Jika ingat, Benteng Van Den Bosch  yang ada di Ngawi, sering diucapkan "Van Den", terpeleset artikulasi pengucapan menjadi Benteng "Pen Dem" (Van Den) dan itu lebih mudah terucap oleh masyarakat zaman dulu yang kebanyakan masih buta huruf.
Tidak heran, dari dua teori penjelasan di atas, akhirnya menjawab mengapa ada (4) empat benteng pendem di pulau Jawa yang padahal keempat bentuk dari benteng tersebut berbeda arsitektur bangunannya.
Sejarah dan Riwayat Benteng Van Den Bosh zaman dulu.
Ditemani seorang pemandu wisata yang ramah namun tidak mau disebutkan namanya dan mengaku pernah tinggal di dalam benteng Pendem lebih dari 25 tahun lamanya.
Beliau menjelaskan bahwa Benteng Van Den Bosch alias benteng Pendem tersebut dibangun pada tahun 1845 dilahan seluas 15 hektar yang lokasi tepatnya ada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi Kota. Sedangkan bangunan benteng sendiri hampir seluas satu (1) hektar belum termasuk tanggul dan parit pertahanan yang mengitarinya.
Baca Juga : Benteng Kastil Okayama: Kastil Burung Gagak Hitam
Nama Benteng Van Den Bosh itu sendiri diberikan karena benteng itu pertama kali dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda,yaitu Johannes Van Den Bosch. Benteng dengan kekuatan 300 pasukan yang terdiri dari 250 pasukan bersenjata, 6 meriam dan 60 pasukan kavaleri (Berkuda) berusaha untuk menumpas para pejuang dari sisa laskar Pangeran Diponegoro di wilayah timur.
Dibangun di Muara pinggir sungai Bengawan Solo dan anak sungai Madiun yang lebar merupakan jalur urat nadi perekonomian dan perdagangan kapal niaga berukuran besar pada masa itu.
Beliau menambahkan bahwa dipilihnya Kota Ngawi sebagai tempat dibangunnya Benteng Pendem tersebut adalah strategi cerdas Belanda dalam menumpas sisa-sisa para pengikut Pangeran Diponegoro (1825-1830) yang masih setia berjuang dan membuat basis pertahanan di daerah Ngawi.Â