Bila mendengar pertanyaan itu, semua akan serentak memberikan pendapatnya bahwa anak didik atau para murid lah yang menjadi subyeknya. Akan tetapi, dalam implementasinya, justru mereka secara tidak disadari terkadang diletakkan sebagai obyek pendidikan.
Rendahnya semangat belajar (spirit of learning) anak didik, kurangnya motivasi guru dan murid pada peningkatan kualitas pendidikan, hilangnya kepedulian masyarakat terhadap peranannya dalam pendidikan karakter dan ketidak pahaman orang tua pada perubahan di dunia pendidikan dan dunia kerja adalah faktor-faktor yang mengganggu tercapainya kualitas pendidikan di Indonesia.
Cermati saja dengan banyaknya program yang sebelumnya telah diluncurkan di dunia pendidikan kita, namun terkesan tidak pernah dievaluasi bahkan hilang tanpa ada yang mengingatnya.
Masih ingatkah kita dengan Program SBI (Sekolah Berstandar Internasional)?, Program Instruktur Nasional (IN)), Seleksi Guru Berprestasi?, Lomba Inovasi Pembelajaran? Â
Serta masih banyak program lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Saat ini, justru gaung Program Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi para bagi insan pendidikan.
Banyak program pelatihan lainnya dengan gelontoran dana yang tidak sedikit dan tentu menyita waktu, menguras pikiran serta tenaga yang tidak sedikit demi tercapainya cita-cita kualitas pendidikan tanah air.Â
Tujuannya tentu saja kembali lagi untuk peningkatan kualitas anak didik kita sebagai sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan akan mampu bersaing secara global.
Justru yang perlu dikaji di masa mendatang, bila ada program guru penggerak, mengapa tidak diadakan juga untuk program murid penggerak?
Di awal sudah kita sepakati bahwa subyek pendidikan adalah murid, namun hanya kualitas para guru yang terus menerus diberi pelatihan peningkatan kualifikasi sampai saat ini.Â
Hal ini yang sedikit menimbulkan pertanyaan di masyarakat. Sebetulnya guru penggerak itu mau bergerak ke mana? Mau menggerakkan apa juga? Â Serta, bagaimana cara menggerakkannya?
Sungguhlah sulit dalam menjawab ketiga pertanyaan tersebut di atas dalam satu konsep kalimat.Â