Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benteng Van Den Bosch, Ngawi: Riwayatmu Dulu dan Nasibmu Kini (Bagian 1)

7 Desember 2023   12:56 Diperbarui: 19 April 2024   12:44 7135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Van den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi peninggalan Hindia Belanda di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.(Dok. Kementerian PUPR via kompas.com)

Kali ini, saya mengajak Anda semua untuk ikut mengunjungi situs sejarah berupa Benteng peninggalan Belanda yang berada di Kota Ngawi, Provinsi Jawa Timur, sebelah kota Magetan tempat saya berdomisili. Perjalanan menuju lokasi hanya memerlukan 40 menit dengan kendaraan pribadi

Pembangunan sebuah Benteng (Fort) di masa kolonialisme Belanda di banyak negara jajahan khususnya di Indonesia, bukanlah tanpa perhitungan. Itu adalah strategi perang untuk efisiensi mulai dari jumlah pasukan, penghematan dan menekan biaya yang dikeluarkan untuk peperangan, menguasai wilayah dan penumpasan gerakan pemberontakan dalam waktu yang singkat.

Hanya saja, proses pembangunan setiap benteng (Fort) pada daerah yang sudah dikuasai Belanda pada zaman pendudukan di Indonesia, terdapat banyak korban jiwa penduduk atau para tahanan yang dijadikan pekerja paksa untuk membangun benteng-benteng tersebut.

Pintu Gerbang bagian dalam dari Benteng Van den Bosch atau benteng Pendem di Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Pintu Gerbang bagian dalam dari Benteng Van den Bosch atau benteng Pendem di Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Bangunan Benteng Van Den Bosch tampak atas di masa Penjajahan. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Bangunan Benteng Van Den Bosch tampak atas di masa Penjajahan. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Dari beberapa sumber yang dirangkum, sebenarnya jumlah total benteng secara keseluruhan ada kurang lebih 165 benteng dan itu pun hanya di pulau Jawa. 

Bisa menjadi tidak terhitung bila ditotal dengan benteng yang dibangun dari Sabang sampai Merauke semenjak kedatangan Belanda pertama kali di Indonesia (1596).

Di masa sekarang, hanya ada 8 benteng yang masih terkenal dan berdiri secara utuh dengan bentuk arsitektur aslinya setelah adanya proses renovasi skala kecil dan menengah dari Pemerintah Republik Indonesia. Bahkan, totalnya bisa lebih dari 10 sampai 15 Benteng bila diurut dari pulau Sumatera (Benteng De Kock)  sampai dengan Pulau Papua (Benteng Du Bus).

Tampilan dalam Benteng Van Den Bosch sebelum direnovasi. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Tampilan dalam Benteng Van Den Bosch sebelum direnovasi. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Baca Juga : Dejima : Kenapa Jepang Tidak Pernah Dijajah Belanda?

Salah satunya adalah Benteng Van De Bosch yang masih berdiri kokoh sampai sekarang di Kota Ngawi, Provinsi Jawa Timur, karena telah melalui proses renovasi besar-besarnya dan konon mencapi puluhan milyar Rupiah. Semua itu dilakukan demi menjaga nilai historis perjalanan bangsa Indonesia dan tentu saja sebagi icon pariwisata unggulan.

Masyarakat Kota Ngawi, lebih sering menyebut nama Benteng Van Den Bosh itu dengan nama Benteng Pendem. Hal itu cukup unik karena bila merujuk di banyak buku sejarah, artinya total ada 4 (empat)  Benteng Pendem di Indonesia. 

Yaitu Benteng Pendem pertama di Cilacap, Kedua di Ambarawa, Semarang, Ketiga ada di Kota Purworejo dan yang Keempat ada di Kota Ngawi, Provinsi Jawa Timur.

Dinding bagisn dalam Benteng Van Den Bosch yang dibiarkan asli tanpa renovasi. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Dinding bagisn dalam Benteng Van Den Bosch yang dibiarkan asli tanpa renovasi. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Mengapa bisa ada banyak nama benteng Pendem?

Banyak teori atau penjelasan mengapa banyak benteng Belanda asal usul namanya sering disebut "Pendem" oleh masyarakat Jawa. Pendem adalah kata bahasa Jawa yang berarti terpendam.  

Bila melihat lokasi sebuah benteng pertahanan Belanda yang dibangun dengan batu bata merah dan luluhan gamping atau semen batu kapur putih, hampir semuanya dikelilingi oleh parit dan tanggul tanah di luar bangunan benteng semata untuk pertahanan jika ada penyerbuan.

Bangunan Benteng Van den Bosch bagian dalam masa penjajahan.(Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Bangunan Benteng Van den Bosch bagian dalam masa penjajahan.(Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Seolah-olah bila dilihat dari kejauhan, tanggul tanah yang kedudukannya lebih tinggi dari tembok benteng membuat bangunan benteng berada di bawah tanah alias terpendam. Oleh karena itu, masyarakat zaman dulu menyebutnya dengan 'Benteng Pendem'.

Teori yang kedua adalah dari ilmu semantics, yaitu asal usul penyebutan sesuatu hal dikarenakan phonetics , yaitu suara diucapkan mirip dengan pengucapan dari artikulasi atau tulisan pada ilmu phonology. 

Lapangan depan benteng Pendem Ngawi untuk mobilisasi pasukan Belanda masa penjajahan dibiarkan apa adanya. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Lapangan depan benteng Pendem Ngawi untuk mobilisasi pasukan Belanda masa penjajahan dibiarkan apa adanya. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Jika ingat, Benteng Van Den Bosch  yang ada di Ngawi, sering diucapkan "Van Den", terpeleset artikulasi pengucapan menjadi Benteng "Pen Dem" (Van Den) dan itu lebih mudah terucap oleh masyarakat zaman dulu yang kebanyakan masih buta huruf.

Tidak heran, dari dua teori penjelasan di atas, akhirnya menjawab mengapa ada (4) empat benteng pendem di pulau Jawa yang padahal keempat bentuk dari benteng tersebut berbeda arsitektur bangunannya.

Bagian dalam benteng Van Den Bosch sebelum direnovasi setelah rusak parah. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Bagian dalam benteng Van Den Bosch sebelum direnovasi setelah rusak parah. (Sumber gambar Dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Sejarah dan Riwayat Benteng Van Den Bosh zaman dulu.

Ditemani seorang pemandu wisata yang ramah namun tidak mau disebutkan namanya dan mengaku pernah tinggal di dalam benteng Pendem lebih dari 25 tahun lamanya.

Beliau menjelaskan bahwa Benteng Van Den Bosch alias benteng Pendem tersebut dibangun pada tahun 1845 dilahan seluas 15 hektar yang lokasi tepatnya ada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi Kota. Sedangkan bangunan benteng sendiri hampir seluas satu (1) hektar belum termasuk tanggul dan parit pertahanan yang mengitarinya.

Baca Juga : Benteng Kastil Okayama: Kastil Burung Gagak Hitam

Nama Benteng Van Den Bosh itu sendiri diberikan karena benteng itu pertama kali dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda,yaitu Johannes Van Den Bosch. Benteng dengan kekuatan 300 pasukan yang terdiri dari 250 pasukan bersenjata, 6 meriam dan 60 pasukan kavaleri (Berkuda) berusaha untuk menumpas para pejuang dari sisa laskar Pangeran Diponegoro di wilayah timur.

Lukisan Johannes Van Den Bosch, Giubernur Jenderal Hindia Belanda. (Sumber gambar foto pribadi dari dokumen PUPR Prov. Jatim)
Lukisan Johannes Van Den Bosch, Giubernur Jenderal Hindia Belanda. (Sumber gambar foto pribadi dari dokumen PUPR Prov. Jatim)

Dibangun di Muara pinggir sungai Bengawan Solo dan anak sungai Madiun yang lebar merupakan jalur urat nadi perekonomian dan perdagangan kapal niaga berukuran besar pada masa itu.

Beliau menambahkan bahwa dipilihnya Kota Ngawi sebagai tempat dibangunnya Benteng Pendem tersebut adalah strategi cerdas Belanda dalam menumpas sisa-sisa para pengikut Pangeran Diponegoro (1825-1830) yang masih setia berjuang dan membuat basis pertahanan di daerah Ngawi. 

Perjuangan melawan penjajah Belanda yang dipimpin oleh KH. Muhammad Nursalim berlanjut sampai akhirnya beliau tertangkap dan dipenjara di dalam Benteng Van Den Bosch. Konon, karena kebal senjata api, akhirnya beliau dikubur hidup-hidup dan dimakamkan di lapangan tengah utara benteng.

Makam KH Muhammad Nursalim di dalam Benteng Pendem Ngawi, Pengikut setia Pangeran Diponegoro. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Makam KH Muhammad Nursalim di dalam Benteng Pendem Ngawi, Pengikut setia Pangeran Diponegoro. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Saya mencoba membandingkan banyak aspek tentang fungsi dan arsitektur bangunan Benteng Van Den Bosh ini dari beberapa dokumen foto lama dan baru yang sudah mendapat izin untuk diunggah dalam penulisan di artikel ini.

Pasukan Belanda masa penjajahan yang berada di Benteng Van Den Bosch, Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov.Jawa Timur di Ngawi)
Pasukan Belanda masa penjajahan yang berada di Benteng Van Den Bosch, Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov.Jawa Timur di Ngawi)

Salah satunya adanya fungsi-fungsi dari setiap gedung benteng tersebut seperti pintu gerbang utama dengan jembatan yang bisa naik turun melalui sistem hidrolis air dari parit yang mengelilingi benteng, gudang penyimpanan makanan, gudang senjata atau mesiu, sanitasi jamban yang termasuk modern bila dibanding zamannya, penjara yang kokoh dan banyak lainnya.

Jamban massal masa penjajahan pasukan Belanda di setiap sudut dalam benteng Van Den Bosch, Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)
Jamban massal masa penjajahan pasukan Belanda di setiap sudut dalam benteng Van Den Bosch, Ngawi. (Sumber gambar dokumen PUPR Prov. Jawa Timur di Ngawi)

Makam Kuno Orang Belanda

Tidak jauh dari lokasi Benteng Van Den Bosch, yang juga masih berada di kelurahan Pelem, ada makam kuno orang Belanda yang bila ditilik tahun meninggalnya, malah ada yang menunjukkan tahun sebelum Benteng Van Den Bosch dibangun. 

Itu artinya, masyarakat atau keluarga orang Belanda pada masa penjajahan itu sudah bermukim lama di kota Ngawi sejak tahun 1800 an.

Batu nisan orang belanda terbuat dari batu marmer di pemakaman. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Batu nisan orang belanda terbuat dari batu marmer di pemakaman. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Hal itu dibuktikan dengan adanya makam yang namanya sama atau suami istri bahkan satu keluarga dimakamkan di situ. 

Makam kuno orang Belanda di sekitar Benteng Van Den Bosch di desa Pelem Ngawi. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Makam kuno orang Belanda di sekitar Benteng Van Den Bosch di desa Pelem Ngawi. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Suwandi, juru kunci makam menjelaskan bahwa memang sesekali ada orang Belanda yang datang dengan tujuan untuk penelitian sejarah atau mendoakan leluhurnya.

Saya sendiri juga melihat sekeliling dan menemukan banyak makam yang sudah rusak karena ulah jahil tangan manusia. 

Bisa diduga dan dikira bahwa ternyata ada penjarah makam (Tomb Riders) yang mencuri batu berharga yang terbuat dari batu pualam atau marmer sebagai batu nisan (Tombstone) yang menjelaskan nama lengkap, keluarga, dan tahun orang yang meninggal itu.

Batu Nisan makan orang Belanda yang dijarah. (Sumber gambar dokumen pribadi)
Batu Nisan makan orang Belanda yang dijarah. (Sumber gambar dokumen pribadi)

Seharusnya ada data lengkap mereka yang dimakamkan di situ sehingga memudahkan bila ada penelitian tentang situs sejarah secara lengkap bila data tersebut bisa menambah wawasan yang bagi yang membutuhkan. 

Khususnya bagi Remco x Kompasiana sebagai bahan atau data perbandingan semua berkas atau dokumen bangunan bersejarah peninggalan masa kolonialisme Belanda di Indonesia

Referensi :

  • Fort van den Bosch - Wikipedia
  • Tiga Fakta Menarik Terkait Benteng Pendem Ngawi – Dinas PUPR Ngawi (ngawikab.go.id)
  • Benteng Pendem (Van Den Bosch) Ngawi - Pemerintah Kabupaten Ngawi (ngawikab.go.id)

Bersambung ke Bagian 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun