Kelaparan di tengah masyarakat bukanlah sekadar persoalan perut kosong, melainkan wajah nyata ketidakadilan sosial yang terus menghantui masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, fakta bahwa jutaan orang di Indonesia masih hidup dalam kelaparan menjadi ironi yang harus segera diatasi.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, sekitar 9,57% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan, yang secara langsung berdampak pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mengentaskan kelaparan dan kemiskinan secara berkelanjutan?
Relevansi SDGs 1 dan 2: Dua Pilar Utama untuk Kehidupan Bermartabat
Untuk memahami akar permasalahan ini, penting untuk melihat hubungan erat antara Sustainable Development Goals (SDGs) 1, yaitu "Tanpa Kemiskinan," dan SDGs 2, yaitu "Tanpa Kelaparan."Â
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kemiskinan sering kali menjadi penyebab utama kelaparan, karena akses terhadap makanan bergizi membutuhkan daya beli yang memadai. Sebaliknya, kelaparan memperburuk siklus kemiskinan dengan menurunkan produktivitas kerja dan meningkatkan biaya kesehatan akibat malnutrisi.
Di Indonesia, masalah ini diperparah dengan angka stunting yang masih tinggi. Laporan Riskesdas 2023 menunjukkan bahwa prevalensi stunting nasional mencapai 21,6%. Stunting adalah manifestasi dari kelaparan kronis yang tidak hanya merusak masa depan anak-anak, tetapi juga menghambat potensi ekonomi bangsa.
Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan sumber daya alam melimpah, distribusi pangan yang tidak merata menjadi tantangan utama. Wilayah-wilayah terpencil di Indonesia sering kali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bahan pangan yang cukup. Selain itu, inflasi harga pangan yang meningkat pada 2023 membuat kelompok masyarakat berpenghasilan rendah semakin rentan terhadap kelaparan.
Di sisi lain, pemborosan makanan juga menjadi ironi besar. Menurut laporan Economist Intelligence Unit (EIU) pada 2023, Indonesia berada di peringkat kedua dunia dalam hal pemborosan makanan. Diperkirakan, 300 kg makanan per kapita dibuang setiap tahunnya. Jika dikelola dengan bijak, limbah makanan ini sebenarnya dapat menjadi solusi bagi krisis kelaparan.
Langkah Strategis yang Menghubungkan Agenda SDGs dalam Tindakan Nyata.
Mengatasi kelaparan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari upaya pengentasan kemiskinan. Melainkan diperlukan adanya pengambilan langkah strategia yang menghubungan konsep SDGs dan aksi nyata di tengah masyarakat. Diantaranya
1. Meningkatkan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Program seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) harus diteruskan bahkan diperluas cakupannya agar menjangkau lebih banyak masyarakat miskin. Pendekatan semacm ini tidak hanya memberikan akses langsung terhadap pangan, tetapi juga membantu memutus siklus kemiskinan.
2. Mendorong Pertanian Berkelanjutan
Investasi dalam teknologi pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan produktivitas tanpa merusak alam. Pemerintah dapat mendorong praktik agroekologi di daerah-daerah rawan pangan untuk memastikan pasokan yang lebih stabil. Dengan melakukan hal ini, setidaknya kita telah berupaya untuk memastikan bahwa pangan di daerah-daerah tersebut menjadi lebih aman. Penggunan teknologi yang modern dan bantuan yang sesuai juga dapat menjadi langkah dalam memastikan bahwa produksi bahan pangan di suatu daerah terjamin.
3. Membangun Infrastruktur Pangan di Daerah Terpencil
Infrastruktur umum seperti jalan, jembatan, dan fasilitas penyimpanan makanan perlu ditingkatkan agar hasil pertanian dari daerah terpencil dapat terdistribusi secara merata. Kebijakan ini juga akan membuka akses pasar bagi petani kecil.
4. Edukasi dan Penanganan Limbah Makanan
Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya mengurangi limbah makanan melalui berbagai metode seperti memberikan kampanye, ruang pelatihan pengolahan limbah makanan dan tempat produksi barang daur ulang limbah makanan.Â
Selain itu, pengelolaan limbah organik dapat diolah menjadi kompos atau bioenergi yang mendukung keberlanjutan. Disisi lain  hal ini juga mendorong kesempatan kerja yang lebih kreatif bagi masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup
5. Kolaborasi antar pihak
Pemerintah, sektor swasta, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat umum harus bersinergi dalam melaksanakan program-program pengentasan kemiskinan dan kelaparan. Misalnya, perusahaan besar dapat menjalankan program CSR dengan mendukung bank pangan atau mendanai pertanian lokal.
Memerangi kelaparan adalah tugas kemanusiaan yang tidak bisa ditunda. Sebagai salah satu negara dengan potensi besar, Indonesia harus mampu membuktikan bahwa kelaparan bukan takdir, melainkan tantangan yang bisa diatasi. Dengan memadukan visi SDGs 1 dan 2, serta melibatkan seluruh elemen masyarakat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih adil dan sejahtera.
Mari kita mulai dari langkah kecil, seperti mengurangi pemborosan makanan dan mendukung produk lokal. Langkah-langkah ini mungkin terlihat sederhana, tetapi jika dilakukan secara kolektif, dampaknya akan luar biasa. Bersama, kita bisa memutus rantai kemiskinan dan kelaparan untuk Indonesia sejahtera
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H