Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pelarangan Program Study Tour, Solusi yang Solutifkah bagi Semua Pihak?

18 Mei 2024   04:26 Diperbarui: 19 Mei 2024   10:26 2895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbagai jenis bus pariwisata yang digunakan saat kegiatan study tour. Sumber dokumentasi pribadi

Ketiga, program Field Trip, yaitu program sekolah yang juga mengajak anak didik untuk belajar secara langsung ke lingkungan sosial yang baru, ekstrem atau jauh dari kehidupan normal sehari-hari dimana mereka berdomisili atau berasal.

Salah satu misal, anak-anak kota yang diajak untuk belajar bagaimana menanam padi di desa dan banyak contoh lainnya. Field Trip ini sering kita kenal dengan istilah Darmawisata yang bertujuan untuk menjaga hidup bertoleransi pada lingkungan sosial, agama, ekonomi dan budaya masyarakat lainnya.

Keempat, Study of Immersion. Kata "Immersion" berarti mewarnai atau mencelup. Artinya, kegiatan ini untuk memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat secara langsung baik secara teori ataupun praktik dalam di dalam kelas maupun kegiatan yang bersifat fisik.

Misalnya, anak-anak SMK Jurusan Pariwisata, belajar tarian Bali dan mempraktikannya secara langsung saat berada di Bali atau berkunjung ke Industri di daerah lain.  Bisa juga, pergi dan berada di Australia atau negara lain selama beberapa pekan bagi anak SMA yang ingin memperdalam bahasa Inggris secara lisan dan tulis beserta budayanya serta contoh lain tentunya.

Dari keempat perbedaan di atas, kita sering menggunakan istilah Study Tour, karena secara tidak disadari, semua aspek berbagai jenis kegiatan di luar sekolah itu ternyata telah bercampur acak dan bersatu padu di dalamnya.

Study Tour Itu Program Siapa?

Sebelumnya harus dipahami bersama bahwa semua kegiatan yang sudah disusun selama satu tahun di sekolah, terbagi menjadi beberapa bagian mulai dari program Kurikulum, Program Sarana prasarana, Program Kehumasan dan Kerjasama dengan pihak luar, juga Program Kesiswaan.

Di dalamnya ada salah satu program, yaitu Study Tour yang disusun, diketahui, disosialisasikan dan disetujui bersama oleh stakeholders sekolah, seperti OSIS, Orang tua murid, Komite Sekolah, Guru, Sekolah dan Dinas Pendidikan dan pihak terkait lainnya, termasuk klausa waktu pelaksanaan dan sumber dana pembiayaannya.

Jadi, semua pihak jangan sekali-kali, memvonis bahwa study tour itu adalah program milik bapak dan ibu guru di setiap sekolah. Mereka dianggap bersenang-senang dan juga disebut memaksakan program study tour pada anak didik.

Semua asumsi tersebut tidaklah benar. Bahkan, jika boleh memilih, bapak dan ibu guru semua, bila bukan karena tugas menjadi pendamping para siswa yang berangkat di program study tour, pasti akan menolak. Mereka lebih suka healing dan refreshing bersama keluarga sendiri-sendiri daripada dengan para muridnya.

Mereka paham, tugas mereka menjadi guru pendamping di tugas lapangan selama beberapa hari di kegiatan study tour itu sangatlah berat. Bagaimana mereka harus menjaga kesehatan semua peserta, mengawasi keselamatannya, menjaga perilaku mereka di daerah lain dan juga selalu berusaha menjaga mood atau perasaan bahagia selama berada di kota lain saat study tour.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun