri.
"Kamu fokus saja belajar yang giat di sekolah demi masa depanmu! Pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasibmu kelak!"Â
Kata-kata Nurul Puspita ibunya itu rasanya masih terngiang dan lekat dalam pikiran serta hatinya sebagai motivasi terkuat Nasyabilla dalam belajar. Tidak heran, dia selalu menduduki berprestasi dan peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.
Sampai suatu hari, di saat menjelang kelulusan dari SMA Negeri 1 Magetan, Nasyabilla bercerita pada ibunya bahwa dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melalui jalur SNMPTN Undangan. Itu artinya, dia diterima tanpa jalur tes tulis berdasarkan nilai rapornya.
Semua itu berkat prestasi akademik dan belajar giatnya untuk membaktikan dirinya pada ibu dan keluarganya. Nurul Puspita Rawadanti tidak kuasa menahan air mata yang jatuh di pipinya karena merasa sangat bahagia dan serta merta memeluknya erat. Nasyabilla pun ikut larut dalam suasana keharuan itu.
Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 8)
Pada kesempatan itu, ibunya masuk ke kamar dan keluar lagi sambil membawa sebuah buku kecil yang kemudian diberikan kepadanya. Setelah Nasyabilla mengamati dengan saksama, ternyata itu adalah buku rekening Bank atas nama dirinya.