Di tengah kegelapan malam, semua rombongan segera memasuki mobil dan meluncur perlahan untuk menuju kediaman abdi dalem mataya, Nurul Puspita Rawadanti di daerah Gejayan.
G.R.A Azijah sempat melihat adiknya yang berdiri gontai sambil meneteskan air matanya yang hanya bisa meratapi nasib karena telah dipisahkan dengan anak yang baru dilahirkannya. Â
Dirinya sebagai seorang perempuan juga menyadari beratnya berpisah dengan buah cinta kasihnya yang meskipun terlarang, namun semua sudah terlanjur terjadi dan bayi itu tetap dianggap tidak mempunyai dosa.
Dia juga selalu mengingat bahwa G.R.A Kamelia selalu menyebutkan bila dikunjungi bahwa dia akan selalu mengingat akan tanda lahir yang dimiliki pada bayinya, yaitu adanya tahi lalat di pipi kiri, pundak dan punggungnya.
"Saya harus memeriksa sendiri tanda lahir dan bertanya secara pribadi pada salah satu penari yang mengaku bernama Rizqita Hayyu! Harus Saya pastikan sendiri!" Kata Gusti Kanjeng Ratu Azijah lirih pada dirinya sendiri sambil bangkit dari kursi yang dia duduki dan selanjutnya berjalan keluar dari kamarnya.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H