Mohon tunggu...
Dzatul Kahfi Bagus Rinangku
Dzatul Kahfi Bagus Rinangku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tranformasi Edukasi: Peran Inovatif dan Literasi Generasi Z Memajukan Pendidikan dalam Negeri

15 Maret 2024   23:38 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan telah menjadi tonggak utama dalam mengukir masa depan suatu bangsa. Di tengah perubahan dinamis dalam era globalisasi, Generasi Z memainkan peran yang tak tergantikan dalam memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan inovasi, kreativitas, dan semangat keberagaman, mereka menjadi kekuatan utama yang mendorong transformasi dalam pendidikan negeri.

Generasi Z, yang lahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi, memiliki kecakapan luar biasa dalam mengadaptasi perubahan. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang dibanjiri informasi, memungkinkan mereka mengasah keterampilan teknologi dengan cepat. Di sektor pendidikan, mereka menjadi agen utama dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk memperluas akses dan meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, bahkan sejak revolusi industri 1.0 hingga revolusi industri 4.0. Orang dapat menjalani kehidupan mereka dengan mudah dan efisien berkat banyak kemudahan yang  disediakan oleh teknologi. Sangat mudah untuk menemukan dan mencari informasi, bertransaksi, mendapatkan pendidikan, bahkan mencari hiburan.

Literasi adalah kemampuan membaca, menulis, dan berpikir. Selain itu, masyarakat literat memiliki budaya konsumsi tulisan, membaca, dan menulis. Literasi telah berkembang seiring kemajuan teknologi dan zaman. Istilah seperti literasi teknologi, literasi komputer, literasi ekonomi, literasi moral, literasi informasi, literasi digital, literasi sains, dan lain-lain telah muncul. 

Literasi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami teknologi dan informasi. Pada akhirnya, literasi adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan. Untuk menyelesaikan masalah multifaceted rendahnya tingkat literasi huruf nasional di Indonesia, banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan struktur swasta, harus bekerja sama untuk menemukan akar masalah dan menemukan solusi yang efektif untuk meningkatkan literasi huruf di Indonesia. 

Mengatasi masalah ini membutuhkan upaya untuk meningkatkan budaya membaca dengan meningkatkan akses terhadap bahan bacaan dan meningkatkan praktek literasi. Akan tetapi Tingkat literasi di Indonesia yang rendah masih menjadi problematika lama yang belum maka dari itu sangat penting generasi Z dalam menciptakan peran inovasi dan literasi untuk pendidikan dalam negeri.

 

Peran Generasi Z

 

Peran inovatif Generasi Z tercermin dalam kemampuan mereka untuk menggabungkan teknologi dengan proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten edukatif. Dari platform pembelajaran online hingga aplikasi pendidikan kreatif, mereka memberikan kontribusi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan interaktif. Selain itu, Generasi Z juga mengusung semangat inklusivitas. Mereka memahami pentingnya kesetaraan akses terhadap pendidikan. Dalam usaha memajukan pendidikan negeri, mereka berupaya keras untuk mengatasi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta mempromosikan kesetaraan kesempatan belajar bagi semua lapisan masyarakat.

 

Keterlibatan aktif Generasi Z dalam proyek-proyek kolaboratif juga menjadi kekuatan dalam memperkuat pendidikan. Mereka membentuk komunitas belajar di mana pengetahuan dan pengalaman dipertukarkan secara intensif. Dalam kerja sama dengan sesama generasi dan pihak-pihak terkait lainnya, mereka merancang inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.

 

Pentingnya Literasi Dalam Pendidikan 

 

Generasi Z memiliki peran aktif dalam meningkatkan literasi kepada masyarakat terutama dalam era perkembangan teknologi yang pesat ini. Literasi memiliki banyak tujuan. Di antaranya ditemukan dalam filsafat Islam, yaitu mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam sila Pancasila, terutama sila pertama. Menurut sila kedua Pancasila, kemanusiaan, adil, dan beradab adalah hasilnya. 

Salah satu bagian dari sila tersebut adalah konsep adab dan cara mewujudkannya dalam masyarakat. Di sisi lain, ketidakberadaban masyarakat ditunjukkan sebagai salah satu indikasi rendahnya literasi masyarakat, terutama di kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan oleh berita atau informasi yang menunjukkan bahwa kenakalan remaja meningkat di masyarakat. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyatakan bahwa tingkat literasi yang tinggi dapat dilihat pada kemampuan suatu bangsa untuk berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Dari hal itu Generasi Z harus membuat inovasi terbaru agar masyarakat meningkatkan literasi seperti Literasi digital

 

Dengan mempertimbangkan peningkatan harapan masyarakat terhadapnya, serta perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat cepat. "Literasi digital" adalah jenis literasi kontemporer yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Satu-satunya hal yang dimaksud dengan istilah "literasi" adalah kemampuan untuk membaca, menulis, dan menafsirkan teks. 

Sehingga mempermudah masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan. Namun, konsep literasi mulai berkembang seiring dengan era globalisasi. Salah satunya adalah keahlian teknologi. Dalam hal pendekatan pembelajaran, Generasi Z adalah generasi yang nyaman bekerja di lingkungan kerja global. Mereka sudah menguasai banyak informasi dari media sosial. 

Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, bernilai, dan berkarakter membutuhkan pendidikan karakter. Oleh karena itu, kita sebagai Generasi Z harus memastikan bahwa penggunaan teknologi tidak menghambat atau merusak pendidikan siswa, tetapi sebaliknya membantunya.

 

Literasi juga memberi orang kesempatan untuk merasakan pengalaman serupa dengan orang lain dan untuk memperkuat identitas mereka sendiri. Dengan membaca cerita dari perspektif karakter, orang dapat memahami berbagai pengalaman dan perspektif, sehingga mereka dapat lebih memahami keragaman budaya, latar belakang, dan perjalanan hidup. 

Namun, tantangan masih ada. Dalam memajukan pendidikan negeri, Generasi Z membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan stakeholder terkait lainnya perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, memfasilitasi, dan memperluas upaya inovatif Generasi Z dalam bidang pendidikan.

 

Dalam hal implementasi, penting untuk dicatat bahwa setiap topik memanfaatkan sumber daya pembelajaran digital yang dibuat oleh guru, serta sumber daya yang ditemukan dari Internet dan terbitan lainnya. Keluarga membayar lisensi buku teks daripada membeli buku di awal tahun ajaran. Berkat lisensi ini, mereka dapat mengakses semua sumber daya yang diperlukan untuk menyusun kurikulum sekolah dasar. Semua sumber daya pengajaran yang dirancang oleh guru memberi siswa akses ke konten, tugas, dan aktivitas.

 

 

Kesimpulan

 

Peran inovatif Generasi Z dalam memajukan pendidikan negeri tak dapat diabaikan. Dengan penguasaan teknologi, semangat inklusivitas, dan kolaborasi aktif, mereka menjadi kekuatan utama dalam melahirkan perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan dukungan yang tepat, transformasi edukasi yang diusung oleh Generasi Z akan menjadi pilar fundamental dalam mencapai pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkualitas di masa depan. 

Membangun motivasi tinggi bagi remaja untuk berpikir, membaca, dan menulis adalah solusi untuk masalah literasi remaja. Ini dapat dicapai melalui peran keluarga. Elemen berikutnya adalah pemerintah, sebagai regulator, dapat berperan dalam menetapkan kebijakan yang membantu keluarga Indonesia meningkatkan literasi. Penulis berpendapat bahwa kebijakan pemerintah yang jelas harus menetapkan pembatasan akses media sosial untuk mengimbangi berbagai keuntungan yang diperoleh remaja dari media sosial.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ariani, Rustinar, E., Kusumaningsi, D., Gunawan, H., & Sakroni. (2023). MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI MELALUI GERAKAN AYO MEMBACA BUKU DI PERPUSTAKAAN. 6(2), 270--278.

 

Rahmadanita, A. (2022). Rendahnya Literasi Remaja di Indonesia: Masalah dan Solusi. Jurnal Pustaka Ilmiah, 8(2), 55. https://doi.org/10.20961/jpi.v8i2.66437

 

Ramadhan, A. (2023). Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan Optimalisasi Literasi Digital Terhadap Generasi Z dan Merekontruksi Moral Menuju Pendidikan Berkualitas Perspektif SDGs 2030. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 01(02), 161--167.

 

Setyowati, W., Jason Moscato, & Chioke Embre. (2023). Strategi Pendidikan Dasar untuk Menghadapi Tantangan Era Kurikulum Digital dengan Studi Empiris. Jurnal MENTARI: Manajemen, Pendidikan dan Teknologi Informasi, 2(1), 43--53. https://doi.org/10.33050/mentari.v2i1.379

 

Syamsuriyanti, S., & Padipa, S. S. (2023). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Literasi pada Murid Sekolah Dasar. JUDIKDAS: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar ..., 2(2), 23--32.

 

Wahyuni, S. (2022). Bab V Literasi Digital dan Media Sosial dalam Pembelajaran. Literasi Digital Berbasis Pendidikan, 59.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun