Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Resep Bubur Kacang Hijau yang Terlezat di Dunia

8 Mei 2024   20:36 Diperbarui: 9 Mei 2024   05:56 4652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkali-kali, Ryan bergumam dan meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa masakan bubur kacang hijau dengan resep rahasia yang dia masak saat kegiatan KKN minggu lalu, hanya dirinya sendiri yang tahu.

Bahkan, mungkin resep rahasia tersebut tidak akan disebarluaskan. Dia sendiri juga tidak akan mencoba atau pernah memasaknya lagi dengan menggunakan resep "rahasia" tersebut untuk seumur hidupnya

"Ryan, kamu tadi bilang apa sih!, kok nggak begitu jelas gitu?", tanya Tyara mesra sambil menikmati hidangan ice cream yang ada di meja kantin kampus di depannya.

Meskipun tatapan Tyara masih menunjukkan sedikit rasa penasaran, Ryan segera mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang hasil kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang mereka jalani di sebuah desa di tengah hutan jati, di daerah Saradan, Madiun.

"Alhamdulillah, semua lancar dan mendapat apresiasi dari pihak masyarakat dan hal ini membuat nama kampus kita menjadi semakin terkenal di sana!", jawab Tyara yang sesekali sibuk membalas chat di WhatsApp yang masuk ke smartphone-nya.

Tyara, gadis jelita berkacamata itu adalah mahasiswi jurusan teknik kimia. Mereka berdua adalah mahasiswa semester 6 di fakultas yang sama. Hanya saja, bedanya, Ryan ada di jurusan teknik sipil.

Baca Juga  :  Cerpen : Sanichi Moriyama, Roni Pendekar Pedang Tiada Banding

Belum ada sepekan mereka berdua bersama rombongan mahasiswa lainnya kembali dari tugas pengabdian masyarakat di berbagai desa di tengah hutan jati di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun selama dua bulan lamanya.

Sebenarnya, meskipun Ryan seorang mahasiswa jurusan teknik sipil, semua sahabatnya di fakultas teknik pasti akan mengetahui bahwa dia sering menyabet berbagai kejuaraan di ajang lomba kuliner, baik di kampusnya atau di event lomba nasional.

"Posturmu kan tinggi tuh!, kamu juga tampan dan berkulit bersih, mending kamu jadi artis atau foto model aja!, ehh, malah salah jurusan di teknik sipil dan pinter di kuliner lagi!", kelakar Bagus, cowok ceking berambut keriting yang menjadi sahabat dekatnya sejak awal berkuliah di fakultas yang sama.

Ryan hanya tersenyum dan tidak berusaha membalas saat mendengar olok-olok dari  Bagus dan teman-teman lainnya dari fakultas lain atau di jurusannya.

Bagus dan beberapa mahasiswa lainnya memang terkenal usil dan sering nge-prank Ryan saat ada di kampus. "Yan!, tuh!, kamu dicari Tyara di luar ruang kuliah! Cepetan ke sana kasihan dari tadi nunggu!", bisik Bagus di telinga Ryan yang asyik membuat gambar tugas gedung 3 dimensi dengan aplikasi AutoCAD di laptopnya.

Ryan bergegas ke luar, namun dia tidak menemukan Tyara dan bahkan tidak ada satu orang pun di sana. Akhirnya dia tersenyum dan menyadari meskipun merasa sedikit jengkel juga karena itu pasti keusilan Bagus dan teman-teman lainnya di ruang kuliah.

Saat mengikuti Program KKN atau Kuliah Kerja Nyata dari kampusnya, Ryan merasa telah melakukan pembalasan atas keusilan Bagus dan juga kawan-kawannya meskipun tiada sedikit pun niat dari dirinya untuk melakukan hal itu sedari awal.

Baca Juga  :  Cerpen : Namaku Divani

Duduk bersantai di kursi kantin di kampus negerinya yang terkenal luas dan nyaman, Ryan yang sudah berjanji untuk bertemu dan makan siang bersama teman-teman sekelasnya, berusaha fokus untuk mengamati layar monitor di laptopnya karena tugas penting yang diberikan dosen kepadanya.

Sesekali juga dia melirik Tyara, kekasihnya yang masih menyantap ice cream sedikit demi sedikit dan fokus pada androidnya.

Ingatan Ryan kembali pada peristiwa sepekan lalu saat melaksanakan giat kerja lapangan, yakni pengerasan jalan setapak yang menuju area pemakaman di desa Tulung di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun saat melaksanakan KKN.

Baca Juga  :  Cerpen : Tulisan di Batu Nisan Chelsa

Beberapa mahasiswa yang tergabung dalam acara kerja bakti yang lokasinya jauh dari pemukiman penduduk dan hampir semua areanya tertutup oleh hutan pohon jati yang ditanam oleh warga di tanah Bengkok Desa, merasa sangat kecapekan dan sekaligus kelaparan.

Ryan yang ditunjuk sebagai ketua seksi kegiatan, segera berinisiatif dan meminta Bagus untuk menurunkan bahan makanan, peralatan masak, kompor gas, panci dan wajan besar serta peralatan makan lainnya dari mobil kampus yang terparkir di pinggir jalan ke arah area pemakaman desa.

Para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang kerja bakti dari kejauhan terlihat kegirangan dan semangat untuk beraktivitas karena mereka melihat Ryan, si jago kuliner sedang sibuk menyiapkan masakan untuk konsumsi siang mereka semua.

Bubur kacang hijau di wajan atau panci besar sudah siap untuk disantap meskipun masih berada di atas kompor gas. Tak lupa, santan, gula aren dan daun pandan sebagai penyedap rasa alami sudah terserap di bubur yang matang melunak tersebut.

Hanya saja, Ryan merasa sedikit aneh setiap berhenti mengaduk untuk beberapa saat. Dia menemukan dan melihat masih saja ada banyak butiran kacang hijau berwarna hijau kehitaman yang masih berbentuk bulat di dalam panci.

Namun, setiap dia mengaduknya berkali-kali, akhirnya butiran 'kacang hijau' bandel itu bisa larut bersama kacang hijau matang lainnya. Lucunya, kejadian itu terus berulang-ulang dan akhirnya membuat Ryan meneliti lebih saksama lagi akan fenomena itu.

Dia diam mematung sambil mengamati bubur kacang hijau yang ada di panci dan wajan besar yang rencananya akan disajikan untuk semua mahasiswa yang saat ini sedang membersihkan jalan setapak di pinggiran hutan jati tersebut.

"Astaghfirullah", Ryan segera beristighfar dengan perasaan kaget. 

Setelah itu dia menutup panci dan wajan tempat bubur kacang hijau yang sudah matang tersebut. Kemudian segera berlari turun menuju mobil kampus yang membawa bahan mentah untuk logistik rombongan KKN, seperti beras, kacang hijau, mie instan dan bumbunya serta bahan makanan lainnya juga. Dia berencana untuk memasak dari awal lagi untuk mereka yang kerja bakti.

Dengan setengah berlari, dia pun bergegas kembali ke lokasi dapur umum, tempatnya memasak yang tepat berada di bawah pohon jati yang rindang dan lapang tempat dapur umum mahasiswa KKN berada tadi.

Betapa terkejutnya Ryan begitu tiba di situ. Hanya mampu berdiri diam dengan bahan makanan mentah di tangannya, dia melihat ternyata sudah banyak mahasiswa dan bahkan para dosen yang sedang menyantap dan menikmati hidangan bubur kacang hijau yang baru dia masak dan ditinggalkan.

"Maaf, Ryan!. Kita sudah kelaparan, jadi nggak sempat nunggu kamu dan akhirnya sudah kita serbu habis semua bubur kacang hijau yang berada di panci maupun di wajan besar ini!". Bagus berkata sambil tertawa dan mengangkat mangkuk bubur kacang hijaunya.

Beberapa mahasiswa lainnya bahkan menambah porsi sampai dua kali. Apalagi, Bu Almira, salah satu dosen pembimbingnya di KKN yang terkenal cantik, baik dan ramah pada Ryan, juga terlihat menikmati dan sesekali memberi acungan jempol pada Ryan untuk memuji bahwa masakan bubur kacang hijaunya sangat lezat.

"Jika masakanmu lezatnya seperti ini, nilai KKN-mu nanti dijamin dapat A plus, deh!" kelakar bu Almira pada Ryan dengan memberikan senyuman manis di bibirnya.

Hal lainnya yang mengejutkan bagi Ryan, dalam rombongan tersebut ternyata ada sosok Tyara, pacarnya yang juga sedang menikmati asupan bubur kacang hijau masakannya sambil bercengkerama dengan beberapa mahasiswi lainnya yang sudah terlihat kekenyangan.

"Tyaraaa!", teriak Ryan reflek sambil melambaikan tangannya untuk memberi isyarat agar jangan ikut makan bubur kacang hijau masakannya. 

Akan tetapi, Tyara dari kejauhan sepertinya tidak paham dan juga membalas lambaian tangan sambil memberikan gesture jempol serta menunjuk bubur kacang hijau masakan Ryan di piringnya.

Setelah peristiwa kerja bakti di jalan setapak menuju makam di daerah hutan jati Saradan tersebut, selama beberapa hari Ryan mengamati semua peserta KKN , baik mahasiswa ataupun dosen. Dia takut bila ada dari mereka yang menderita diare, sakit perut, mual, muntah atau bahkan hal lainnya yang dia tidak berani membayangkan.

"Alhamdulillah, semuanya tetap sehat sampai kegiatan KKN berakhir dan tidak terjadi apa-apa pada perut mereka semua!", ucap Ryan pelan berkali-kali sebagai wujud rasa syukur.

Sebetulnya, Ryan tahu 'kacang hijau' tua kehitaman yang bandel itu apa. Dia menyadari, lokasi dapur umumnya di tempat terbuka dan proses memasak bubur kacang hijaunya juga berada di bawah pohon jati yang rimbunan daun hijaunya membuat teduh.

Hal yang tidak disadarinya dari awal adalah ternyata, di pohon jati yang besar itu ada ribuan ulat yang berada di daun jati di atasnya dan hampir setiap saat membuang kotoran dari perutnya. 

Begitu kotoran ulat tadi berjatuhan dan masuk ke dalam wajan atau panci terbuka, itu semua segera menjadi larut setiap diaduk dan bercampur dengan bubur kacang hijau dimasakannya.

Sampai saat ini, Ryan juga tidak berani bercerita akan hal itu kepada siapapun termasuk juga pada kekasihnya, Tyara yang pada waktu itu juga terlihat sangat menikmati masakan bubur kacang hijau masakannya.

Baca Juga :  Cerpen : Pak Kadirin dan Malam Lebaran

"Ryaannn!". Tiba-tiba ada suara keras dan tepukan di pundaknya hingga membuat Ryan tersadar dari ingatannya saat KKN sepekan lalu. 

Begitu dia menoleh, ternyata itu ulah Bagus yang datang berombongan dengan beberapa sahabat lainnya untuk bergabung di meja makan di kantin kampus yang besar itu.

Begitu duduk, Bagus segera berbasa-basi menyapa Tyara juga. Setelah itu, dia membuka tas kresek besar yang dibawanya dan meletakkannya di atas meja. 

"Ryan!, Ini bungkusan plastik yang berisi bubur kacang hijau. Kami semua sering membelinya di luar kampus , tapi anehnya, rasanya kok tidak selezat resep bubur kacang hijau masakanmu saat di KKN dulu itu ya?!!?"

"Hahahahahahahaha!", Ryan sudah tidak bisa menahan untuk tidak tertawa begitu mendengar Bagus berkata dengan nada kalimat setengah bertanya seperti itu karena dia sendiri juga bingung harus bagaimana menghadapi dan menjelaskan kejadian itu pada mereka semua.

Khususnya pada kekasihnya, Tyara yang juga telah menjadi salah satu korban 'resep rahasia'. Dia begitu sangat menikmati kelezatan bubur kacang hijau masakannya. Takutnya, bila dia bercerita, bisa-bisa diputus hubungan kasih nantinya.

Cerpen ditulis untuk Kompasiana.com

Di acara kumpul kumpul ngakak (KKN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun