Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan untuk Menyembuhkan Pseudo Toleransi dalam Diri Kita

31 Maret 2024   15:55 Diperbarui: 31 Maret 2024   15:59 2034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tolong hargai saya juga yang tidak berpuasa nih! Jangan Anda saja yang berpuasa dan minta dihormati di bulan Ramadan ini!"

Jika kita mencermati kalimat di atas dalam discourse analyses, ada dua pertanyaan yang kemungkinan muncul, yaitu apakah ada makna ekspresi dari satu bentuk intoleransi pada satu bentuk aktivitas yang dilakukan orang lain?

Untuk menjawabnya, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pada narasi kalimat yang diletakan pada konteks kalimatnya pada situasi apa? Bila, saat Ramadan, discourse (kalimat dalam percakapan) di atas itu termasuk Pseudo Tolerance.

Apakah Pseudo Toleransi itu?

Bila diterjemahkan bebas, kata 'pseudo' itu berarti 'terlihat nyata tapi abal-abal'. Meskipun tidak bisa dikatakan benar-benar 'palsu', pseudo tetap perlu diwaspadai sebagai bentuk kepura-puraan dan bisa menjadi bom waktu terjadinya konflik vertikal dan horizontal di kehidupan bermasyarakat.

Secara garis besar, pseudo toleransi, itu adalah bentuk intoleransi pada diri seseorang. Mereka pura-pura tampil toleran dalam lisannya, namun hati, pikiran dan perilakunya bertindak sebaliknya secara sembunyi-sembunyi.

Padahal makna sejati dari toleransi itu sendiri adalah sifat atau sikap seseorang dalam kemampuan untuk membiarkan, menenggang rasa, memperbolehkan pada pendirian, pendapat, perbuatan, kebiasaan dan lainnya yang dilakukan oleh orang lain meskipun hal itu bertentangan dengan pendirian pada dirinya sendiri.

Jadi ada penggalan kalimat, 'Tolong hargai saya juga yang tidak berpuasa ini....'. Narasi yang ditebak dari kalimat tersebut bermakna meminta hak untuk diberi kelonggaran, kebebasan atau toleransi. Bila konteksnya ada di bulan Ramadan, hal itu juga sah-sah dan patut dihargai oleh orang lain yang sedang berpuasa, meskipun dirinya juga harus dihormati oleh orang yang tidak berpuasa..

"Silakan tutup tirai tempat makan Anda agar tidak terlihat frontal dan vulgar aktivitas Anda bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah puasa!". 

Kalimat berikutnya dalam discourse, temntu saja akan bisa ditebak dan normatif juga dan diucapkan oleh banyak orang yang berbeda. Kegiatan yang terjadi seperti ini, disebut sebagai bentuk toleransi bermasyarakat yang majemuk di negara tercinta kita ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun