Saya memahami pada bapak dan ibu guru yang mengeluh tentang rendahnya kemampuan kognitif dan keterampilan anak didik. Bisa jadi, keluhan sahabat guru kepada saya itu juga mewakili ribuan guru di tanah air. Lebih parahnya, ada bercanda seakan-akan 'menyerah' mengajar dan berharap masa pensiunnya segera tiba.
Baca juga : 10 Faktor Penyebab Hasil Ujian Rendah
Mungkin saja, guru-guru yang sebelumnya sekian puluh tahun mengajar di sekolah unggulan atau favorit dengan anak-anak didik yang cerdas, berprestasi dan anak berbakat, tiba-tiba harus menerima apa adanya tanpa ada seleksi atau tes khusus, membuat para guru kesulitan menemukan formula yang tepat dalam mengajar untuk proses transfer of knowledge pada mereka.
Jika boleh menyampaikan secara jujur, sebenarnya tidak ada istilah "Murid yang bodoh".
Anda pasti heran dan bertanya dalam hati mengapa saya berani berpendapat seperti itu?
A. Dasar Pertama.
Masih ingatkah kita sebagai guru akan Teori kecerdasan ganda atau majemuk pada setiap individu anak didik? Teori itu disampaikan oleh Edward Gardner, seorang ahli psikologi dalam Multiple Intelligences. Pada prinsipnya setiap individu pastilah minimal mempunyai satu kecerdasan pada dirinya.
Anak didik yang mempunyai tiga kecerdasan atau lebih akan disebut sebagai anak yang cerdas. Sebagai pendidik, cobalah kita kenali berbagai kecerdasan berikut ini:
1. Matematis
2. Logis
3. Linguis
4. Kinestetis
5. Musikal
6. Interpersonal
7. Intrapersonal
8. Naturalis
9. Spasial
Jadi, sebagai misal ada guru Matematika, saat menemukan murid yang tidak bisa pelajaran tersebut, langsung saja diberikan vonis bahwa anak tersebut 'bodoh' tanpa memperhatikan kecerdasan lain yang dimilikinya.
Mungkin, kecerdasan yang dimilikinya adalah Linguistik (Bahasa) dan Musikal. Bisa jadi juga, dia tipe Kinestetis, yaitu anak yang terampil berolahraga.