Misalnya, teman-teman saya dari jurusan psikologi seringkali memberikan konseling kecil-kecilan pada mahasiswa-mahasiswa dari jurusan lain di organisasi yang sama ketika mereka memiliki masalah dalam dirinya.
Mahasiswa abal-abal yang melanggar kode etik ini pula yang kemudian membantu para petinggi mereka menghilangkan stigma bahwa hanya orang gila yang datang ke psikolog.
menurut kalian sendiri, jenis mahasiswa mana yang lebih berguna;
para pengejar IPK atau para psikolog abal-abal ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H