Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Wisuda Sekolah Dilarang, Yakinkah Bisa Mengurai Satu Benang Kusut Pendidikan Kita?

23 Juni 2023   00:05 Diperbarui: 29 Juni 2023   11:17 1842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 ilustrasi: Upacara wisuda. (Foto: KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

Mencermati polemik adanya pro dan kontra tentang perlu atau tidaknya bagi setiap lembaga sekolah untuk mengadakan kegiatan wisuda setiap akhir tahun kalender pendidikan, sungguh seperti mengurai gulungan kusut berbagai warna benang yang tercampur jadi satu.

Sampai Walikota Surabaya, Bapak Eri Cahyadi, berpesan dalam sambutannya, bahwa untuk lembaga sekolah PAUD, TK, SD, dan SMP negeri sederajat untuk tidak menarik biaya sekolah sepersenpun karena semua biaya pendidikan per tahunnya sudah dianggarkan dalam APBD.

Hal itu terkait dengan ricuh protes para orangtua murid di berbagai daerah terkait adanya tarikan biaya anak mereka, khususnya untuk program kelulusan yang dirayakan dengan adanya seremonial "Wisuda". 

Mau tidak mau, para orang tua harus ikut kelabakan dalam pembiayaan, entah untuk make up, sewa atau beli baju 'Toga".

Pak Eri menyarankan, sebaiknya acara wisuda setelah siswa dinyatakan lulus, sebaiknya diganti dengan kegiatan doa bersama saja di sekolah agar orang tua tidak dibebani dengan biaya pendidikan yang dianggap tinggi di tanah air.

Sebetulnya berapa sih biaya pendidikan program Sarjana untuk per tahun dan biaya hidup per bulan di berbagai negara sebagai perbandingan?

Merujuk pada referensi yang disampaikan oleh Kompas.com., 10-02-2020, dengan hasil survei HSBC, Global Report (Medcom.co id) ada beberapa negara yang memang lumayan tinggi untuk biaya perkuliahan dengan rangkuman sebagai berikut:

1. Singapura membutuhkan biaya Rp. 147.000.000 sampai 246.000.000 per tahunnya dengan biaya hidup berkisar Rp. 17.000.000 sampai 24.000.000 per bulannya.

2. Australia memberikan estimasi biaya Rp. 229.000.000 sampai 366.000.000 dan perlu biaya hidup Rp. 16.000.000 sampai 23.000.000 per bulannya.

3. Inggris agak lebih tinggi lagi, yaitu Rp. 229.000.000 sampai 388.000.000 per tahunnya dengan biaya hidup sekitar Rp. 18.000.000 sampai 26.000.000 per bulannya.

4. Selandia Baru, ada dikisaran Rp. 219.000.000 sampai 307.000.000 per tahunnya dengan biaya hidup direntang Rp. 13.000.000 sampai 17.500.000 per bulannya.

5. Kanada memerlukan Rp. 185.000.000 sampai 361.000.000 untuk pendidikan per tahunnya dengan biaya hidup per individu sekitar Rp. 15.000.000 sampai 20.000.000 per bulannya.

6. Amerika Serikat, butuh Rp. 342.000.000 sampai dengan 686.000.000 pertahunnya dengan biaya hidup meliputi biaya akomodasi, asrama dan lainnya berkisar di Rp. 20.000.000 sampai 27.000.000 per bulan.

7. Jerman sangatlah unik. Hampir semua Universitas negeri di sebelah selatan membebaskan biaya pendidikan tingkat Sarjana (Undergraduate). Mahasiswa hanya perlu menyiapkan biaya hidup per bulannya yang berkisar Rp. 8.000.000 sampai 15.000.000.

Mengapa negara Jerman berani membebaskan biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi?

Itu semua karena pajak penghasilan setiap warga di sana bisa bervariasi tergantung besaran gaji setiap warganya. Rentang 15% yang terendah, sampai dengan 45,6%.

Anda pasti terkejut bila penghasilan yang Anda terima bila bekerja di sana dipotong hampir 50%? Pasti bisa gaduh bila diterapkan di negara kita yang maksimal PPH kita hanya 15%, kan?

Itulah mengapa, banyak warga negara lain yang ikut menikmati kesempatan itu untuk melanjutkan studi kanjutan di Jerman karena ya, gratis itu tadi!

Dengan pajak yang tinggi itu, pemerintah Jerman harus berusaha keras untuk mensejahterahkan warganya dengan berbagai fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Biaya pendidikan di Jepang masihlah tetap tinggi termasuk biaya hidupnya meskipun pajak penghasilan di sana mencapai 55,6%. Oleh karena itu, melanjutkan studi di Jepang tanpa beasiswa bisa "berdarah-darah" untuk sampai lulus karena mahalnya.

"Jer Basuki Mawa Bea"

Itulah slogan pendidikan kita dalam bahasa Jawa yang bermakna bahwa pendidikan itu memerlukan biaya. Mau tahu, berapa biaya pendidikan dari PAUD sampai dengan Perguruan tinggi (S-1) di Indonesia?

Jangan kaget, karena akan menghabiskan sekitar Rp.269.000.000 sampai 300.000.000 belum termasuk biaya hidup per bulannya. Kita ada di peringkat ke 13, biaya pendidikan termahal di dunia lho!

Oh, ya! , Maaf, akan tetapi, makna "Biaya" dalam Jer Basuki Mawa Bea di situ bukan berarti uang saja, melainkan dalam konteks yang lebih luas, yaitu "pengorbanan". 

Apa sajakah itu?

Bisa harta, dana, tenaga, pikiran dan waktu demi meningkatkan kualitas para anak didik dalam proses transfer of knowledge. 

Demi kualitas itu, semua stakeholders pendidikan janganlah kita terlalu "pelit" dan selalu menimbang untung rugi dalam bentuk finansial dalam proses untuk mencerdaskan setiap individu anak didik.

Wisuda dihapus? Dilarang? Memangnya itu program siapa?

Bila ada yang berpolemik seperti diatas, coba kita cermati bahwa setiap lembaga sekolah, pasti sudah punya program yang terencana dalam satu tahun ke depan.

Program kegiatan yang meliputi pembelajaran dalam kurikulum, kegiatan kesiswaan, kerjasama nasional dan internasional serta kegiatan sarana prasarana, semua itu juga akan terkait dengan sumber dana pembiayaannya.

Dalam menyusun program itu, pasti sekolah, pihak fungsionaris sekolah seperti guru, wali kelas, kepala sekolah, komite sekolah dan para pengurus OSIS telah duduk bersama pada awal tahun pelajaran untuk menentukan kegiatan mana yang wajib dan opsional.

Kegiatan upacara "Wisuda" salah satunya, yang istilah ini lebih tepatnya untuk lulusan para mahasiswa, pasti akan ada di dalam penyusunan program. Jadi, tidak mungkin acara "Wisuda" itu diputuskan secara mendadak.

Bila memang anggarannya tidak cukup, harus dipilah dan dipilih mana program kegiatan yang bermanfaat dalam pembentukan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif anak didik.

Saya yakin, para orangtua bukan mempermasalahkan besar kecilnya biaya pendidikan anak mereka, namun pada transparasi dan kepatutan pada penggunaan anggaran tersebut serta pertanggung jawabannya.

Ditakutkan, demi penghematan, kegiatan wisuda dihapus, kemudian karyawisata, lomba ke tingkat regional dan internasional juga terdampak hilang pula dan setelah itu, kreatifitas pendidikan kita akan terasa hambar karena tidak berani berkorban demi nilai kualitas pendidikan anak didik.

Juga, bila kegiatan "wisuda" anak di sekolah dihapus, betapa sedihnya melihat wajah ceria anak didik yang hilang dan bisa jadi, mereka akan merayakan kelulusannya dengan konvoi di jalan raya dan kembali mencorat-coret baju seragamnya demi sebuah kesan. Who knows!

Renungan tengah malam
Magetan, 23 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun