Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Favorit P-5, Menjaga Kurikulum Merdeka dalam Satu Rel dengan Konsep Merdeka Belajar

4 Mei 2023   14:54 Diperbarui: 4 Mei 2023   15:03 2550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Guru Penggerak untuk Merdeka Belajar. Foto dokumen pribadi

"..Sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran mendalam untuk mengembangkan karakter dan komptensi, seleksi masuk peeguruan tinggi negeri pun sekarang fokus pada mengukur kemampuan literasi dan bernalar..."

Mencermati penggalan sambutan tertulis dari Mendiknas Ristek Republik Indonesia, Bapak Nadiem Anwar Makarim di atas pada acara perayaan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2023, adalah satu hal yang perlu dijadikan catatan penting bagi para stakeholders pendidikan di tanah air di event Semarakkan Merdeka Belajar.

Tema Hardiknas 2023, "Bergerak serentak untuk menyemarakkan Merdeka Belajar" bisa bermakna meluas pada semua aspek peningkatan kualitas pendidikan. 

Kita ketahui bersama bahwa ada 8 Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Ruang lingkup standar tersebut meliputi :
1. Standar Isi
2. Standar Penilaian
3. Standar Pengelolaan
4. Standar Pembiayaan
5. Standar Sarana Prasarana
6. Standar Tenaga Kependidikan
7. Standar Proses
8. Standar Lulusan

Saat Kurikulum Merdeka yang sudah memasuki 24 episode semenjak saat diluncurkannya, ada pertanyaan yang sering muncul bagi kita semua bahwa sudahkah kosep Merdeka Belajar telah terbukti secara nyata akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air?  

Juga, mampukah Kurikulum Merdeka yang dianalogikan sebagai kapal besar dengan layar yang sudah terkembang bisa mengantarkan anak didik sebagai output yang berkualitas untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang didambakan?

Banyak pertanyaan yang bermunculan seperti itu di masyarakat sampai saat ini. Bahkan, termasuk para guru sendiri yang mengkhawatirkan bila program yang ada dalam Kurikulum Merdeka akan berjalan stagnan atau mungkin dihentikan karena bergantinya para pemangku kebijakan.

Hal itu sudah bukan fenomena baru lagi. Memang telah disadari bahwa perubahan di dunia ini akan selalu terjadi dan dengan waktu yang relatif cepat. 

Hanya saja, perubahan di dunia pendidikan tanpa disertai dengan inovasi, justru akan membuat dunia pendidikan di negara mana pun menjadi semakin tidak berkualitas.

Siapa sebenarnya yang menjadi subyek pendidikan nasional?

Bila mendengar pertanyaan itu, semua akan serentak memberikan pendapatnya bahwa anak didik atau para murid lah yang menjadi subyeknya. Akan tetapi, dalam implementasinya, justru mereka secara tidak disadari terkadang diletakkan sebagai obyek pendidikan.

Rendahnya semangat belajar (spirit of learning) anak didik, kurangnya motivasi guru dan murid pada peningkatan kualitas pendidikan, hilangnya kepedulian masyarakat terhadap peranannya dalam pendidikan karakter dan ketidak pahaman orang tua pada perubahan di dunia pendidikan dan dunia kerja adalah faktor-faktor yang mengganggu tercapainya kualitas pendidikan di Indonesia.

Cermati saja dengan banyaknya program yang sebelumnya telah diluncurkan di dunia pendidikan kita, namun terkesan tidak pernah dievaluasi bahkan hilang tanpa ada yang mengingatnya.

Masih ingatkah kita dengan Program SBI (Sekolah Berstandar Internasional)?, Program Instruktur Nasional (IN)), Seleksi Guru Berprestasi?, Lomba Inovasi Pembelajaran?  

Serta masih banyak program lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Saat ini, justru gaung Program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi para bagi insan pendidikan.

Banyak program pelatihan lainnya dengan gelontoran dana yang tidak sedikit dan tentu menyita waktu, menguras pikiran serta tenaga yang tidak sedikit demi tercapainya cita-cita kualitas pendidikan tanah air. 

Tujuannya tentu saja kembali lagi untuk peningkatan kualitas anak didik kita sebagai sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan akan mampu bersaing secara global.

Justru yang perlu dikaji di masa mendatang, bila ada program guru penggerak, mengapa tidak diadakan juga untuk program murid penggerak?

Di awal sudah kita sepakati bahwa subyek pendidikan adalah murid, namun hanya kualitas para guru yang terus menerus diberi pelatihan peningkatan kualifikasi sampai saat ini. 

Hal ini yang sedikit menimbulkan pertanyaan di masyarakat. Sebetulnya guru penggerak itu mau bergerak ke mana? Mau menggerakkan apa juga?  Serta, bagaimana cara menggerakkannya?

Sungguhlah sulit dalam menjawab ketiga pertanyaan tersebut di atas dalam satu konsep kalimat. 

Tapi, bila kita kembalikan ke konteksnya yaitu murid sebagai subyek pendidikan, maka hati dan pikiran mereka para anak didik yang pertama kali harus digerakan dan itu bukanlah satu perkara yang mudah untuk dilakukan.

Untuk menjawab hal itu, berbagai teori dan praktek di dunia pembelajaran harus dipahami dan dilakukan oleh para guru penggerak yang telah terpilih menjadi ujung tombak peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.

Dunia pendidikan Indonesia, saat ini sedang bermetamorfosa untuk menjadi yang terdepan di kancah dunia global. Mas Nadiem sudah menggaungkan lokomotif Kurikulum Merdeka dengan membawa misi Merdeka Belajar pada gerbongnya. 

Hanya saja, mampukah semua itu berada dalam satu rel yang sama dengan satu tujuan yang sama pula?

Pertama. Untuk mewujudkan dan mengawal agar bisa terwujud, bukanlah semata tanggung jawab Kemdiknas Ristek R.I. saja, namun semua lapisan masyarakat juga punya beban yang sama. 

"Pemerintah, masyarakat dan orang tua merupakan tiga pilar keberhasilan pendidikan yang berdiri kokoh bersama"

Kedua. Merdeka Belajar bagi anak harus ditanamkan positif bahwa keberhasilan pendidikan pada diri mereka sebagai individu akan terwujud saat mampu meningkatkan kualitas diri di bidang kognitif, psikomotorik dan afektif dengan cara mengakses materi pembelajaran tanpa batas tempat, ruang dan waktu.

Apa Program unggulan dan favorit dari Kurikukum Merdeka?

Ketiga. Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) adalah salah satu Program favorit yang mampu menjadikan program favorit dan dianggap solutif bagi anak didik dalam menghadapi tantangan dunia global yang semakin kompetitif.

Program teori dan praktik nyata yang terpadu dengan menanamkan Collaboration dan Compassion antara guru dan murid dalam mencari solusi dari semua permasalahan multi dimensi yang terjadi pada kehidupan masyarakat kita yang majemuk.

Anak didik akan mampu berfikir kritis dan kreatif sejak dini sesuai dengan bakat dan minatnya serta bagaimana memahami perbedaan kearifan lokal, budaya, adat dan bahasa daerah serta menjaga hidup bertoleransi kelak dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di tanah air.

***


Saat hasil akhir dari assesmen nasional pada kemampuan minimal anak didik mampu menunjukan peningkatan yang signifikan, itu artinya Kurikulum Merdeka telah berjalan pada rel yang sama dengan konsep Merdeka Belajar.

Keberhasilan Kurikulum Merdeka dengan program Merdeka Belajarnya untuk menuju pendidikan nasional kita yang berkualitas akan mampu menjadi kiblat pendidikan dunia bagi negara-negara lain di masa depan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2023!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun