"Sial banget gue hari ini!", gerutu Kevin sambil menuntun sepeda motor pinjaman dari Pak Carik Desa Cluntang, tempat kegiatan KKN dari kampusnya yang sudah ditentukan.
Siang tadi, selaku ketua rombongan mahasiswa yang sedang menjalankan tugas KKN, baru saja kembali dari pertemuan penting dengan Pejabat Dinas Pemerintahan di Kabupaten Boyolali untuk berkoordinasi tentang pelaksanaan program pengabdian masyarakat dari kampusnya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Saat perjalanan pulang, Kevin tidak tahu mengapa sepeda motor yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti dan mogok di jalan setapak berbatu serta berliku naik turun yang masih belum beraspal menuju Desa Cluntang di area pegunungan di Kota Boyolali, Jawa Tengah.
Sesekali Kevin berhenti untuk mengatur napas dan mencoba mengutak-atik lagi sepeda motor RX King yang ditumpangi untuk mencari trouble-nya ada di mana. Namun, karena itu jenis mesin sepeda motor 2-Tak model lama, dia tidak begitu mampu membetulkannya.
Kevin adalah tipikal cowok kota yang hanya naik sepeda motor jenis matic bila pergi ke kampus. Apalagi, dia sering menyerviskan sepeda motornya secara rutin sehingga semua lancar saja tanpa ada kendala pada mesin motornya.
Sambil duduk di pinggir jalan untuk beristirahat, Kevin mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya untuk menyeka keringat yang bercucuran sehabis menuntun sepeda motor yang mogok tersebut dari jarak yang lumayan jauh juga.
Dia hanya berharap semoga ada warga desa yang lewat dan bisa membantunya, namun rasanya harapan itu sia-sia karena semenjak sore tadi, dia belum pernah berpapasan atau bertemu seorangpun dengan warga desa yang lewat.
"Ah, bodohnya aku! Mengapa tadi tidak pergi bersama temanku!?". Kevin masih melanjutkan omelannya yang sebenarnya juga ditujukan pada dirinya dan dia merasa menyesal karena tidak mengajak salah satu temannya sesama mahasiswa yang sedang KKN di Desa Cluntang.
Kevin berpikir minimal ada teman yang bisa saling membantu bila ada masalah seperti yang terjadi seperti sekarang ini, tapi dia menyadari bahwa semua sudah terlambat. Menyesal pun juga sudah percuma.
Dia mencoba mengeluarkan smartphone-nya dan sekali lagi, tapi nasib sial tetap terjadi padanya karena selalu ada notifikasi "No Signal" di layar monitor telepon genggamnya.
Kevin sebetulnya sudah diberitahu sebelumnya oleh Pak Banu selaku Kepala Desa Cluntang bahwa di jalan setapak berbukit dengan rimbunan pohon hutan desa itu, sama sekali tidak ada sinyal untuk mengirim pesan bila ingin saling menghubungi sesama mahasiswa lain di lokasi KKN.
"Mati aku!", desah Kevin setengah putus asa dengan wajah kebingungan. Cowok berambut lurus dan tampan itu menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Hati dan pikirannya bercabang tidak karuan untuk membuat keputusan akan pilihan yang terbaik di situasi yang rumit itu.
Apakah sepeda motor miliknya Pak Carik, perangkat desa yang dia pinjam ditinggal di jalan setapak begitu saja dan dia melanjutkan perjalanan ke desa Cluntang atau tetap menuntun sepeda motor yang mogok itu dengan kondisi jalan yang naik turun?
"Bila sepeda motor ditinggal, nanti kalau dicuri orang, gimana juga!?, tapi kalau saya harus menuntun sepeda motor ini dengan kondisi jalan seperti ini sampai desa Cluntang yang masih jauh, rasanya saya juga tidak sanggup deh!".
Kata hati Kevin pada dirinya sendiri yang berbeda pendapat dan saling membujuknya. Sungguh simalakama dan hal itu membuat Kevin semakin bingung saja. Akhirnya, dia pun mondar-mandir di dekat sepeda motor yang rusak itu sambil menanti siapa tahu ada yang lewat.
Baca Juga : Â Resep Bubur Kacang Hijau Terlezat di Dunia
Matahari senja mulai terbenam dan situasi jalan setapak menjadi semakin gelap karena malam sudah mulai tiba. Tiba-tiba, bulu kuduk Kevin berdiri. Dia takut bila bertemu hantu atau mungkin ada hewan buas yang masih berkeliaran di hutan desa itu.
Ditambah dengan hembusan angin hutan yang membuat daun-daun pohon hutan saling bergesek dan juga suara serangga Tonggeret yang saling bersahutan membuat nyalinya menjadi semakin ciut karena perasaan takut.
Tidak berani mengambil risiko lebih lama bila malam semakin gelap, Kevin segera menuntun lagi sepeda motor mogok tersebut. Belum juga ada setengah kilometer dia mendorong, tiba-tiba di kejauhan Kevin melihat ada sebuah rumah desa dengan penerangan yang suram, namun itu sudah suatu hal yang menggembirakan baginya.
"Alhamdulillah!"
Kevin bersyukur tiada hentinya dan merasa senang setelah dilanda perasaan bingung harus bertindak bagaimana. Dia berharap ada orang yang bisa membantunya dengan masalah yang dia alami.
Setelah memasang standart sepeda motornya di halaman yang tidak begitu luas di rumah joglo ciri khas rumah desa, dia pun segera memberanikan diri dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam!" Terdengar jawaban salam dari dalam rumah dan pintu rumah itu pun terbuka  dengan derit engsel pintu yang jarang diberi minyak pelumas.
Seorang lelaki paruh baya berdiri tegap dan mengamati Kevin dengan sorot mata yang ramah serta teduh sambil tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu, nak?" tanya lelaki tegap yang berkumis tipis itu dengan sopan. Kevin pun segera mengenalkan dirinya dan juga menceritakan permasalahan yang dia alami. Â Setelah itu dia bertanya apakah lelaki itu bisa membantunya memperbaiki sepeda motornya yang mogok
Lelaki pemilik rumah itu pun bergegas keluar dan menuju halaman rumahnya lalu mengamati sepeda motor RX King di depannya. Tiba-tiba sambil tertawa, dia berkata dengan nada setengah bertanya pada Kevin, " Ini, sepeda motornya pak Carik desa Cluntang ya?!"
"Benar, Pak!". Kevin dengan menjawab sedikit heran kenapa orang itu tahu. Dia pun mengamati wajah lelaki tua di depannya yang terlihat masih ada sisa-sisa ketampanannya di masa mudanya.
"Ini dulunya sepeda motor saya, kemudian saya jual dan pembelinya adalah pak Carik desa Cluntang itu. Jika mogok seperti ini, saya pasti tahu penyebabnya!" jelas lelaki tua untuk menjawab rasa penasaran Kevin sambil memperkenalkan bahwa dirinya bernama Kusworo.
"Mas Kevin, silakan duduk di kursi teras atau di dalam rumah ya!? Monggo, mau di mana! Saya akan mencoba membetulkan sepeda motor ini. Jangan khawatir! Saya ahli kok! Lha, pekerjaan saya itu ya tukang servis di bengkel sepeda motor di dekat kantor Kecamatan Musuk!" tambah pak Kusworo yang masih tetap dengan nada ramah dan bersahabat.
Belum juga Kevin melangkah untuk duduk di kursi teras rumah sederhana yang berdinding semi tembok dan papan gebok jati itu, tiba-tiba dari dalam rumah keluar seorang wanita paruh baya dan seorang gadis jelita ikut bergabung dengan pak Kusworo.
"Oh iya! Mas Kevin!, kenalkan! ini Lestari, istri saya dan yang satunya ini, Amanda Melodia, anak saya" kata pak Kusworo yang dengan ramah mengenalkan keluarganya pada Kevin.
Setelah minum kopi manis yang disediakan oleh bu Lestari, sambil duduk di lincak bambu di teras rumah, Kevin bercerita lagi kepada bu Lestari dan juga Amanda yang terlihat pendiam tentang permasalahan yang dihadapinya dan juga keberadaannya di desa Cluntang.
"Oh, jadi Mas Kevin ini Mahasiswa di Fakultas Kedokteran dari UGM yang sedang mengikuti program KKN di desa Cluntang ya? Pasti sudah semester 6 dan kuliahnya mau selesai nih! Segera jadi Mas dokter dong!?" potong bu Lestari saat Kevin belum tuntas bercerita.
"Mas Kevin mau nih!, jika saya ambil sebagai menantu?!" goda bu Lestari sambil tertawa pelan.
Begitu mendengar hal itu, Kevin merasa kaget juga namun dia masih mampu menguasai diri. Tetapi, dirinya menjadi lebih terkejut lagi saat diberitahu bahwa Amanda Melodia, gadis desa yang begitu jelita di matanya itu ternyata juga mahasiswi di kampus yang sama dengan dirinya. Hanya saja, Amanda baru duduk di semester dua di FISIP dengan Jurusan Hubungan Internasional.
"Silakan saling berkenalan sendiri ya Mas Kevin!?" kata bu Lestari dan beringsut pergi setelah meminta izin untuk menyiapkan urusannya di dapur dan makan malam.
Kevin tanpa menunggu segera menggunakan kesempatan itu untuk mengenal Amanda secara lebih dekat dengan menanyakan seputar kegiatannya di kampus dan juga kenapa saat ini ada di rumah padahal belum saatnya liburan semesteran.
Sambil mengamati pak Kusworo yang diterangi lampu kecil dengan cahaya remang-remang, masih terlihat berusaha membetulkan sepeda motor yang rusak itu, Kevin sesekali melirik pada Amanda yang juga bercerita tentang kehidupan dan seputar perkuliahannya di Yogyakarta.
Jantung Kevin berdegup kencang saat Amanda bertutur dengan nada suara yang lembut dan merdu. Dia tahu, gadis berkulit kuning langsat yang sedang duduk disebelahnya itu sangat jelita. Dagunya lancip, hidungnya mancung dan bulu mata serta alisnya tebal. Giginya terlihat rapi dengan bentuk bibirnya yang mungil.
Dia heran, mengapa tidak pernah bersua dengan Amanda bila ada kegiatan di kampus. Jangan-jangan karena fakultas mereka yang berbeda membuat kesempatan bertemu menjadi tidak ada.Â
Kevin menyadari bahwa Fakultas Kedokteran ada di gedung sebelah barat, sedangkan Fakultas Ilmu sosial ada di gedung sebelah timur yang dipisahkan oleh jalan raya di jalan ke arah Kaliurang itu.
Tidak begitu lama, keakraban mulai terjalin di antara mereka berdua dan hal itu dibuktikan dengan gelak tawa saat Kevin menceritakan tentang banyak kejadian lucu pada hari pertama saat mengikuti kegiatan KKN di desa Cluntang.
"Jadi kamu tidak tahu dan tidak menduga bahwa rombongan mahasiswa yang KKN di Kecamatan Musuk ini berasal dari UGM?! Lhah, itu kan juga kampusmu tuh!" goda Kevin pada Amanda yang mengaku tidak tahu bila ada mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di sana.
Tiba-tiba terdengar suara raungan knalpot RX King yang sudah dibunyikan oleh Pak Kusworo. Rupanya beliau sudah bisa membetulkan hingga sepeda motor itu sudah bisa dihidupkan kembali mesinnya.
Spontan semua berkumpul di halaman rumah desa model joglo milik pak Kusworo. "Mas Kevin, ternyata Karburatornya tersumbat oleh kotoran sehingga membuat bensinnya tidak mengalir ke mesin!" jelas pak Kusworo sambil membleyer-bleyer gas di stang sepeda motor untuk memastikan semua mesin berjalan normal.
Kevin segera mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu pada pak Kusworo sebagai biaya servis, namun tetap ditolaknya meskipun sudah dipaksa. Akhirnya Kevin hanya mampu mengucapkan terima kasih atas kebaikan keluarga pak Kusworo dan berjanji untuk datang di lain hari.
"Maaf, pak Kusworo dan bu Lestari, saya harus segera kembali ke desa Cluntang untuk mengikuti pertemuan di Balai Desa dengan perangkat desa dan warga perihal sosialisasi program KKN yang akan dilaksanakan di sana" pamit Kevin dengan nada sopan dan dia juga menolak dengan halus saat diajak makan malam bersama keluarga pak Kusworo.
"Mohon maaf sekali lagi, saat ini saya sudah terlambat, karena ada pertemuan dengan warga yang dimulai pukul 19.30 dan sekarang sudah pukul 20.00. Sekali lagi terima kasih atas hidangan kopinya dan juga bantuannya" tambah Kevin lagi.
Kemudian, Kevin mendekat ke Amanda. Dengan tatapan lembut, Kevin memberikan alamat kostnya di Yogya dan juga nomor handphone-nya. Jujur, Kevin meskipun baru pertama kali berjumpa dengan Amanda, rasanya sudah seperti teman lama dan akrab.
"Jika masih libur, silakan main ke Balai Desa Cluntang ya atau nanti saya jemput jika pingin dolan ke sana untuk melihat para mahasiswa yang sedang KKN", pesan Kevin pada Amanda yang sejatinya, hati Kevin sedari awal bertemu telah tercuri oleh pesona Amanda dan segera ingin bisa bertemu lagi dengan gadis jelita itu.
Begitu tiba di Balai Desa yang terlihat penuh sesak karena dihadiri para perangkat desa, beberapa dosen pembimbing dan juga mahasiswa yang melaksanakan program KKN serta perwakilan masyarakat yang diundang, Kevin segera ikut bergabung duduk di kursi di sebelah Pak Banu, Kepala Desa Cluntang yang masih memberikan sambutan di pertemuan.
Setelah menerima microphone dari Pak Lurah, Kevin selaku ketua kelompok mahasiswa, sebelum mulai menjelaskan tentang program pelaksanaan KKN di desa tersebut, mengawali sambutannya dengan salam dan permohonan maaf serta bercerita mengenai keterlambatan datangnya karena sepeda motor pinjaman dari Pak Carik desa mendadak mogok di jalan setapak di pinggir hutan yang menuju Desa Cluntang.
"Beruntungnya, Bapak dan Ibu semuanya yang saya hormati!, ada orang yang memberikan pertolongan pada saya yang sangat kebingungan di tengah jalan setapak menuju desa ini. Bahkan beliau juga mampu membetulkan sepeda motor yang mogok sampai akhirnya mesinnya bisa hidup lagi!"
Kevin melihat semua warga desa, juga para perangkat dan para dosen serta teman-temannya terlihat tertarik dan antusias dengan kisahnya. Dia pun segera melanjutkan ceritanya lagi dengan setengah bercanda karena rasa bahagianya bisa bertemu dengan seorang gadis desa yang cantik jelita.
"Beliau bernama Bapak Kusworo dan tinggal di dekat perempatan jalan setapak sebelum masuk hutan Desa Cluntang. Saya bahkan bisa bertemu dengan putrinya yang bernama Amanda Melodia yang ternyata juga seorang mahasiswi dari kampus yang sama dengan ka.........mm........."
Kevin segera menghentikan ceritanya karena tiba-tiba seluruh warga desa yang hadir di Balai Desa itu tiba-tiba serentak berdiri dan saling berbicara satu sama lain dengan gaduh. Bahkan beberapa dari mereka tampak berjalan keluar dari balai serta berbisik satu sama lain dengan kalimat yang tidak jelas.
Melihat hal itu Kevin menjadi heran dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ceritanya ada yang salah atau ada kalimat yang menyinggung perasaan warga desa.
Tiba-tiba Pak Banu selaku Kepala desa menatap dirinya dan berkata, "Apakah ceritamu benar?! Kamu tidak mabuk atau mengada-ada cerita, kan?!
Kevin bersumpah dengan wajah kebingungan bahwa apa yang dia ceritakan itu benar adanya. Dia juga heran, dan balik bertanya pada pak Banu, sebetulnya ada masalah apa dan mengapa warga desa jadi ramai seperti ini.
Dengan suara pelan, Pak Banu berbisik di telinga Kevin,"Nak! Hal itu tidak mungkin, Pak Kusworo, yang bekerja sebagai tukang servis di bengkel sepeda motor di dekat Kantor Kecamatan Musuk, dan bu Lestari, istrinya serta juga anaknya yang jelita bernama Amanda Melodia, mahasiswi di salah satu Universitas terkenal di Yogyakarta yang saat itu sedang pulang liburan, telah ditimpa musibah dua bulan lalu!".
Kevin pun menoleh pada Pak Banu yang terlihat berwajah sedih dan mendesah menahan getar suaranya,"Pak Kusworo itu orang yang sangat baik. Demikian juga bu Lestari, istrinya. Mereka sering menolong warga Desa Cluntang yang membutuhkan tanpa pamrih".Â
Pak Banu berhenti sejenak dan menghela napas perlahan. Beliau juga tampak berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh turun di pipinya. Bibirnya terlihat gemetar saat dia meneruskan ceritanya.Â
"Namun, terjadi musibah kebakaran hebat di malam naas pada musim kemarau yang terjadi pada rumah mereka dan akhirnya juga menewaskan ketiga penghuninya yang tampaknya sedang terlelap tidur di rumah itu!".
Mendengar penjelasan pak Banu, Kevin terdiam kelu bak disambar petir dan teringat lagi akan wajah Amanda Melodia, gadis jelita yang baru dikenalnya, namun telah mencuri hatinya. Seketika dunia seperti runtuh berputar-putar di kepalanya dan akhirnya menjadi gelap di mata Kevin.
Cerpen ditulis untuk Kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H