Sanichi yang malam itu bisa melarikan diri, akhirnya terpaksa menjadi Ronin, yaitu samurai yang dianggap hina tanpa tuan tempat mengabdi dan memilih mengembara yang tidak tentu arah serta berpindah tempat menginap dan bekerja.
Melihat itu semua, ada perasaan dendam dan marah pada hati Sanichi karena Daimyo yang dulu menjadi tuannya dia mengabdi telah terbunuh.Â
Untuk mewujudkan dendamnya, setiap malam, Sanichi dengan berpakaian hitam ala ninja bergerak di berbagai sudut luar atau dalam istana semata untuk membantai para samurai yang mengawal Daimyo yang baru, Takeshi Kobayashi.
Sanichi bertekad bahwa Daimyo yang baru itu harus mati ditangannya. Namun, penjagaan Istana Osaka sangatlah ketat dan sampai sekarang, dia belum berhasil menembus lantai lima, tingkat Istana yang tertinggi di mana Takeshi Kobayashi tinggal.
Sanichi menyadari bahwa dirinya telah ditetapkan sebagai ronin yang berbahaya dan bahkan Daimyo yang baru, Takeshi Kobayashi yang rupanya gentar, akhirnya membuat sayembara dengan memberikan hadiah, akan mengangkat status bagi mereka yang berhasil membunuh Sanichi.Â
Oleh karena itu, sketsa gambar wajah Sanichi sudah banyak ditempel di setiap sudut desa dan kota Osaka.
Sudah ratusan ronin lainnya atau samurai dari kelompok lain yang mencoba beradu pedang dengan Sanichi, namun semua terbabat habis. Dia adalah sosok pendekar pedang tiada tanding dan banding. Kemampuannya itu yang membuatnya disegani sekaligus ditakuti baik oleh kawan maupun lawannya.
Baca Juga  :  Sakura Lepas dari dalam Pelukan
Di pagi hari yang masih berkabut, Keiko terbangun dan tidak mendapati adanya Sanichi di luar gubuk. "Ah!, mungkin sedang ke sungai untuk membersihkan diri atau sedang mencari bahan makanan untuk sarapan". Keiko mencoba untuk menduga-duga dan menenangkan hatinya.
Tidak disangka, belum juga beranjak dari berbaringnya, tiba-tiba Sanichi masuk ke dalam gubuk tanpa bicara apa-apa. Pakaian hitam dan kain penutup wajahnya penuh dengan bercak darah.
Dua pedang panjangnya segera dikeluarkan dari sarungnya. Tampak jelas terlihat oleh Keiko, batang katana itu penuh dengan darah merah segar.Â