Misalnya, teman-teman saya dari jurusan psikologi seringkali memberikan konseling kecil-kecilan pada mahasiswa-mahasiswa dari jurusan lain di organisasi yang sama ketika mereka memiliki masalah dalam dirinya.
Mahasiswa abal-abal yang melanggar kode etik ini pula yang kemudian membantu para petinggi mereka menghilangkan stigma bahwa hanya orang gila yang datang ke psikolog.
menurut kalian sendiri, jenis mahasiswa mana yang lebih berguna;
para pengejar IPK atau para psikolog abal-abal ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI