Mencermati masih ramainya polemik proses membawa barang bawaan setelah bepergian dari luar negeri di kepabean dan cukai di beberapa bandara Internasional di tanah air, sungguh membuat kerut di kening saya menjadi bertambah.
Mengapa bisa memunculkan kegaduhan di tanah air dan bahkan menjadi berita yang lumayan trending di beberapa search engines dan berbagai konten media sosial.
Begitu ramainya akan perlakuan buruk dan diskriminasi dari beberapa oknum pegawai bea cukai di beberapa bandara terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dijuluki Pahlawan devisa membuat banyak orang jadi geram.
Parahnya, oknum petugas itu juga diduga telah salah memperlakukan satu putri dari mantan Presiden Republik Indonesia yang berasal dari Jombang seolah-olah TKI yang baru pulang ke tanah air.
Bahkan ada salah satu netizen yang ikut lomba menyanyi dan membawa piala juara dari event di Jepang didenda karena pialanya dianggap barang impor.
Juga baru-baru ini ada seorang guru besar kondang dari Universitas Indonesa, Prof. Rhenald Kasali. Ph.D., yang juga kesal atas perlakuan ceroboh para oknum bea dan cukai atas bad treatment pemeriksaan pada obat-obatan yang diimpornya untuk proses medikasi penyakit beliau.
Rasanya, jka kita ngrasani Kementerian Keuangan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tidak akan pernah ada habisnya. Apakah dengan polemik semua masalah bisa teratasi?
Apakah ini efek bola salju yang digelundungkan oleh Mario Dandy?
Masih ingat, itu adalah kasus penganiayaan olehnya pada David. Dampaknya membuat Rafael, ayah Mario yang seorang pejabat tinggi di Dirjen Pajak ikut terseret dan saat ini sedang diperiksa oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam kasus gratfikasi.
Kemudian menyusul pada Dirjen Bea dan Cukai yang dianggap tidak profesional dan manusiawi dalam bekerja.