Dalam sejarahnya pun, perempuan di Indonesia juga tercatat pernah menjadi pemimpin di kerajaan-kerajaan seperti Sultan Sri Ratu Alam Safiatuddin di Aceh, Siti Aisyah W. Teriolle di Ternate dan Sanggramawijaya di Kerajaan Airlangga.
Pada masa kolonial, mengimbangi gerakan organisasi seperti Budi Utomo, lahir pula organisasi wanita seperti Wanito Mulyo, Wanito Utomo dan lain-lain.Â
Dalam peraturan negara, perempuan pun juga mendapat porsinya. Tercatat pada tahun 1980 Indonesia telah menandatangani konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu juga telah terdapat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mengurus hal-hal terkait hak perempuan.Â
Tokoh seperti Megawati, Amani Lubis pun juga menunjukkan wujud kontribusi perempuan di Indonesia. Bahkan dalam hal hijab, Indonesia menjadi trendsetter hijab dunia dengan model hijab kreatifnya.
Tidak berbeda jauh dengan Indonesia, di Malaysia perempuan pun mendapat dukungan pemerintah dengan adanya Kementerian Urusan Wanita di tahun 2001.Â
Sebagaimana penerapan aturan agama yang berlandaskan ajaran Islam, maka terdapat pula hukuman bagi siapa yang kedapatan berkhalwat dengan perempuan yang bukan muhrim. Hak perempuan dalam keluarga pun dilindungi dalam Islamic Family Law, salah satunya mengenai kriminalisasi kekerasan dalam rumah tangga.Â
Dalam sektor ekonomi pun jumlah perempuan sebanyak 47% yang bekerja dimana 13,2% diantaranya menduduki kursi parlemen. Salah satu tokoh perempuan sosialis adalah Maharani Mahatir, anak dari Perdana Menteri Malaysia Muhammad Mahatir yang aktif menyuarakan hak-hak perempuan. Adapun ciri khas pakaian perempuan muslim Malaysia adalah penggunaan baju kurung dengan motif khasnya.
Negara dengan mayoritas muslim selanjutnya adalah Brunei Darussalam. Negara Brunei yang menerapkan ajaran Islam memosisikan perempuan dengan derajat yang tinggi. Mereka dilindungi oleh pemeritah dalam UU Pelecehan Seksual dimana pelaku akan mendapatkan hukuman berupa cambuk ataupun dipenjara.Â
Selain itu juga terdapat unit khusus kepolisian yang menyelidiki kekerasan rumah tangga dan personilnya merupakan polisi perempuan. Perlu diketahui bahwa perempuan di negara ini adalah sebanyak 57%. Mereka pun juga bekerja bahkan di sektor angkatan bersenjata.Â
Namun mereka tidak diperkenankan mengikuti perang. Adapun ciri khas perempuan muslim di Brunei adalah memakai penutup kepala yang disebut tudung.
Di Singapura tercatat sebanyak 56,5% perempuan bekerja dan 29,4% menduduki kursi parlemen. Meski demikian, dalam bisnis dan politik mereka masih relatif rendah dalam hal tingkat dan gaji dikarenakan kualifikasi serta pendidikan yang rendah dan pengalaman kerja yang lebih sedikit.Â