Mengapa siswa tidak boleh berambut gondrong atau panjang selama dalam proses menjalani pendidikan?
Dari banyak pengalaman saya saat mengunjungi dan juga pernah mengajar berbagai sekolah di banyak negara di dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Australia. negara-negara di ASEAN, dan Eropa, sebetulnya rambut murid-murid di sana juga tidak gondrong.
Jangan berkaca dari drama Korea Selatan atau Jepang yang ditampilkan adanya rambut siswa yang gondrong serta dicat warna-warni. Pahamilah bahwa itu hanya ada dalam cerita film, dan tidak mewakili situasi nyata yang sebenarnya di sekolah di sana.
Bahkan rata-rata, dibanding lembaga pendidikan semi militer seperti sekolah kedinasan seperti SMA Taruna Magelang, IPDN atau pendidikan militer pun di seluruh dunia, ukuran panjang rambut murid, taruna atau kadetnya, sangat ketat dibatasi dan rutin diperiksa.
Alasannya sangat bervariasi namun pada intinya, mereka semua saat menjadi pelajar harus berdisiplin dan fokus pada proses pembelajaran serta penguasaan materi pelajaran dibanding hanya sering bersolek dan mengatur rambut mereka selama di kelas.
Juga, alasan kesehatan pada zaman dulu, rambut di kepala para murid yang gondrong dan tidak tertata, dipenuhi banyak kutu rambut dan ketombe yang menyembabkan gatal serta koreng di kulit kepala.
Apakah pemotongan rambut pada anak didik yang tidak disiplin bisa mengatasi masalah kenakalan anak sekolah?
Jawaban dari pertanyaan di atas, jelas sangat subjektif tergantung dari setiap diri kita sebagai pribadi atau individu karena, selama ini belum pernah dilakukan penelitian lapangan atau riset yang sangkil dan sahih tentang studi korelasi antara pencukuran rambut terhadap prestasi, perilaku dan kenakalan pada anak didik.
Semua hanya bermain asumsi saja yang seolah-olah pasti bisa mengatasi substansi masalah korelasi pada anak yang berambut gondrong dengan tingkat kenakalannya.