Selain nilai rapor, proses seleksi seperti SNBP sebaiknya juga mempertimbangkan aspek lain seperti keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, prestasi non-akademik, dan rekomendasi dari guru. Pendekatan holistik ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan dan potensi siswa. Guru tidak boleh hanya menjadikan faktor nilai yang diperoleh di dalam kelas sebagai komponen penilaian di raport. Guru perlu memahami potensi yang dimiliki siswa dan mendorongnya dengan maksimal.
Pada akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah bentuk dan cara saya dalam memperjuangkan keadilan guru dalam memberikan nilai kepada siswa. Guru yang terlalu pelit nilai merupakan fenomena yang bisa merugikan siswa, terutama dalam konteks SNBP yang sangat bergantung pada nilai rapor.
Walaupun demikian, kita semua setuju bahwa guru yang terlalu gampang dalam memberikan nilai juga tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Profesionalisme guru-lah yang diperlukan dalam hal ini. Guru harus memiliki kedekatan dengan setiap siswa, dalam hal mengetahui rencana studi yang akan ditempuh dimasa depan siswa tersebut. Guru juga harus melek dengan potensi yang dimiliki siswa, mendorongnya, dan memberikan umpan balik atas usaha siswa dalam mengikuti dan memahami pembelajaran.
Demikianlah, semoga melalui tulisan ini dapat membuka mata setiap pendidik yang masih pelit dalam memberikan nilai untuk selalu menghargai usaha dan mewujudkan lingkungan pembelajaran yang membangun masa depan siswanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H