Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan untuk Menyembuhkan Pseudo Toleransi dalam Diri Kita

31 Maret 2024   15:55 Diperbarui: 31 Maret 2024   15:59 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bila dua induk kalimat dan anak kalimat di kalimat kutipan paling atas (quote) sebagai contoh discourse digabungkan menjadi satu, jusatru menimbulkan akan menjadikan pseudo toleransi, yang bermakna 'berpura-pura' memberikan toleransi yang sejatinya di dalam pikirannya jauh berbeda.

Apalagi jika diperparah dengan konteks ada aktivitas makan di depan orang yang sedang berpuasa di satu tempat umum sekalipun. Bisa ditebak, bahwa konflik fisik akan terjadi gara-gara adanya pseudo toleransi seperti hal di atas karena bagi orang yang berpuasa, mereka juga ingin dihargai oleh orang yang tidak berpuasa.

Bagaimana mengatasi pseudo toleransi di diri kita?

Ada beberapa faktor yang bisa menghilangkan sifat pseudo toleransi dalam diri kita agar sikap penerimaan kita murni tidak ada unsur kebencian atau ketidaksukaan saat berinteraksi di tengah masyarakat yang majemuk.

  • Kesadaran Individu yang tinggi bahwa manusia di muka bumi ini terdiri dari berbagai ras dan suku bangsa. Perbedaan adat, budaya, way of life, bahasa, keyakinan dan juga agama serta beragam bentuk fisik, warna kulit atau fisiologinya, janganlah dijadikan sebagai pembenaran sikap dan sifat intoleransi dalam diri kita masing-masing.
  • Level Pendidikan juga menjadikan faktor utama yang menentukan agar sikap intoleransi dalam diri kita bisa terkikis atau bahkan bisa hilang.
  • Pemerataan akses informasi di masyarakat haruslah transparasi tanpa adanya unsur melindungi atau berpihak pada kelompok mayoritas sehingga kepercayaan publik bersama menjadi taruhannya.
  • Solusi bersama dalam mengambil keputusan atas banyaknya permasalahan yang muncul dengan azaz musyawarah dan manfaat bersama semua lapisan masyarakat.
  • Kepastian perlindungan hukum, bahwa setiap individu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan jaminan keselamatan dirinya dalam hidup bermasyarakat.

Pseudo Toleransi Beragama yang Intoleran Cenderung Rawan Konflik.

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa terkadang banyak konflik sosial di masyarakat kita yang disebabkan adanya kelemahan diri dalam memahami makna toleransi beragama. Bagaimana menghormati dan menghargai agama yang dianut oleh setiap individu hanya dilisankan saja, sedangkan hati, pikiran dan tindakan akan berjalan berbeda jauh. (Pseudo tolerance).

Seperti yang disampaikan dalam surat Al-Qur'an, Surat Al-Kafirun, ayat keenam "Lakum dinukum waliyadin", yang artinya 'Bagiku agamaku dan bagimu agamamu". D situ sudah dijelaskan secara gamblang bahwa umat muslim pun juga tahu bahwa mereka diwajibkan untuk menghormati agama dan keyakinan yang dianut oleh orang lain.

Jadi di bulan Ramadan yang penuh Rahmat, Ampunan dan Pembebasan dari api neraka ini, toleransi dalam seluruh lapisan kehidupan bermasyarakat perlu ditegaskan sekali lagi bahwa semua orang bebas untuk bersosialisasi, namun tidak diperbolehkan mencampuradukkan syariat peribadatan agama islam dengan agama lain atau sebaliknya.

Apabila semua itu bisa dijalankan dengan penuh kesadaran diri, keikhlasan, dan tanggung jawab, di situlah akan ditemukan makna toleransi yang sesungguhnya dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan beragama di tanah air Indonesia tercinta ini bisa terwujud langgeng.

Artikel ditulis untuk Kompasiana.com pada Ramadan bercerita 2024

Ramadan bercerita 2024 hari 21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun