Duduk bersimpuh di pinggir kursi beludru singgasana Raja, Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso terlihat berbicara dengan berbisik pada KGPH Ramdhanu dan tidak ada seorang pun di dalam ruangan yang mampu mendengar dengan jelas perihal pembicaraan mereka berdua atau berani untuk mencuri dengarnya
Setelah selesai, Pangeran Sentana kembali duduk dan bersimpuh di tempatnya semula bersama keluarga keraton, abdi dalem, kedua orang tua dari Kusworo Adi Pranoto dan juga abdi dalem Mataya, Nurul Puspita Rawadanti.
Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 2)
Tiba-tiba, KGPH Ramdhanu berdiri dan berkata dengan nada yang cukup keras dan tegas di telinga semua orang yang hadir.
"Dengarkan titahku! "
"Pertama!... Untuk urusan pernikahan Kusworo Adi Pranoto dan abdi dalem mataya, Nurul Puspita Rawadanti akan dilangsungkan pekan depan! Di mana mereka tinggal dan mereka hidup nantinya.....!" Kalimat KGPH Ramdhanu terpenggal dan sesekali beliau terbatuk-batuk sambil sesekali memegang dadanya.
Gusti Raden Ajeng Azijah sebagai anak tertua menjadi cemas akan kesehatan ayahandanya, namun dirinya juga tidak berdaya dan hanya mampu meneteskan air matanya melihat ekspresi ayahandanya yang tampak menderita dan kesakitan seperti itu.
"....Semua urusan akan hal itu akan diselesaikan dan diatur serta dilaksanakan oleh Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso dan anakku pertama, Gusti Raden Ajeng Azijah Khoirun Niza!".
"Kedua!...Dalam waktu dekat ini, Anakku Gusti Raden Ajeng Azijah,..... akan aku jodohkan dengan seorang Pangeran yang merupakan putra pertama dari Kesultanan dari Kota sebelah barat, yaitu Gusti Raden Mas Subekti Hari Prabowo!".
Gusti Raden Ajeng Azijah yang mendengar titah itu langsung terkejut dan refleks mendongakkan kepalanya melihat wajah ayahandanya yang terlihat berlinang air mata kesedihan.
G.R.A. Azijah menyadari dan tahu bahwa sebagai keluarga ningrat di Istana Keraton apalagi dengan gender perempuan, klausa perjodohan adalah hal mutlak dan harus tunduk dengan adat yang mengikat tersebut sebagai putri bangsawan keraton.