Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 8)

20 Juni 2024   14:50 Diperbarui: 20 Juni 2024   19:17 2669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penari Nasyabilla dalam tampilan Tari Bedhaya. Sumber gambar Keratondjogya.id

Mendengar kalimat dari abdi dalem keparak dari Keraton Utama yang biasanya melayani di Istana utama, membuat Kanjeng Gusti Ratu Azijah dan Gusti Raden Ayu Kamelia sejenak dan hanya saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain.

Mereka berdua mencoba untuk menduga-duga mengapa sore ini mendadak dipanggil Kanjeng Gusti Pangeran Harya Subekti Hari Prabowo di Istana Utama.

Apakah Kanjeng Susuhunan sudah mengetahui perihal rahasia kehadiran Rizqita Hayyu di Keraton, padahal tidak ada yang bercerita atau mengetahui rahasia itu sebelumnya.

"Salah satu dari kamu, pergilah ke abdi dalem mataya, Nafila yang sedang mengajari kelima mahasiswi tari Bedhaya di Pendopo seberang taman itu dan sampaikan bahwa mulai hari ini, semua penari bedhaya harus tinggal dan bermalam di Asrama keraton karena acara Malam Gelar Budaya tinggal beberapa hari lagi!"

Tiba-tiba Kanjeng Gusti Ratu Azijah berkata pada abdi dalem di depannya sambil mengangkat jari telunjuknya mengarah ke Pendopo kecil di seberang Taman Istana.

Baru juga salah satu abdi dalem yang tertua akan berbalik dan pergi, K.G.R.Azijah sudah menambahi lagi.

"Juga sampaikan secara khusus pada abdi dalem Nafila Nuraulia, bahwa besok siang selepas gladi kotor menari di Pendopo dan waktu beristirahat, Gadis penari yang bernama Nasyabilla diminta untuk menghadap saya di ruang tengah khusus Keputren (Wanita) di Istana bagian belakang!".

"Sendiko Dawuh, Kanjeng Gusti Ratu!" Jawab salah satu abdi dalem dan segera berangkat untuk menyampaikan pesan.

Setelah itu, K.G.R Azijah memberi kode pada Adiknya, G.R.Ay Kamelia untuk berjalan mengikutinya menuju Keraton Utama guna memenuhi panggilan dari Raja yang juga menjadi suaminya.

Baca Juga  : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 5)

Dari jauh saat memasuki pintu gerbang Istana, G.R.Ay Kamelia sedikit kaget begitu melihat suaminya, Kanjeng Gusti Pangeran Anggara Waskita Dewa sudah berada di situ. Dia sedang duduk di kursi teras Keraton bersama KGPH Subekti Hari Prabowo.

Mereka berdua terlihat sibuk dan sedang berdiskusi dengan memperhatikan kertas-kertas di atas meja di depannya sampai tidak menyadari kehadirannya dan juga kakaknya, K.G.R Azijah di dekat mereka.

"Maaf mengganggu Kanjeng Sinuhun! Ada titah apa kami berdua dipanggil?" Suara K.G.R Azijah spontan membuat diskusi antara KGPH Subekti dan K.G.P Anggara terhenti dan segera menoleh.

"Terima kasih telah berkenan hadir Kanjeng Ratu! Begini...,hemm, tapi silakan duduk dulu dan akan saya sampaikan nanti sambil menikmati teh hangat ya!"

Kanjeng Susuhunan Subekti Hari Prabowo berkata dengan tutur kata yang halus dan sopan kepada istrinya, Kanjeng Gusti Ratu Azijah serta adik iparnya, G.R.Ay Kamelia Fadila.

Meskipun kedudukan mereka semua sederajat dan sebagai suami istri serta hubungan sesama anggota keluarga keraton, namun adat dan tata krama bersopan santun sebagai kaum ningrat harus tetap dijunjung tinggi dalam berinteraksi satu sama lain baik di dalam atau di luar istana.

"Setelah kita minum teh ini, saya mengajak Kanjeng Ratu Azijah untuk turut serta dalam rapat paripurna persiapan perhelatan Malam Gebyar Budaya Keraton yang tinggal tiga hari lagi!". Jelas Kanjeng Susuhunan Subekti.

"Kanjeng Gusti Pangeran Anggara Waskita Dewa sudah saya tunjuk untuk menjadi ketua panitia pelaksanaan acara yang akan digelar di Pendopo Utama Keraton!".

Mendengar penjelasan dari Kanjeng Susuhunan, Gusti Raden Ayu Kamelia pun segera melirik kepada suaminya. Dia bisa memahami sepenuhnya K.G.P Anggara Waskita memang sangat cakap dalam berbagai hal. Jadi tidak salah bila dia ditunjuk menjadi orang kepercayaan Raja.

Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 6)

Tidak begitu lama, Pangeran Sentana yang bernama Panji Satria Buana, seorang abdi dalem dengan jabatan tertinggi di istana hadir sambil duduk bersimpuh dan melaporkan bahwa semua abdi dalem mulai dari tingkatan jajar sampai bupati nayaka serta seluruh anggota panitia terkait sudah hadir di dalam ruang pertemuan.

Melihat pangeran sentana yang melapor pada Kanjeng Susuhunan di depannya membuat Gusti Raden Ayu Kamelia teringat akan sosok yang berjasa baginya. Dia adalah Pangeran sentana Banu Wibiyoso yang membela, membantu dan melindunginya selama dalam masa pengasingan akibat aib yang diperbuatnya 23 tahun lalu.

Dia hanya mendengar dari mbakyunya bahwa Pangeran sentana, Banu Wibiyoso begitu memasuki masa pensiun, telah meninggal karena sakit saat wabah pandemi Covid-19 merebak di berbagai daerah.

G.R.Ay Kamelia merasa sangat sedih karena belum sempat untuk membalas jasa-jasa atas kesetiaan dan pengorbanan Pangeran sentana Banu Wibiyoso yang ikhlas melindunginya semasa dihukum dulu.

"Suamiku, Kanjeng Pangeran Anggara! Bolehkah aku tidak ikut ke ruang pertemuan? Aku merasa kurang enak badan sore ini!" kata G.R.Ay Kamelia pada suaminya, K.G.P Anggara.

Kanjeng Gusti Ratu Azijah yang mendengar kalimat itu bisa memahami perasaan dan pikiran adiknya yang masih harus menyimpan rahasia akan kehadiran anaknya, Rizqita Hayyu yang mendadak di Istana.

K.G.P Anggara tidak menjawab, dan hanya menoleh pada Kanjeng Susuhunan sambil menyampaikan permohonan maaf yang bisa dimaknai sebagai permohonan izin untuk istrinya dari Raja.

"Tidak apa-apa Kanjeng Gusti Ayu Kamelia untuk tetap tinggal di sini menikmati hidangan teh dan kue! Saya juga mengamati..hari ini kamu terlihat kurang sehat! Mata sedikit memerah dan seperti kurang beristirahat begitu!"

Kanjeng Gusti Ratu Azijah yang mendengar segera mengalihkan pembicaraan dan mengajak suaminya, Kanjeng Susuhunan untuk berangkat ke pertemuan serta meminta adiknya, G.R.Ay Kamelia untuk tetap tinggal di situ.

Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 7)

Setelah mereka berlalu, Gusti Raden Ayu Kamelia merasa sangat bahagia melihat kemesraan mbakyunya dengan Kanjeng Susuhunan Subekti Hari Prabowo. Keluarga mereka sangat harmonis dengan dianugerahi 2 anak yang tidak hanya tampan dan cantik, tapi mereka berdua juga sangat cerdas.

Dia mengetahui bahwa pernikahan kakaknya itu juga merupakan perjodohan dari almarhum ayahandanya, KGPH Ramdhanu Adi Wasana. 

Tidak ada dasar cinta sama sekali di antara mereka berdua saat memasuki kehidupan berumah tangga, namun herannya, kehidupan keluarga mereka sangat rukun dan bahagia.

Mbakyunya, K.G.R Azijah dan KGPH Subekti Hari Prabowo ternyata bisa membuktikan akan makna dari cinta sejati. Mereka berdua saling setia melayani dan mengabdi dengan ikhlas dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

"Huh, memang aku dulu yang sangat bodoh karena tidak memahami arti dan makna akan cinta sejati", bisik G.R.Ay Kamelia lirih pada dirinya sendiri sambil matanya menerawang megahnya gedung pertemuan besar dari kejauhan.

Saat muda dulu, dia tidak memahami makna sesungguhnya dari jatuh cinta. Hanya perasaan suka berlebihan dan tertarik dengan lawan jenis karena penampilan fisik dari sosok Kusworo Adi Pranoto yang berasal dari rakyat jelata namun dia sudah dibutakan dan terpesona dengan ketampanannya.

Sampai akhirnya mereka berdua yang sedang mabuk nafsu di lautan asmara, tidak menyadari bahwa telah berbuat hal yang melanggar norma adat, agama, budaya dan hukum yang berlaku di masyarakat. Bahkan tidak menyadari bahwa status dirinya adalah seorang putri keraton.

Akibat perbuatan terlarangnya, dirinya akhirnya hamil dan itu adalah aib bagi keluarga keraton. Ayahandanya sangat murka dan terpaksa dia harus menerima hukuman diasingkan dari istana Keraton Utama. Masa depannya pun hancur gara-gara nafsu asmara sesaat yang mereka lakukan,

Cinta suci itu harusnya saling menjaga, mengingatkan dan saling membantu serta berkorban untuk berjuang dalam menggapai cita-cita kemuliaan untuk mempersiapkan diri demi membentuk mahligai hidup berumah tangga yang bahagia di masa depan.

Cinta sejati itu tidak menyakiti, meminta atau merugikan orang yang dicintainya, melainkan selalu memberi, menjaga dan membuat pasangannya selalu merasa bahagia. Itulah bukti cinta yang sesungguhnya.

Membayangkan masa lalu saat mudanya yang kelam, G.R.Ay Kamelia tidak menyadari bahwa ada tetes air mata yang mengalir perlahan di pipinya. Dia pun segera menyekanya dengan tisu yang ada di atas meja di depannya.

Dia merasa sangat menyesal akan semua yang telah terjadi. Gara-gara aib itu, akhirnya dia putus sekolah dan hanya bisa menyelesaikan masa SMA nya dengan mengikuti ujian Kelompok Belajar Paket C yang diadakan oleh Dinas Pendidikan.

Sedangkan gelar sarjana pendidikannya, dia peroleh dari Jurusan Bahasa Jawa di Universitas Terbuka. Di masa-masa sulit itu, dirinya hanya mampu belajar secara online dari Istana Pengasingannya. 

G.R.Ay masih ingat bahwa dia juga hanya boleh keluar saat sedang menghadapi ujian tulis di perwakilan Kampus UT di Pusat Kota setiap semesternya dan itu pun juga dengan pengawalan yang ketat. Semua itu harus dia jalani sampai dinyatakan lulus dan diwisuda.

Tiba-tiba hatinya menjadi pedih dan merasa bersalah sampai air matanya mengalir deras tak terbendung sambil tersedu saat ingat ayahandanya, KGPH Ramdhanu Adi Wasana yang wafat karena serangan jantung selepas menikahkan kakaknya, G.R.A Azijah dengan Gusti Raden Pangeran Subekti Hari Prabowo.

Dirinya sama sekali tidak diperkenankan keluar dari Istana Pengasingan untuk mengantarkan jenazah Kanjeng Susuhunan Ramdhanu Adi Wasana, ayahanda yang dicintainya ke peristirahatan terakhirnya. 

Sungguh hukuman yang berat atas aib yang diperbuatnya, tapi semua penyesalan sudah terlambat.

"Maafkan anakmu yang penuh dosa ini dan telah membuat aib ayahanda dan keluarga keraton!" Bibir mungil G.R.Ay Kamelia berulangkali terucap lirih untuk memohon ampun sambil menyeka air mata dari netranya yang mulai memerah.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun