Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sanichi Moriyama, Ronin Pendekar Pedang Tiada Banding

6 Mei 2024   06:07 Diperbarui: 11 Mei 2024   19:46 4911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sanichi Moriyama, Ronin Pendekar Pedang. Sumber gambar dari Freepik.com

Sanichi menatap Keiko, gadis cantik berkulit putih dan bermata sipit di depannya yang sedang duduk tenang sambil menyantap Udon, yaitu makanan mie kuah khas Jepang.

Sesekali Keiko juga membalas tatapan Sanichi sambil menyunggingkan senyum indah di bibirnya yang mungil. Terlihat pula gigi putih rapinya menambah aura kecantikannya. Jantung Sanichi berdetak kencang melihat gadis berambut hitam lurus di depannya.

Dua purnama lalu, dia mengenal gadis itu saat menyelamatkannya dari para perampok yang mencoba merampas barangnya dan bahkan hampir memperkosanya di jalan setapak yang sepi di pinggiran hutan.

Hanya dalam hitungan satu lompatan ke depan, seketika katana di tangan Sanichi sudah langsung menebas leher tiga orang perampok dan membuatnya tumbang. Sedangkan dua lainnya yang melihat kejadian tersebut memilih untuk melarikan diri masuk ke dalam hutan.

"Sochira sama, perkenalkan!, izinkan saya, Keiko Hayashi mengikuti dan mengabdi seumur hidup untuk Anda karena telah menyelamatkan nyawa saya yang tidak berharga ini sebagai balas budi atas pertolongan Anda?", ucap Keiko sambil bersujud di depan Sanichi sebagai ucapan terima kasih.

Pada awalnya, Sanichi menolak dan menyilakan gadis cantik berkulit putih bersih itu untuk melanjutkan perjalanannya. Namun, setelah Keiko bercerita bahwa dirinya hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya telah dibunuh pasukan Takeshi Kobayashi yang menyerbu Istana Osaka membuat hatinya melunak.

"Baiklah, Keiko san! Anda boleh ikut saya, tapi dengan syarat!, jangan sekali-kali ikut campur dengan urusan saya!", kata Sanichi dengan nada dingin tapi juga merasa kasihan dengan gadis cantik di depannya yang terlihat berpakaian lusuh tanpa membawa bekal apapun.

Baca Juga  :  Sadako, Bom Atom dan Origami Burung Bangau

"Anata!, Ayo meneruskan perjalanan lagi! Sudah kenyang nih!" Ucapan Keiko itu sedikit mengejutkan Sanichi yang sedang melamun akan perjalanan hidupnya yang saat ini sering berpindah tempat dan bekerja ala kadarnya demi menyambung hidup dari hari ke hari.

Matahari di hari-hari musim gugur cepat terbenam dan mau tidak mau membuat Sanichi serta Keiko terpaksa menginap di gubuk di pinggir persawahan yang kosong di malam hari. Untuk mengusir udara dingin yang mulai menusuk tulang, Sanichi membuat api unggun kecil di luar gubuk.

Untuk memastikan semuanya aman, sesekali Sanichi menoleh pada Keiko yang terlihat sedang tertidur lelap meskipun berselimutkan jerami kering yang ada di gubuk kosong itu

Sambil duduk menghangatkan badan di depan api unggun, pikiran Sanichi kembali mencoba untuk mengingat malam mengerikan akan perang di Istana Osaka yang tidak akan pernah bisa dilupakannya.

Dirinya adalah Sanichi Moriyama, seorang samurai tingkat menengah yang menjadi anak buah dan mengabdi penuh pada tuannya di Istana Osaka pada era Keshogunan Tokugawa di masa Edo di Negara Jepang di awal tahun 1599.

Semenjak kecil, dia sudah dilatih oleh ayahnya, seorang samurai dan ahli pedang yang sangat disegani oleh para samurai lainnya. Tempat tinggalnya yang berada di tengah hutan bambu, membuatnya bisa berlatih ilmu pedang dari ayahnya dengan menyerap unsur dan energi alam di sekitar hutan tersebut.

Berkat keahliannya bermain pedang, tidak heran, di usia muda, Sanichi sudah mampu menjadi pasukan pengawal dari kasta Samurai untuk melindungi tuannya. Tugas itu diberikan padanya karena ayahnya gugur dengan gagah berani di medan peperangan sebelumnya untuk melindungi Istana Osaka.

Bagi Sanichi, ada tugas khusus yang harus dilakukan dan untuk itu dia harus bisa meloloskan diri dari Osaka-jo, yang berlokasi di Provinsi Setsu, jatuh setelah diserang oleh para pasukan samurai dari Kyoto yang dipimpin oleh Takeshi Kobayashi. Beliau adalah seorang Daimyo atas perintah dari Keshogunan Tokugawa di pertengahan tahun 1601.

Ilustrasi Osaka-jo. Sumber gambar dokumen pribadi
Ilustrasi Osaka-jo. Sumber gambar dokumen pribadi

Banyak dari rekan-rekannya sesama samurai yang dibantai habis demi mempertahankan Istana Osaka dari serbuan pasukan musuh dari luar istana. 

Perang yang berlangsung selama dua hari itu akhirnya berhenti setelah Seichiro Yamaguchi, yaitu Daimyo yang memerintah di Osaka-jo dan dia adalah samurai bijak yang menjadi tuannya, telah ditangkap oleh pihak lawan pimpinan Takeshi Kobayashi.

Demi menjaga kehormatannya, Seichiro Yamaguchi beserta anak dan istrinya bahkan ibunya juga memilih untuk harakiri dengan cara menusuk perut mereka sendiri dengan Wakizashi, yaitu sebilah pisau kecil dan saat mereka mati, kepala mereka semuanya dipancung atas perintah dari Daimyo yang baru, yaitu Takeshi Kobayashi.

Sedangkan para samurai yang menjadi pengawal Istana Osaka yang telah tertangkap dan tidak mau tunduk serta hormat pada Daimyo yang baru, mereka semua memilih untuk Seppuku, yaitu bunuh diri secara massal untuk menunjukkan rasa kesetiaan mereka pada tuannya terdahulu dimana mereka mengabdi.

Sanichi yang malam itu bisa melarikan diri, akhirnya terpaksa menjadi Ronin, yaitu samurai yang dianggap hina tanpa tuan tempat mengabdi dan memilih mengembara yang tidak tentu arah serta berpindah tempat menginap dan bekerja.

Melihat itu semua, ada perasaan dendam dan marah pada hati Sanichi karena Daimyo yang dulu menjadi tuannya dia mengabdi telah terbunuh. 

Untuk mewujudkan dendamnya, setiap malam, Sanichi dengan berpakaian hitam ala ninja bergerak di berbagai sudut luar atau dalam istana semata untuk membantai para samurai yang mengawal Daimyo yang baru, Takeshi Kobayashi.

Sanichi bertekad bahwa Daimyo yang baru itu harus mati ditangannya. Namun, penjagaan Istana Osaka sangatlah ketat dan sampai sekarang, dia belum berhasil menembus lantai lima, tingkat Istana yang tertinggi di mana Takeshi Kobayashi tinggal.

Sanichi menyadari bahwa dirinya telah ditetapkan sebagai ronin yang berbahaya dan bahkan Daimyo yang baru, Takeshi Kobayashi yang rupanya gentar, akhirnya membuat sayembara dengan memberikan hadiah, akan mengangkat status bagi mereka yang berhasil membunuh Sanichi. 

Oleh karena itu, sketsa gambar wajah Sanichi sudah banyak ditempel di setiap sudut desa dan kota Osaka.

Sudah ratusan ronin lainnya atau samurai dari kelompok lain yang mencoba beradu pedang dengan Sanichi, namun semua terbabat habis. Dia adalah sosok pendekar pedang tiada tanding dan banding. Kemampuannya itu yang membuatnya disegani sekaligus ditakuti baik oleh kawan maupun lawannya.

Baca Juga  :  Sakura Lepas dari dalam Pelukan

Di pagi hari yang masih berkabut, Keiko terbangun dan tidak mendapati adanya Sanichi di luar gubuk. "Ah!, mungkin sedang ke sungai untuk membersihkan diri atau sedang mencari bahan makanan untuk sarapan". Keiko mencoba untuk menduga-duga dan menenangkan hatinya.

Tidak disangka, belum juga beranjak dari berbaringnya, tiba-tiba Sanichi masuk ke dalam gubuk tanpa bicara apa-apa. Pakaian hitam dan kain penutup wajahnya penuh dengan bercak darah.

Dua pedang panjangnya segera dikeluarkan dari sarungnya. Tampak jelas terlihat oleh Keiko, batang katana itu penuh dengan darah merah segar. 

Keiko hanya bisa menebak, pasti Sanichi telah pergi ke Istana Osaka dan membantai para samurai yang berjaga di sana. Dia sering melihat bahwa Sanichi selalu pergi setiap malam hari dan pulang menemui dirinya di pagi harinya

"Berikan kain kecil itu!", pinta Sanichi pada Keiko yang masih terpaku. Meskipun takut dan terkejut, Keiko segera melakukan apa yang diperintahkan Sanichi tanpa berani bertanya apapun padanya.

Walaupun Sanichi sudah menyatakan suka pada dirinya dan mereka berdua sudah menjadi pasangan kekasih, namun Keiko ingat pesan Sanichi untuk tidak ikut campur urusan kekasihnya tersebut.

Belum juga selesai membersihkan pedang panjangnya, tiba-tiba di luar gubuk ada teriakan keras, "Sanichi! Keluarlah Kau!".

Ternyata itu adalah suara musuhnya, Takeshi Kobayashi dengan puluhan samurai pengawal yang siap tempur dan mengepung gubuk di mana Sanichi dan Keiko menginap.

Spontan Sanichi melesat keluar untuk bertempur. Meskipun dikepung puluhan samurai, sangat mudah bagi Sanichi untuk membantai mereka satu per satu dengan pedangnya dan tujuan akhirnya hanya satu, yaitu membunuh Daimyo Takeshi Kobayashi.

Suara riuh dentingan logam baja beradu dan teriakan mereka yang tersabet pedang di pagi buta itu membuat Keiko keluar dari gubuknya. Beberapa samurai pengawal Daimyo terlihat mengepung dan berusaha membunuh Keiko juga.

Melihat hal itu, konsentrasi Sanichi terpecah pada dirinya dan juga keselamatan Keiko, gadis yang telah membuatnya jatuh hati dengan kelembutan dan kecantikannya sehingga terpaksa dia harus bertarung tidak jauh dari tempat Keiko berdiri.

"Keiko san! Berdiri di belakangku sekarang!", teriak Sanichi sambil tetap bertarung dengan gagah. Demi melindungi Keiko, Sanichi memberikan satu katananya pada Keiko dan memintanya untuk membela dirinya sendiri bila ada yang menyerang.

Tiba-tiba, entah bagaimana, Sanichi merasakan dirinya jatuh berguling berkali-kali di tanah. Anehnya, dari beberapa jarak, mata di kepalanya melihat kaki di tubuhnya bergetar lemas serta darah membasahi badannya dan setelah itu dia melihat tubuhnya sendiri ambruk ke tanah tanpa kepala.

Ilustrasi : Sanichi Moriyama, si Ronin Jago Pedang. Sumber gambar foto diri dokpri.
Ilustrasi : Sanichi Moriyama, si Ronin Jago Pedang. Sumber gambar foto diri dokpri.

Mata Sanichi masih bisa melihat samar-samar dan telinganya juga masih bisa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Keiko saat mendekat pada Daimyo Takeshi Kobayashi serta menyerahkan pedangnya. "Otosan!, Akhirnya tugas yang diberikan padaku telah selesai!"

Cerpen ditulis untuk Kompasiana.

#Cerpenbebas

#pulpen

#Sayembarapulpenxii

Disclaimer :

Kisah ini adalah fiksi  dan bila ada kesamaan plot cerita,  tahun, tempat, nama dan kejadian, itu semua hanyalah faktor kebetulan semata tanpa ada maksud apa-apa selain cerita fiksi belaka.

Catatan :

Anata          :  Panggilan mesra untuk pasangan kekasih atau suami istri bagi orang Jepang

San/ Sama : Panggilan di belakang nama seseorang yang disayangi dan dihormati bagi orang Jepang.

Osaka-jo   : Nama lain dari Istana Osaka

Daimyo     : Tuan tanah atau penguasa dari kaum samurai

Shogun    : Pemerintahan militer yang lebih tinggi zaman dulu di Jepang

Ronin       : Samurai tanpa tuan mengabdi

Otosan     : Panggilan pada ayah sendiri bagi orang Jepang

Harakiri atau seppuku : Bunuh diri dengan cara menusukkan pisau kecil pada perutnya sendiri.

Katana   : Pedang panjang yang dibawa kaum samurai Jepang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun