Ketiga. Bangunan di hutan bambu Arashiyama, masih terjaga orisinalitas seperti bangunan rumah kayu masa Jepang kuno. Untuk Magetan, rencananya akan dibangun lebih modern. Misalnya, Tower pandang, tempat ibadah, water boom, embung, camping ground, homestay dan fasilitas lainnya.
Keempat. Keterlibatan masyarakat setempat dalam penyerapan tenaga kerja di destinasi wisata hutan bambu di Jepang sangat terorganisir rapi sehingga para pengunjung merasa nyaman dan ikut menjadi bagian untuk berperan aktif layaknya warga setempat. Konsep ini layak dan harus ditiru oleh Magetan.
Kelima. Konsep pengembangan produk kerajinan khas bambu dan souvenir di Arashiyama di Kyoto mampu menambah pendapatan asli daerah (PAD) di sana. Untuk itu, Magetan harus proaktif dalam prospek kuliner serta produk unggulannya dan harus bisa mengambil kesempatan dalam peningkatan perekonomian warga Magetan.
Kita tidak perlu merasa minder bila meniru atau mengadopsi konsep dunia pariwisata dari negara lain dengan tetap mengedepankan kepribadian dan karakter luhur bangsa kita sendiri.
Dampak yang akan didapat dalam jangka pendek, keberadaan destinasi wisata hutan bambu sebagai Ecoeduwisata akan menambah pendapatan individu dan masyarakat dari hasil produk unggulan, kuliner dan souvenir di tempat wisata hutan bambu di Magetan.
Sedangkan untuk jangka menengah dan panjangnya, disamping berkontribusi atas restribusi pajak pendapatan asli daerah, juga nama Kota Magetan akan semakin populer sebagai destinasi wisata unggulan di kawasan regional maupun nasional.
Salam
Catatan dari Arashiyama, Kyoto Jepang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H